Gudang Ilmu: September 2022

Wednesday 7 September 2022

Rumah Sederhana Tahan Gempa

Indonesia merupakan negara yang masuk dalam jalur cincin api (ring of fire) dengan jajaran gunung api yang mayoritasnya berstatus aktif sehingga membuat kawasannya memiliki berkah dengan tanahnya yang subur. Di sisi lain, kawasan ini juga menjadi area dengan potensi gempa bumi maupun letusan gunung yang sangat besar.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), periode tahun 2018 hingga 2000 tercatat telah terjadi sekitar 228 kali gempa bumi yang telah memakan korban jiwa mencapai 8.747 orang. Tingkat kerusakan pada bangunan rumah saja mencapai 483.951 unit yang rusak berat, 15.282 rumah rusak sedang, dan 694.253 rumah rusak ringan.



Model Struktur Bangunan; Perancangan Model bangunan yang tahan gempa diarahkan untuk memilih model yang sederhana dan simetris. Model simetris ini lebih kuat menahan gaya gempa dibandingkan dengan model tidak simetris. Model bangunan tidak simetris perpindahan gaya lateralnya akibat gempa lebih banyak dibandingkan dengan bangunan simetris karena bangunan tidak simetris bersifat tidak teratur dan rentan terhadap torsi yang lebih tinggi. Jadi, pemilihan model yang sederhana dan simetris resiko gempanya lebih rendah dan dapat menjaga gaya terdistribusi secara merata melalui struktur. Oleh karena itu, dalam membangun diharapkan menghindari model tidak simetris. Keruskaan struktur akibat gempa bumi umumnya dimulai di lokasi bidang lemah struktural bangunan yang memicu terjadinya kerusakan parah yang pada akhirnya menyebabkan runtuhnya struktur bangunan. Selanjutnya, pada perletakan posisi tiang sebagai penyangga (kolom bangunan) harus seimbang disertai model atap yang menyatu dengan sambungan yang kuat, juga pondasi yang cukup dalam dan dimensi kuat sesuai dengan hasil penyelidikan tanah. Tidak saja mengacu pada model struktur saja, akan tetapi pemilihan bahan-bahan campuran beton dan ukuran besi yang digunakan (untuk bangunan beton bertulang)  harus memenuhi syarat SNI yang telah ditepakan oleh para ahli struktur Indonesia. Penggunaan baja tulangan pada pondasi, sloof, kolom (sambungan kolom) bahkan begelnya pun harus tepat ukurannya sesuai dengan perhitungan strukturnya.

Metode Analisis Struktur; Alangkah bijaknya jika selalu belajar pada setiap kejadian gempa bumi yang berefek pada suatu bangunan yang roboh, baik kejadian dalam negeri maupun luar negeri. Metode dalam analisis struktur suatu bangunan apatahlagi bangunan berlantai adalah menjadi penentu dalam melahirkan detailing elemen struktur. Kehati-hatian dalam memilih metode analisis struktur sangat utama bahkan bisa fatal jika salah dalam memilih suatu metode. Metode yang selama ini digunakan oleh analist struktur adalah metode berbasis gaya kekuatan (dalam rujukan SKBI 87, SKSNI-91, dan SNI-2002). Metode ini pernah populer beberapa tahun bahkan menjadi senjata ilmu yang ampuh dalam menganalisis suatu struktur bangunan. Namun, setelah kejadian beberapa kali gempa bumi yang merobohkan bangunan seperti yang pernah terjadi di pantai barat Sumatera, pantai selatan jawa, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, maluku, irian, flores dan kejadian gempa bumi yang sangat dasyat pernah terjadi di luar negeri seperti Loma Prieta 1989, gempa Northridge 1994 dan gempa Kobe 1995 di Jepang. Kejadian gempa bumi ini menjadi bahan renungan bagi para ahli struktur dunia karena seolah hasil hitungan dalam suatu metode yang diterapkan menjadi sia-sia karena bangunan ambruk tiba-tiba dan menelan korban jiwa manusia yang sangat besar saat dilanda gempa kuat. Analisis yang diterapkan itu adalah analisis berbasis gaya kekuatan. Oleh karena itu, penulis  menyarankan untuk tidak menerapkan hitungan struktur bangunan berbasis gaya kekuatan karena terbukti kurang memuaskan dan sudah tidak relevan lagi untuk kondisi sekarang yang banyak kejadian gempa terjadi di lokasi rawan gempa karena metode ini dianggap tidak mampu mencapai taraf kinerja (performance) yang ditentukan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode klasik ini tidak mampu memitigasi efek gempa (keruntuhan bangunan, jalan, jembatan, korban jiwa, dll). Metode analisis yang sangat relevan diterapkan di Indonesia  untuk gedung di atas 1 lantai dan daerah-daerah dengan taraf gempa yang cukup tinggi seperti daerah Pantai barat Sumatera, pantai selatan jawa, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Irian, Flores adalah metode berbasis kinerja (performace). Metode berbasis kinerja bertujuan menghasilkan struktur yang memiliki hasil yang dapat diprediksi jika terjadi gempa bumi. Parameter yang menentukan adalah tujuan kinerjanya. Sebuah bangunan dapat dirancang berdasarkan satu atau beberapa tujuan kinerja misalnya pada bangunan rumah tinggal dapat dirancang untuk dua tujuan kinerja yaitu bangunan beropresi penuh, tidak ada kerusakan yang terjadi, layanan berkelanjutan dengan gempa bumi intensitas rendah dan tinggi. Tujuan kinerja selanjutnya adalah ingin mencapai pencegahan keruntuhan pada gempa intensitas rendah dan tinggi. Maka, kerusakan pada konstruksi dibolehkan terjadi, akan tetapi tidak membahayakan nyawa bagi penghuninya dan dapat dilakukan kembali perbaikan konstruksinya.

Bangunan Berbahan Tradisional Bambu dan Kayu; Bangunan berbahan bambu dan kayu dapat menjadi solusi alternatif pada wilayah yang memiliki intensitas gempa yang cukup tinggi termasuk daerah Sulawesi Barat. Bambu adalah bahan bangunan alami terbarukan yang tumbuh paling cepat, masih tersedia dan ramah lingkungan bahkan kulitnya yang matang menjadi tulangan yang kuat untuk menahan beban struktur secara vertikal maupun horizontal. Secara struktur, bahan bambu mudah ditekuk, memberikan bentuk yang diinginkan dan dapat menyediakan sambungan agar sesuai dengan konstruksi. Elastisitasnya yang luar biasa membuatnya menjadi bangunan yang dapat tahan terhadap goncangan gempa bumi. Saat gempa bumi terjadi, konstruksi bambu dan kayu mengalami pergerakan goyangan yang sangat sedikit dibandingkan dengan bahan beton bertulang maupun konstruksi penuh baja tulangan karena massa yang dihasilkan lebih sedikit untuk menimbulkan tekanan pada struktur. Sifat bambu dan kayu sebagai bahan bangunan sudah dikenal selama berabad-abad yang lalu. Populer dengan ringannya, kuat, terjangkau dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan solusi untuk kebutuhan konstruksi pada daerah atau lokasi rawan gempa. Namun, dalam memanfaatkan material bambu dan kayu ini perlu dirancang model konstruksi yang tepat, sederhana dan memperhatikan model pondasi,  pola sambungan pada kolom, balok, dan atapnya. Perilaku struktur yang tahan gempa juga sangat tergantung pada kemampuan koneksi sambungannya dalam menahan beban gempa secara lateral. Oleh karena itu, sambungan pada penggunaan konstruksi material bambu dan kayu memainkan peran kunci dalam menciptakan konstruksi tahan gempa. Maka, tidak ada salahnya jika kita beralih membuat rumah hunian atau bangunan sederhana di tempat daerah rawan gempa dalam upaya penyelamatan jiwa jika setiap saat terjadi gempa bumi


 

Kriteria Konstruksi Rumah Sederhana Tahan Gempa :



1. Proses Pembetonan

Sebagai contoh dalam proses pembetonan diperlukan kerikil, pasir, dan semen yang memenuhi syarat untuk mendapatkan kualitas beton yang cukup baik. Komposisi campuran beton yang baik untuk struktur bangunan sederhana terdiri dari campuran 1 ember semen, 2 ember pasir, 3 ember kerikil, dan air secukupnya yang dituangkan sedikit demi sedikit kedalam adukan sampai adukan “pulen”. Campuran ini biasa dikenal dengan campuran 1 : 2 : 3. 

Biasanya untuk melakukan uji workability (kekentalan) beton dilakukan dengan pengujian slump. Namun karena bangunan sederhana biasanya masyarakat tidak melakukan slump test.  Pengujian sederhana yang dapat dilakukan untuk mengetahui adukan beton “pulen” yang cukup memenuhi syarat kekentalan beton adalah dengan menggenggam adukan beton, kemudian dirasa jika adukan tersebut tidak terlalu encer dan juga tidak terlalu kental. 

Ukuran kerikil yang digunakan untuk campuran beton sebaiknya mempunyai diameter maksimum 20 mm dan memiliki banyak sudut agar kerikil bisa saling mengunci ketika beton mengeras. Semen yang digunakan adalah semen berkualitas Standar Nasional Indonesia (SNI) yang tertulis pada bungkusnya. Pasir yang digunakan adalah pasir yang tidak mengandung banyak lumpur.

2. Plesteran

Seperti halnya dengan beton, dalam pembuatan adukan mortar semen untuk plesteran juga hendaknya memenuhi syarat minimal untuk komposisi campurannya, yaitu 1 ember semen ditambah dengan 4 ember pasir kemudian ditambahkan air secukupnya hingga adukan menjadi tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer (pulen).

3. Batu Pondasi

Untuk pondasi, batu yang digunakan adalah batu yang keras dan tidak mudah pecah. Jenis batu tersebut bisa diperoleh dari batu kali atau batu gunung yang dipecah. Dengan demikian batu tersebut memiliki banyak sudut dan diharapkan dapat saling mengikat dan mengunci ketika spesi adukan mortar untuk pondasi mengeras. Jangan memakai batu yang bulat dan batu yang tidak banyak sudutnya, karena akan mengurangi kekuatan pondasi.



4. Kayu

Pemilihan kayu juga tidak kalah pentingnya dalam pembuatan rumah yang lebih aman. Kayu harus mempunyai kualitas baik (minimal kelas 3) yang memiliki ciri-ciri secara umum berupa keras, kering, berwarna gelap, tidak ada retak, dan lurus.

5. Batu Bata

Batu bata adalah salah satu penentu kekuatan dinding. Gunakan hanya batu bata yang berbentuk persegi, mempunyai  pinggiran lurus dan tajam, tidak terlalu banyak retak, dan tidak pecah jika diinjak dengan beban orang normal atau dijatuhkan dengan ketinggian satu meter. Batu bata yang baik akan mempunyai suara yang berdenting jika dipukulkan satu sama lain.

6. Pondasi

Salah satu komponen struktur bangunan yang utama adalah pondasi, dimana pondasi berfungsi untuk mengurangi dampak goyangan akibat gempa pada bangunan dan meneruskan energi goyangan tersebut ke dalam tanah. Untuk lapisan tanah yang cukup keras dan stabil, maka dapat dibuat pondasi batu kali berbentuk trapesium dengan ukuran minimal lebar atas sebesar 30 cm, lebar bawah minimal 60 cm, dan kedalaman minimal 60 cm. 

Di bawah pondasi batu kali tersebut hendaknya diberi taburan pasir setebal 10 – 20 cm, dan di atas pasir tersebut dilapisi dengan batu kosong sebagai lapisan antara pondasi dengan tanah dasar. Ukuran untuk galian dan urugan pondasi batu kali tersebut adalah selebar kurang lebih 80 cm. 

Di atas sepanjang pondasi batu kali hendaknya diberi balok pengikat atau yang umum disebut dengan sloof yang mempunyai spesifikasi jarak antar tulangan sengkang (begel) maksimal sepanjang sekitar 15 cm, dengan tulangan utama berdiameter 10 mm dan tulangan sengkang berdiameter 8 mm dengan panjang tekukan minimal 5 cm serta  dibengkokkan sekitar 135 derajat. Ukuran penampang sloof minimal adalah lebar sekitar 15 cm dan tinggi sekitar 20 cm dengan ketebalan selimut beton sekitar 1.5 cm.

7. Kolom

Pembuatan kolom untuk bangunan rumah sederhana yang lebih aman dibuat dengan dimensi minimal 15 cm x 15 cm, dan ketentuan penulangan beton untuk kolom sama dengan ketentuan pada sloof.  Jarak antar kolom ideal maksimal 3 m,.



8. Balok Keliling

Agar rumah lebih aman terhadap goyangan, maka di atas tembok bata dipasang balok keliling atau yang biasa disebut dengan ring balok dengan ukuran minimal 12 cm x 15 cm. Ketentuan mengenai ring balok sama dengan ketentuan pada sloof.  Pastikan sambungan antara sloof, kolom, dan ring balok diberi lebihan tulangan (sambungan lewatan) dengan panjang 40 cm dan diberi tekukan pada ujungnya agar kuat. Kemudian pada sloof diberi angkur yang ditanam ke pondasi dengan panjang minimal 40 cm dan diberi tekukan juga pada ujungnya agar lebih kuat.

9. Stuktur Atap

Komponen struktur yang sangat penting lainnya adalah struktur atap. Struktur atap terdiri dari kuda-kuda kayu, gunungan, serta ikatan angin. Kuda-kuda harus dibuat dengan kayu berkualitas baik. Rangka kuda-kuda dapat menggunakan kayu dengan ukuran 8 x12 cm dengan alat penyambung berupa pelat baja tebal 4 mm dan lebar 40 mm, atau papan tebal 20 mm dan lebar 100 mm, serta baut minimal diameter 10 mm. 

Pertemuan antar kayu juga dibuatkan takikan agar struktur rangka lebih kuat. Gording menggunakan kayu dengan ukuran 6 x 12 cm dihubungkan dengan sistem sambungan yang kokoh.  Rangka kuda-kuda harus dikaitkan pada ring balok agar tidak bergeser, stabil, dan lebih kuat ketika terjadi goyangan. 

Gunungan terbuat dari tembok batu bata yang diplester, dan dibingkai dengan balok beton dengan spesifikasi sama dengan ring balok. Untuk meminimalisasi resiko akibat goyangan, maka gunungan juga dapat menggunakan papan atau gypsum karena lebih ringan dibandingkan dengan dinding bata.


Berikut ini, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk membuat rumah tahan gempa.

Kondisi Tanah

Efek Amplifikasi dan pembantulan gelombang gempa (sumber: http://poetrafic.wordpress.com)

Sebelum membangun rumah tahan gempa, hal yang pertama sekali yang harus dicek adalah kondisi tanah setempat.

  • Efek Amplifikasi

Kondisi tanah lunak akan memberikan goncangan gempa bumi yang lebih kuat dibandingkan dengan kondisi tanah yang keras, walaupun kedua tempat tersebut memiliki jarak yang sama ke episenter gempa bumi.

Penguatan goncangan tanah ini dalam istilah seismologi dinamakan efek Amplifikasi.


  • Dampak Likuifaksi

Selain kondisi tanah (sangat lunak, lunak, atau keras), komposisi tanah dan tinggi muka air tanah juga perlu dilihat.

Komposisi tanah yang terdiri dari pasir atau pasir berlanau dan tinggi muka air tanah yang dangkal akan sangat rentan terhadap dampak Likuifaksi.


Makanya, sebelum membangunan rumah, pastikan kondisi tanah di tempat anda keras, dan komposisinya tidak terdiri dari pasir atau pasir berlanau dan air tanah yang dalam.

Apabila anda menemukan kondisi seperti di atas, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli struktur bangunan untuk merekayasa fondasi rumah anda.

Bahan Bangunan Tahan Gempa

Bahan bangunan memiliki pengaruh yang sangat besar pada kualitas bangunan. Berikut ini perincian bahannya;

  • Campuran Beton

    • Perbandingan materialnya: 1 semen + 2 pasir + 3 kerikil + 1/2 Air.
    • Ukuran kerikil juga harus diperhatikan. Kerikil yang baik memiliki ukuran maksimum 2 milimeter, dengan gradasi yang baik.
    • Pastikan pasir dan kerikil dalam kondisi bersih dan tidak ada campuran tanah dan debu.
    • Gunakan Semen Tipe I
  • Campuran Mortal (pengikat batu bata)

    • Perbandingan materialnya: 1 semen + 4 pasir + air secukupnya
  • Kayu

    • Berkualitas baik
    • Keras, Kering, lurus dan tidak retak.
    • Berwarna gelap atau bukan kayu muda
Bahan Bangunan
Komposisi bahan bangunan rumah tahan gempa (Sumber: PU dan JICA)

Struktur Utama Rumah Tahan Gempa

Struktur utama rumah sangat mendukung kekuatan rumah terhadap gempa bumi. Berikut ini ada beberapa cara membuat struktur utama rumah tahan gempa:

Struktur utama rumah tahan gempa bumi (Sumber: PU dan JICA)
  • Fondasi Rumah Tahan Gempa

    • Jika tanah cukup keras, ukuran: 60 cm x 60 cm x 30 cm.
    • Material: gunakan batu kali atau batu gunung yang keras.
  • Dinding

    • Dinding menggunakan pasangan batu bata dengan tebal siar 1,5 cm.
    • Campuran plaster dinding: 1 semen + 4 pasir.
    • Tebal plaster: 2 cm.
    • Jarak maksimal antar kolom 3 meter dan luas maksimal 9 m2.
  • Beton Bertulang

    • Tulangan Utama memiliki diameter 10 mm dan 8 mm untuk Begel.
    • Jarak antar Begel maksimal 15 cm.
    • Tebal selimut beton untuk kolom dan balok pengikat 1,5 cm, sedangkan untuk balok keliling/ring dan bingkai amping 1 cm.
  • Atap Kayu Bangunan Tahan Gempa

    • Kuda-kuda memiliki dimensi 12 x 8 cm.
    • Gordin memiliki dimensi 12 x 6 cm.
struktur utama rumah tahan gempa
Struktur utama atap rumah tahan gempa bumi (Sumber: PU dan JICA)

Ikatan Antar Struktur Utama

Setelah semua struktur utama mengikuti kaidah bangunan rumah tahan gempa, tahap selanjutnya adalah membuat ikatan antar struktur tersebut.

Ikatan Antar Struktur Utama
Cara mengikat antar struktur utama bangunan tahan gempa (Sumber: PU dan JICA)
  • Ikatan Fondasi dgn Balok Pengikat (Sloof)

    • Memasang besi pengikat antara Fondasi dengan Balok menggunakan Angkur besi diameter 10 mm
    • Jarak antar antar Angkur 1 meter.
  • Ikatan Balok Pengikat dgn Kolom (Tiang)

    • Tulangan kolom dilewatkan ke Balok Pengikat dengan panjang lewatan minimal 40 D (40 cm).
  • Ikatan Kolom dgn Dinding

    • Memasang Angkur besi diameter 10 mm dengan panjang lebih panjang atau sama dengan 40 cm.
    • Angkur besi dipasang setiap tinggi 6 lapis baja.
  • Ikatan Kolom dgn Balok Keliling (Ring)

    • Tulangan kolom dilewatkan ke balok ring dengan panjang lewatan minimal 40 D (40 cm)
  • Ikatan Balok Keliling dgn Atap

    • Pengikatan kuda-kuda pada balok keliling/ ring
    • Angkur menggunakan besi diameter 10 mm yang ditanam kedalam balok keliling/ ring
  • Ikatan Gunung-Gunung (Amping) dgn Kolom

    • Memasang angkur bata pada gunung – gunung.
    • Angkur besi minimum 10 mm Sepanjang 40 cm, setiap 6 lapis bata
  • Ikatan Angin

    • Ikatan Angin dihubungan dengan Kolom dan juga kuda-kuda.
Ikatan Antar Struktur Utama
Ikatan antara Amping dengan Kolom dan Ikatan Angin (Sumber: PU dan JICA)

Pengecoran Beton Rumah Tahan Gempa

Cara pengecoran beton termasuk pengecoran Balok dan Kolom juga menentukan kekuatan rumah tahan gempa.

Pengecoran Beton tahan gempa
Cara pengecoran Beton rumah tahan gempa
  • Pengecoran Kolom

    • Pastikan cetakan rapat dan kuat/kokoh.
    • Pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m
    • Pada saat pengecoran beton dirojok dengan besi tulangan atau bambu agar tidak ada yang keropos.
    • Pelepasan bekisting minimal 3 hari setelah pengecoran
  • Pengecoran Balok

    • Tulangan dirangkai diatas dinding.
    • Cetakan pada balok gantung harus diberi penyangga.
    • Cetakan dapat dilepas setelah 3 hari untuk balok yang menumpu di dinding), dan 14 hari untuk balok gantung.

Tuesday 6 September 2022

Mengenal Rangka Atap Kayu, Jenis, Kelebihan, Kekurangannya Dan Cara Menghitung Kebutuhan Bahanya

  Atap merupakan faktor krusial di dalam rumah. Fungsinya adalah untuk melindungi penghuni dan barang-barang yang ada di dalam rumah dari panas matahari ataupun hujan deras.

Agar atap bisa terpasang, diperlukan kerangka atap. Kerangka atap ini memiliki fungsi untuk penguat atau penahan beban dan juga untuk struktur dalam menempatkan atap. Salah satu rangka atap yang banyak digunakan adalah yang terbuat dari kayu. Itu karena rangka atap kayu mudah dibentuk dan customizable.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai rangka atap kayu, artikel berikut ini akan menjelaskan mengenai:
  • Mengenal Rangka Atap Kayu
  • Komponen Rangka Atap Kayu
  • Memilih Kayu Untuk Rangka Atap Kayu
  • Keunggulan Rangka Atap Kayu
  • Kekurangan Rangka Atap Kayu

Mengenal Rangka Atap Kayu

Rangka atap kayu memiliki sejumlah komponen yang perlu diperhatikan. (foto: Pixabay/paulbr75)
Dalam membangun rumah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah bagian rangka atap rumah. Sebagai penopang atap, ada berbagai jenis bahan yang digunakan sebagai atap rumah. Yakni, rangka atap kayu, beton bertulang, baja ringan, baja, dan bambu.
Rangka atap kayu sendiri merupakan rangka atap yang terbuat dari kayu. Dalam membangun rangka atap kayu, ada beberapa komponen pada atap yang perlu diketahui. Tujuannya agar rangka atap kayu bisa kuat dan tahan di berbagai kondisi

Komponen Rangka Atap Kayu

Berdasarkan bentuk atap yang diinginkan, maka muncul beberapa penamaan berdasarkan susunan balok-balok yang menjadi komponen rangka atap kayu. (foto: freimans.com)
Komponen rangka atap memang memiliki banyak pilihan material dan terdiri atas komponen-komponen penyusunnya. Komponen penyusun inilah yang diperlukan untuk membentuk rangka yang kuat, sehingga awet dan berumur panjang.
Fungsinya untuk menahan beban dari bahan penutup atap. Pada umumnya rangka atap ini terdiri atas susunan balok-balok, dengan pilihan material kayu, bambu, maupun baja. Susunan balok ini diatur secara vertikal dan horizontal, namun untuk atap dak beton susunannya hanyalah vertikal saja.
Berdasarkan bentuk atap yang diinginkan, maka muncul beberapa penamaan berdasarkan susunan balok-balok yang menjadi komponen rangka atap kayu. Berikut adalah beberapa jenis komponen untuk rangka atap kayu.
  • Kuda-kuda

Kuda-kuda adalah penopang rangka atap yang terbuat dari balok kayu berbentuk segitiga. Kuda-kuda berfungsi untuk menyangga rangka atap dan diletakkan di bagian bawah rangka. Selain penting pada konstruksi rangka atap, kuda-kuda juga bisa mempercantik tampilan rumah karena dapat menampilkan nuansa etnik tradisional.
  • Gording

Gording adalah balok kayu yang terletak di atas kuda-kuda. Gording mempunyai fungsi untuk menyangga dan penghubung antara kuda.
  • Kasau

Kasau merupakan balok kayu yang diletakkan melintang di atas gording. Fungsinya adalah membuat atap jadi berlebih dan ukurannya bisa diatur sesuai keinginan.
  • Reng

Reng adalah kayu yang melintang yang ditaruh di atas kasau. Fungsi reng untuk mengait dan menahan penutup atap. Dengan adanya reng, genting jadi lebih mudah disusun, teratur, dan rapi.
  • Reng Balok

Reng balok adalah balok yang diletakkan pada bagian puncak dinding dan mempunyai fungsi untuk menahan dan menjaga kuda-kuda agar tetap kokoh.
  • Lisplank Tirisan

Lisplank tirisan merupakan papan tegak yang dipasang pada bagian bawah kasau. Konstruksi ini berfungsi sebagai pengikat ujung kasau supaya susunannya tidak berubah.
  • Lisplank Ujung Gevel

Selain lisplank tirisan, ada pula yang bernama lisplank ujung gevel. Seperti namanya, lisplank ujung gevel diletakkan pada sepanjang ujung gevel. Fungsinya untuk melindungi gording dan reng dari air hujan dan sinar matahari.
  • Pelapis Atap

Pelapis atap merupakan bagian atap yang berada di atas kasau. Umumnya, pelapis atas ini lapisan yang kedap air dan terbuat dari seng, plastik, atau plat semen berserat. Tujuannya untuk mencegah air hujan masuk ke dalam rumah.
  • Penutup Atap

Penutup Atap adalah komponen yang berada paling atas pada atap dan bersinggungan langsung dengan udara luar. Penutup atap memiliki fungsi menjaga paparan sinar matahari dan air hujan.

Memilih Kayu Untuk Rangka Atap Kayu

Ada berbagai jenis kayu yang bisa digunakan sebagai rangka atap kayu (Pixabay - Capri23auto)
Ada berbagai jenis kayu yang bisa digunakan sebagai rangka atap kayu (Pixabay – Capri23auto)
Agar rumah dapat bertahan lama di berbagai kondisi, pastinya dibutuhkan rangka atap yang kokoh dan kuat. Rangka atap biasanya menggunakan bahan kayu karena selain kuat, tetapi juga kokoh dan tahan lama.
Ada beberapa jenis kayu yang bisa digunakan dalam membuat rangka atap. Sebab memilih kayu yang tidak tepat, tentunya bisa membuat rangka atap kayu juga rentan rusak. Berikut beberapa jenis kayu yang berkualitas bagus dan kokoh untuk dipakai menjadi rangka atap kayu.
  • Kayu Meranti
Kayu meranti biasa digunakan untuk bahan konstruksi bangunan. Kayu ini cocok digunakan sebagai rangka atap kayu karena memiliki batang yang lurus, ukuran besar tidak bercabang, dan pastinya mudah untuk dibuat menjadi rangka atap rumah. Kayu ini juga jenis kayu yang awet meskipun teksturnya agak kasar.
  • Kayu Bangkirai
Kayu bangkirai merupakan kayu yang cukup populer dan terkenal. Kayu ini dapat dijadikan sebagai bahan rangka atap rumah. Kayu bangkirai termasuk sebagai kayu yang cukup kuat dan mempunyai tekstur yang mirip dengan kayu meranti. Selain itu, kayu ini pun sering digunakan dalam pembuatan kapal sehingga tahan lamanya tidak diragukan lagi.
  • Kayu Mersawa
Kayu mersawa adalah kayu awet yang sering digunakan untuk bahan bangunan. Selain itu, kayu ini juga sering digunakan dalam pembuatan kapal. Mirip dengan dua kayu sebelumnya, kayu ini mempunyai tekstur yang agak kasar dan merata.
  • Kayu Kapur
Kayu kapur merupakan jenis kayu yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan, kusen, dan bahan pembuatan rangka atap rumah. Kayu ini pun memiliki tekstur yang agak kasar.
  • Kayu Mahoni
Kayu mahoni merupakan kayu yang berasal dari pohon mahoni dan cukup mudah untuk ditemukan. Kayu ini selain bisa digunakan untuk rangka atap, sering dipakai untuk membuat pintu dan jendela. Teksturnya yang sedang juga membuatnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan lain.
  • Kayu Sonokeling
Kayu sonokeling adalah kayu yang banyak diekspor ke luar negeri karena biasa digunakan sebagai bahan untuk gital dan peralatan alat olahraga. Kayu ini mempunyai tekstur yang sangat halus dan tergolong kuat dan awet.
  • Kayu Bayur
Kayu bayur mempunyai tekstur yang agak kasar dengan tingkat keawetan sedang. Kayu ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan, lantai pertukangan, bahan mebel, korek api, serta sisir.

Keunggulan Rangka Atap Kayu

Ada sejumlah kelebihan dalam penggunaan rangka atap kayu namun juga ada kekurangannya. (Unsplash/Tony Xavier)
Setiap material konstruksi memiliki kelebihannya masing-masing, tidak terkecuali material kayu sebagai rangka atap rumah. Ada sejumlah kelebihan dari menggunakan kayu sebagai rangka atap rumah. Berikut kelebihannya dibandingkan material lain.
  • Mudah dikerjakan
Salah satu kelebihan utama dari rangka atap kayu adalah mudah dikerjakan. Ini membuat banyak orang mudah menemukan ahli pemasangan rangka atap kayu dan lebih condong membuat rangka atap berbahan kayu.
  • Fleksibel
Keunggulan lainnya adalah rangka atap kayu memiliki sifat yang fleksibel. Ini tentunya sangat memudahkan pekerja dalam membuat rangka atap sesuai dengan kemauan pemilik rumah.
  • Nuansa Alami
Menggunakan material kayu juga bisa memberikan nuansa alami pada rumah. Suasana rumah pun akan menjadi lebih asri dan sejuk dengan menggunakan rangka atap kayu.

Kekurangan Rangka Atap Kayu

Sama halnya seperti material lainnya, setiap pilihan jenis rangka memiliki keunggulan dan juga kekurangan. Dengan mengetahui apa saja kekurangannya, Anda bisa melakukan berbagai proteksi maupun tindakan pencegahan saat memutuskan memilih rangka atap kayu.
  • Menjadi sasaran rayap
Rayap merupakan musuh alami dari kayu sehingga rangka atap kayu mudah dimakan rayap. Untuk menghindari hal itu, pilih jenis kayu yang sudah tua dan memenuhi tingkat kekerasan tertentu. Hati-hati juga kalau lingkungan yang ditinggali mempunyai kelembaban tinggi dan banyak rayap.
  • Mudah terbakar
Kelemahan lainnya adalah mudah terbakar. Meskipun kayu tersebut kuat, tetapi kalau terkena api maka akan habis terbakar. Jika terjadi kebakaran pada bangunan yang menggunakan rangka atap kayu, maka akan sulit dipadamkan karena kayu mudah terbakar dan bisa menjalar dengan cepat.
  • Mudah mengembang dan menyusut
Kayu adalah material yang bisa mengembang dan menyusut secara alami. Apalagi jika kayu tersebut tidak benar-benar tua dan kering sehingga bisa mengembang dan menyusut pada kondisi tertentu. Karenanya, pilih kayu dengan tepat dan bijak untuk rangka atap rumah.

STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA RINGAN PADA BANGUNAN DAN FUNGSINYA

Rangka atap adalah suatu komponen penting yang ada dalam suatu bangunan. Rangka atap berfungsi sebagai penopang tekanan atap dan menyalurkan tekanan bangunan ke struktur lainnya yang ada di bawahnya. Struktur ini mungkin jarang kita lihat karena tertutup genteng. Struktur ini sama penting nya dengan struktur - struktur lainnya yang ada pada bangunan untuk membangun bangunan yang berdiri kokoh.

Rangka atap juga memiliki struktur - struktur yang ada didalamnya, semua struktur - struktur di dalam rangka atap memiliki fungsi nya masing - masing. Berikut adalah struktur - struktur yang terdapat di dalam rangka atap :

Struktur -Struktur Yang Terdapat Pada Rangka Atap

  1. Kuda - Kuda
  2. Bracing / Pengakuh
  3. Reng
  4. Penutup atap
  5. Talang Jurai
  6. Rabung

 

Fungsi Dari Struktur Rangka Atap :

1.    Kuda Kuda

Kuda - Kuda memiliki fungsi yang sangat besar dalam pembuatan Rangka Atap. Fungsi dari kuda - kuda adalah menopang semua tekanan yang ada pada rangka atap dan langsung menyalurkannya ke struktur bangunan yang ada di bawah rangka atap. Posisi kuda - kuda ada diujung dan tengah rangka atap. Pada rangka stuktur baja ringan biasanya menggunakan truss / kanal C.

2.    Brancing / Pengakuh

Bracing / Pengakuh adalah struktur yang mengikat kuda - kuda satu dengan yang lainnya. Posisinya yang memanjang atau melintang seusai dengan panjang rangka atap yang dibangun. Biasanya bracing / pengakuh pada rangka baja ringan menggunakan truss / kanal C yang sama dengan kuda-kuda.

3.    Reng

Reng adalah struktur rangka atap yang letak posisi nya tepat di bawah penutup atap. Dan menyalurkan tekanan penutup atap ke struktur lain di bawah nya. Reng juga memiliki fungsi sebagai tempat bersandar nya penutup atap. Posisi reng tegak lurus ke atas.

4.    Penutup Atap

Penutup atap atau yang biasa kita sebut dengan genteng / spandek memiliki fungsi sebagai penahan tekanan yang di hasilkan cuaca, seperti tekanan angin dan tekanan air hujan saat hujan turun. Banyak pilihan penutup rangka atap yang bisa jadi referensi yang akan anda gunakan.

5.    Talang Jurai

Talang Jurai adalah sambungan antar bidang atap satu dengan yang lainnya. Namun jika rumah atau bangunan hanya lantai satu biasa hanya menggunakan satu bidang atap. Talang jurai ini hanya berfungsi di rumah - rumah memiliki atap dengan lebih dari satu bidang.

6.    Rabung

Adalah sebagai pengikat pertemuan antara dua susunan penutup atap yang berfungsi sebagai penutup cela pertemuan atap sehinga atap tidak terlepas sekaligus penambah nilai keindahan dan estetika bangunan atap.



Cara menghitung kebutuhan kayu atap rumah terbagi menjadi tiga bagian rangka atap. Rumusnya mengacu kepada koefisien yang telah ditetapkan sebelumnya. Yakni adalah sebagai berikut :

Volume = panjang x lebar

*dengan catatan rumus ini berlaku pada penggunaan bidang persegi panjang atau dengan bidang segi empat.

Terdapat jenis-jenis atap genteng yang dapat Anda gunakan, mulai dari genteng beton, genteng metal, genteng keramik, genteng tanah liat dan sebagainya. Berikut ini adalah cara menghitung kebutuhan rang atap dan jumlah genteng untuk beberapa jenis genteng.

  1. Genteng keramik dan genteng morando

Jumlah yang dibutuhkan untuk memebuhi kebutuhan rangka kayu per meter perseginya adalah :

  • Kayu kaso uk. 5/7 = 0,011 m3
  • Kayu reng uk. 3/4 = 0,019 m3
  • Paku = 0,045 kg
  • Jumlah genteng = 15 buah
  1. Genteng beton

Jumlah yang dibutuhkan untuk memebuhi kebutuhan rangka kayu per meter perseginya adalah :

  • Kayu kaso uk. 5/7 = 0,011 m3
  • Kayu reng uk. 3/4 = 0,014 m3
  • Paku = 0,025 kg
  • Jumlah genteng = 10 buah
  1. Genteng plentong

Jumlah yang dibutuhkan untuk memebuhi kebutuhan rangka kayu per meter perseginya adalah :

  • Kayu kaso uk. 5/7 = 0,011 m3
  • Kayu reng uk. 3/4 = 0,007 m3
  • Paku = 0,045 kg
  • Jumlah genteng = 25 buah

Contoh soal :

Diketahui Anto merancang rumah minimalis sederhana dengan luas atap sebesar 140 meter persegi. Nantinya, Anto berencana menutupi rangka tersebut dengan menggunakan genteng beton. Berdasarkan data tersebut, berapakah kebutuhan kayu kaso, reng serta genteng yang diperlukan?

Jawaban :

Setelah diketahui luas atap adalah 140 m dan jenis genteng yang digunakan adalah genteng beton, maka perhitungan akan mengacu kepada ketiga contoh koefisien yang sudah dijelaskan sebelumnya. Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut :

  • Kayu kaso uk. 5/7 = 140 m x 0,011                = 1,54 m3
  • Kayu reng uk. 3/4 = 140 m x 0,014                = 1,96 m3
  • Jumlah paku = 140 x 0,025                              = 3,5 kg
  • Jumlah genteng = 140 x 10 buah                     = 1400 buah

Secara umum, contoh tersebut menggambarkan bagaimana cara menghitung kebutuhan kayu atap rumah yang akan Anda perlukan. Ketika hendak memilih sebuah kayu untuk rangka rumah Anda, ada beberapa tips yang dapat Anda gunakan ketika hendak membeli, yakni :

  • Jika hendak memilih kayu, pilihlah kayu dengan kualitas yang baik serta kokoh dan kuat.
  • Pilihlah kayu yang memiliki daya tahan terhadap serangan rayap maupun lapuk sehingga kayu dapat digunakan dalam waktu jangka panjang.
  • Kualitas kayu memang akan setara dengan harga jualnya yang tinggi, maka dari itu, sesuaikan harga kayu yang akan dibeli dengan buget yang Anda miliki.

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN BAJA RINGAN 

Data berupa panjang dan lebar bangunan digunakan untuk menentukan nilai volume atap. Untuk mempermudahnya, bisa diambil contoh rumah type 36 yang menerapkan atap pelana.

Umumnya, panjang dan lebar rumah type 36 adalah 6 x 6 meter. Lalu, overstek yang digunakan biasanya adalah 1 meter. Contoh kemiringan atapnya yaitu 35 derajat.

Berdasarkan contoh data ukuran rumah type 36 dengan bentuk atap pelana tersebut, maka dapat digunakan rumus:

  • Panjang bangunan = panjang rumah + (2 x panjang overstek) = 6 + (2 x 1) = 8 meter
  • Lebar bangunan = lebar rumah + (2 x panjang overstek) = 6 + (2 x 1) = 8 meter
  • Derajat kemiringan = Cos 35 = 0,819

Volume Atap Bentuk Atap Pelana

Selanjutnya, volume atap dapat dihitung setelah data ukuran rumah telah ditentukan menggunakan rumus berikut.

  • Volume = (panjang rumah + panjang overstek di kedua sisi) x (lebar rumah + panjang overstek di kedua sisi) / derajat kemiringan atap

Maka, volume bentuk atap pelana  adalah = (8 x 8)/ 0,819 = 78,144 meter kubik atau 78 meter kubik.

Kebutuhan Kanal C dan Reng

Dalam mengaplikasikan rangka atap baja ringan, kanal C  dan reng adalah bagian yang sangat penting penting, dimana ketika dihitung, hal tersebut akan membantu dalam memprediksi kebutuhan dana. Cara menghitungnya dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

  • Rumus kebutuhan kanal C = (volume atap x 4)/panjang baja ringan per batang = (78 x 4 )/6 = 296/6 = 52 batang kanal C  baja ringan.
  • Rumus kebutuhan reng = Jumlah kanal C x jarak pemasangan reng = 52 x 1,2 = 62,4 atau sekitar 63 batang reng baja ringan.