Jembatan merupakan salah satu jenis bangunan yang berfungsi untuk menghubungkan dua wilayah yang dipisahkan sungai ataupun jurang. Peran besar yang dimiliki jembatan ini menuntut pihak yang berkaitan untuk bisa membuat konstruksi jembatan yang tepat dan bisa menahan beban berat.
Kesalahan dalam konstruksi bisa berakibat fatal terhadap mobilitas orang yang melewatinya. Terlebih bentuk wilayah yang dihubungkan sangat beragam, sehingga model jembatan yang digunakan wajib menyesuaikan kondisi area tersebut.
Apa itu Jembatan?
Secara umum, jembatan adalah konstruksi yang dibuat untuk menjadi alat penyeberangan yang menghubungkan dua wilayah terpisah. Dengan adanya jembatan, maka dua wilayah yang dipisahkan oleh sungai, jurang, bahkan lautan bisa terhubung dan dilewati orang di atasnya.
Jembatan Pertama Kali Dikenal pada Masa?
Konstruksi pada jembatan ini pertama kali dibuat pada masa kekaisaran Roma. Pada zaman itu, jembatan masih dibuat dengan bentuk yang sangat sederhana, tanpa ada campur tangan teknologi. Misalnya menggunakan kayu panjang yang kuat sebagai jembatan.
Beberapa jembatan khas kekaisaran Roma yang masih sering ditemui adalah jembatan gerbang yang bentuknya melengkung, serta jembatan mortal dan batu bata.
Fungsi Jembatan
Jika melihat dari awal mula diciptakannya hingga saat ini, ada beberapa fungsi jembatan yang sangat bermanfaat bagi manusia, di antaranya:
- Penghubung dua jalan yang terpisah.
- Sebagai alat bantu mobilitas pada jalan yang dipisahkan oleh rintangan.
- Alat penyeberangan.
Jenis-Jenis Konstruksi Jembatan
Untuk menyesuaikan kondisi dan wilayah yang akan dihubungkan, jembatan dibuat dengan konstruksi yang beragam. Ini dilakukan agar kekuatan dari jembatan tersebut bisa maksimal dan bebas dari kondisi ambruk.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis struktur konstruksi untuk jembatan:
1. Beam Bridge
Konstruksi khusus jembatan yang satu ini paling banyak ditemui di berbagai daerah, khususnya pada area yang dipisahkan oleh air sungai. Dari tampilannya saja orang bisa menebak bahwa jembatan ini menggunakan bahan utama beton sebagai tiang penyangga dan pegangannya.
Padahal, selain beton jembatan ini juga sering menggunakan bahan baja sebagai tiang tancapnya. Model jembatan yang berbentuk garis lurus horizontal ini, biasanya digunakan untuk menghubungkan area yang tidak terpisah terlalu jauh, yakni kisaran 5 hingga 10 meter.
2. Truss Bridge
Jembatan ini tergolong unik dan estetik dari segi tampilannya. Konstruksi bangunannya tidak membutuhkan tiang penyangga untuk menopang berat beban yang ada di atasnya. Namun kekuatannya tidak perlu diragukan, karena tersusun dari kerangka yang berbentuk segitiga.
Posisi kerangka menyerupai segitiga ini akan menyebarkan titik beban ke seluruh bagian jembatan. Jadi, kalau ada beban berat di atasnya tidak ada bagian jembatan yang anjlok karena terkena tekanan pada satu titik.Bahan kerangka yang digunakan juga sangat kuat yakni memakai baja. Karena tidak ada penyangga di bawahnya, maka jembatan truss bisa dibuat dengan beragam variasi bentuk. Bahannya yang kuat membuat jembatan ini bisa diaplikasikan pada area berjarak 50 sampai 100 meter.
3. Arch Bridge
Arch Bridge atau jembatan lengkung ini adalah satu-satunya jembatan yang merupakan peninggalan konstruksi kekaisaran Roma. Sesuai namanya, penyangga utama pada jembatan arch berbentuk melengkung dan terhubung antara area yang satu dengan area di seberangnya.
Pada bagian atas penyangga yang melengkung ini, akan dipasang tiang vertikal yang menopang langsung bagian jembatan sebagai mobilitas. Karena terdiri dari 2 penyangga dasar dan penghubung, tidak heran jika kekuatannya sangat baik.Bahkan jembatan melengkung ini bisa dipasang pada area yang berjarak 100 sampai 300 meter. Sayangnya, model yang lebih hemat bahan konstruksi ini hanya bisa diaplikasikan pada tanah yang sangat kuat sebagai dasar untuk menancapkan penyangga.
4. Suspension Bridge
Jembatan suspension lebih dikenal masyarakat sebagai jembatan gantung. Istilah ini digunakan sesuai dengan cara aplikasinya, yakni digantung. Namun, sebagai media untuk menggantungkan kabel, pada titik tertentu jembatan tetap dibuat tiang sebagai media penyangga kabel.
Pada tiang yang dibuat dengan ukuran sangat tinggi inilah dikaitkan kabel yang berfungsi menggantung jembatan agar lebih kokoh. Jadi, bobot jembatan dipikul oleh kabel bukan tiang penyangga di bawahnya.Dengan struktur ini, maka jembatan gantung termasuk salah satu konstruksi yang paling kuat. Biasanya digunakan untuk menghubungkan area yang jaraknya sangat jauh, yakni mencapai 1400 meter. Contohnya adalah jembatan Suramadu yang ada di Jawa Timur dan dipisahkan lautan.
Bagian-bagian Konstruksi Jembatan
Untuk membangun jembatan, ada beberapa tahap konstruksi yang harus dilakukan dengan sistematis. Secara keseluruhan, bagian-bagian konstruksi pada jembatan dibedakan menjadi 2, yakni bagian atas dan bagian bawah.
Konstruksi Jembatan Bagian Atas
Jembatan bagian atas adalah yang terhubung langsung dengan beban yang menyeberangi jembatan. Untuk mendukung peran ini, ada beberapa struktur konstruksi bagian atas, di antaranya:
- Trotoar, yaitu bagian yang terletak di masing-masing sisi jalan sebagai ruang untuk pejalan kaki yang melewati jembatan.
- Slab kendaraan, yakni bagian penahan beban yang dijadikan tempat lalu lintas kendaraan.
- Girder, yaitu salah satu bagian atas jembatan yang posisinya melintang ataupun tegak lurus.
- Balok diafragma, yang membantu membuat girder lebih kaku agar tidak terpengaruh dengan gaya beban yang posisinya melintang.
- Sendi, yang berada di bawah jembatan untuk menumpu beban dari jembatan yang membentang.
- Tumpuan, berupa karet yang berfungsi meredam benturan pada jembatan agar tidak mudah hancur.
Konstruksi Jembatan Bagian Bawah
Konstruksi bagian bawah lebih berupa penyangga yang menjadi tumpuan utama jembatan. Pada bagian ini, ada beberapa struktur yang wajib dibuat yaitu:
- Bagian pangkal jembatan, yang berfungsi sebagai dinding penahan pada tanah.
- Pilar, yang posisinya ada di tengah jembatan untuk menyebarkan beban ke seluruh Pondasi jembatan.
- Drainase, untuk mengalirkan air hujan ke luar dari area jembatan agar tidak tergenang dan merusak strukturnya.
- Pondasi, yang meneruskan beban pada jembatan ke dasar tanah.
Walaupun sekilas bentuk jembatan terlihat biasa saja, namun di dalamnya terdapat konstruksi jembatan yang harus dibuat dengan teliti. Bahkan untuk memaksimalkan pemilihan modelnya, harus ada survei lokasi untuk mengukur jarak pasti dan kekuatan tanah sebagai penyangga jembatan.
Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
Struktur atas (superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat jembatan itu sendiri, beban mati, beban lalu-lintas kendaraan, angin, dan lain-lain. Komponen pada struktur atas jembatan bervariasi tergantung dari jenis jembatan apakah beton/baja/komposit. Biasanya komponennya terdiri dari :
- Trotoar, jalur untuk pejalan kaki yang biasanya dibuat lebih tinggi tapi tetap sejajar dengan jalan utama agar pejalan kaki lebih aman dan bisa dilihat jelas oleh pengendara yang melintas.
- Dek, dianggap sebagai jalan atau permukaan rel jembatan.
- Girder/gelagar, untuk menyalurkan beban kendaraan pada bagian atas ke bagian bawah atau abutment.
- Balok diafragma, bagian penyangga dari gelagar-gelagar jembatan. Berfungsi untuk memberikan kestabilan pada masing-masing girder dalam arah horizontal
Bearings (bantalan)
Bridge bearing dikenal dengan nama elastomer karena sifat elastis karet yang dapat meredam getaran bagi jembatan dan sebagai media untuk menyalurkan beban dari bangunan bagian superstruktur jembatan menuju bagian substruktur jembatan. Umumnya dipasang di bawah girder jembatan, di atas pier head, maupun abutment. Saat ini elastomer ada berbagai jenis dengan fungsi yang berbeda, sehingga ada parameter tertentu dalam memilih bearing seperti beban yang bekerja, tingkat perawatan, jarak bebas yang tersedia, preferensi perancang, toleransi konstruksi, dan biaya kriteria. Selain itu, perlu diperhatikan juga dalam menentukan standar elastomer yaitu kombinasi beban yang diterima berbanding dengan ketebalan dan kekakuan karet bantalan yang dibutuhkan.
Struktur bawah (substructures)
Berfungsi menopang seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air, tumbukan, gesekan pada tumpuan, dan sebagainya untuk kemudian disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh pondasi ke tanah dasar. Komponen substruktur jembatan terdiri dari :
- Dermaga, merupakan struktur vertikal digunakan untuk menopang dek atau bantalan yang disediakan untuk transmisi beban ke tanah bawah tanah melalui pondasi. Struktur ini berfungsi sebagai penopang bentang jembatan pada titik-titik perantara.
- Abutment (pangkal jembatan), struktur vertikal yang digunakan untuk menahan tanah di belakang struktur, sehingga difokuskan pada stabilitas seluruh sistem.
- Dinding sayap (wing wall), struktur yang dibangun sebagai perpanjangan dari abutment untuk menahan tanah yang ada di tepian. Dinding penahan ini dibangun secara berdekatan dengan abutment. Stabilitas dinding sayap utamanya berdasarkan pada ketahanan terhadap tekanan tanah.
Pondasi
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Pondasi yang dibangun sebagai struktur jembatan dibuat cukup dalam untuk menghindari gerusan akibat pergerakan air/untuk mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi.