Gudang Ilmu: August 2022

Wednesday, 24 August 2022

Jenis-Jenis Kolom Bangunan Pada Konstruksi

 

Pengertian kolom

Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, adapun yang dimaksud kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), adapun yang dimaksud kolom adalah tiang (pilar) penyangga yang biasanya terbuat dari beton yang bertulang besi. Sementara menurut Sudarmoko (1996), kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai dan runtuhnya bangunan secara total.

Struktur dalam kolom terbuat dari besi dan beton. Kedua bahan ini memiliki sifat gabungan yang cukup baik di mana besi merupakan material yang tahan terhadap tarikan, sedangkan beton merupakan material yang tahan tekanan.

Macam-macam kolom bangunan

Berdasar kondisinya, terdapat enam klasifikasi tipe kolom yaitu

  • Berdasarkan jenis penguatan
  • Berdasarkan jenis pemuatan
  • Berdasarkan rasio kelangsingan
  • Berdasarkan bentuk kolom
  • Berdasarkan bahan konstruksi

Jenis kolom bangunan berdasarkan jenis penguatan

kolom terikat kolom spiral kolom komposit
Berdasarkan jenis penguatan, terdapat tiga jenis kolom :

1. Kolom terikat (tied column)

Kolom ini biasanya dibuat dengan beton bertulang. Menggunakan tulangan longitudinal dibatasi dalam tulang ikat yang jaraknya rapat.

Apabila jarak antara ikatan berjauhan maka kolom mengalami keruntuhan geser dan meluncur pada area ikatan. Hampir 95% semua bangunan menggunakan kolom terikat.

2. Kolom spiral (spiral column)

Kolom spiral merupakan kolom dengan batang tulangan memanjang dan dikurung dalam tulangan spiral yang dililit secara rapat dan kontinyu. Kegunaannya adalah sebagai penahan lateral akibat efek poisson dan menunda kegagalan beban aksial. 

Kolom spiral juga bisa disebut kolom yang diberi penguat dengan tulangan spiral secara rapat dan jaraknya berseragam. Sebagian besar kolom spiral menyediakan pendukung dalam arah melintang dan mencegah kolom dari laras (barreling).

Umumnya kolom ini terdiri dari 6 batang tulangan sebagai tulangan memanjang.

3. Kolom komposit

Kolom ini terdiri dari baja struktural atau besi coran yang dilapisi beton, serta diperkuat dengan tulangan memanjang atau spiral. Kolom ini sering digunakan untuk menghindari korosi baja.

Dengan penampang yang kecil, kolom ini memiliki kekuatan yang memadai serta tahan terhadap api. Contohnya adalah kolom komposit concrete encased (CE). 

Jenis kolom bangunan berdasarkan jenis pemuatan

Berdasarkan jenis pemuatan, terdapat tiga jenis kolom :

4. Kolom Bermuatan Aksial

Kolom bermuatan aksial

Kolom bermuatan aksial terjadi karena beban aksial vertikal bekerja pada pusat gravitasi penampang kolom. Dalam konstruksi, kolom beban aksial jarang terjadi karena beban vertikal pada pusat gravitasi bagian kolom tidak praktis.

Contoh dari kolom bermuatan aksial terdapat pada kolom interior gedung bertingkat dengan beban simetris dari pelat lantai dari semua sisi.

5. Kolom bermuatan eksentrik uniaksial


Kolom pembebanan eksentrik uniaksial merupakan kolom yang bekerja secara eksentrik pada sumbu X atau Y penampang kolom, dan terjadi ketika beban vertikal tidak terhimpit dengan titik berat penampang kolom

Kolom dengan pembebanan uniaksial umumnya dijumpai pada kasus kolom balok yang terhubung secara kaku dari satu sisi saja seperti kolom tepi.

6. Kolom bermuatan eksentrik biaxial

Kolom bermuatan eksentrik biaxial biasanya digunakan pada kolom sudut dengan balok yang terhubung secara kaku tegak lurus pada bagian atas kolom. Kolom ini hanya dipakai pada konstruksi tertentu.

Kolom ini berkerja ketika beban vertikal pada kolom gak berimpit dengan titik berat penampang kolom dan gak bekerja pada sumbu layu (sumbu X dan Y).

Jenis kolom bangunan berdasarkan rasio kelangsingan

Berdasarkan rasio kelangsingan, terdapat dua jenis kolom :

7. Kolom pendek

kolom pendek pada konstruksi bangunan
Sebuah kolom bisa disebut sebagai kolom pendek apabila dimensi lateral terkecilnya kurang dari 12. Kekuatan material dan bentuk geometri dari potongan melintang dan gak terpengaruh oleh panjang kolom akibat defleksi lateral yang terjadi sangat kecil

8. Kolom panjang

kolom panjang pada konstruksi bangunan

Berkebalikan dari kolom pendek, kolom panjang terjadi apabila dimensi lateral terkecilnya lebih dari 12. Kolom panjang lebih lemah daripada kolom pendek walau luas penampangnya sama. Kolom ini ada bahaya tekuk atau bengkok.

Jenis kolom bangunan berdasarkan bentuk kolom

Berdasarkan bentuk kolom, terdapat empat jenis kolom :

9. Kolom persegi

kolom persegi pada kosntruksi bangunan

Kolom persegi sangat umum digunakan pada konstruksi, terutama struktur berat. Selain biaya pengerjaannya murah, pengecoran kolom persegi jauh lebih mudah karena kemudahan penutupan dan mendukung agar tidak terjadi keruntuhan karena tekanan beson masih berbentuk “mudah mengalir”.  

10. Kolom melingkar

kolom melingkar pada kosntruksi bangunan
Kolom melingkar digunakan pada tiang pancang dan elevasi bangunan demi tujuan estetika. Lebih dari 4 batang baja longitudinal digunakan sebagai tulangan dan ketahanan lentur yang lebih tinggi daripada kolom persegi.

Kolom melingkar juga dipakai untuk penyangga jembatan karena dapat menahan defleksi.

11. Kolom berbentuk L

kolom berbentuk L

Kolom bentuk L berada pada sudut-sudut dinding batas dan punya karakteristik yang menyerupai kolom persegi.

12. Kolom berbentuk T

kolom berbentuk T pada konstruksi

Kolom bentuk T bisa digunakan berdasarkan persyaratan desain struktur. Penggunaannya kebanyakan dalam konstruksi jembatan.

Jenis kolom bangunan berdasarkan bahan konstruksi

Berdasarkan bahan konstruksi, terdapat enam jenis kolom :

13. Kolom beton bertulang

kolom beton bertulang

Kolom beton bertulang merupakan kolom yang diperkuat dengan baja. Tujuannya agar menaikan daya tarik (tension). Hal ini karena beton kuat dalam kompresi namun lemah dalam tarikan. Keunggulannya membuatnya banyak digunakan dalam konstruksi bangunan

14. Kolom baja

kolom baja pada konstruksi bangunan

Kolom baja dipakai dalam konstruksi struktur baja. Struktur baja lebih fleksibel, kuat dan tahan lama daripada kolom beton. Kolom T adalah yang paling sering digunakan dalam struktur baja.

15. Kolom kayu

kolom kayu pada konstruksi

Kolom kayu sudah digunakan sebelum orang beralih ke kolom beton. Lasan sederhananya karena kayu mudah ditemukan. Namun kolom kayu bisa tahan lama apabila mendapat perawatan yang tepat.

16. Kolom bata

kolom bata pada konstruksi

Kolom bata menjadi favorit untuk struktur penahan beban. Perannya penting untuk meningkatkan stabilitas struktur susunan bata (masonry). Di sisi lain, kolom bata dapat menambah nilai estetika bangunan.

17. Kolom balok

kolom balok

Kolom balok berasal dari balok beton semen atau balok ACC. Berat struktur jauh lebih ringan daripada kolom beton.

18. Kolom batu

kolom batu pada kosntruksi

Fungsi kolom

Merujuk SK SNI T-15-1991-03, fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Beban sebuah bangunan yang dimulai dari atap akan diterima oleh kolom. Seluruh beban yang diterima oleh kolom kemudian didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. 

Dengan begitu, kolom pada sebuah bangunan memiliki fungsi yang sangat vital. Jika melihat penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kolom termasuk struktur utama bangunan untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), maupun beban hembusan angin.

Keruntuhan dan kegagalan struktur pada kolom menjadi titik kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya bangunan. Namun yang perlu diingat juga, selain harus melalui proses perhitungan yang tepat, kondisi tanah pun harus benar-benar mampu menerima beban dari pondasi. Untuk itu, peran penyedia jasa desain struktur bangunan profesional sangat dibutuhkan untuk memastikan perencanaan dan pelaksanaan proyek bangunan dapat berjalan memenuhi standar.

Mengapa pembuatan kolom harus diperhitungkan? Dan bagaimana caranya?

Dasar-dasar perhitungan kolom

Menurut SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, adapun dasar-dasar dalam melakukan perhitungan kolom pada bangunan adalah sebagai berikut:

  1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Adapun kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan secara baik.
  2. Pada sistem konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari adanya beban yang tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar ataupun dalam harus ikut diperhitungkan. Demikian pula pengaruh beban eksentris (ganjil atau tidak wajar) karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.
  3. Selanjutnya, dalam menghitung momen yang diakibatkan beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) terhadap komponen struktur lainnya.
  4. Momen-monen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai berdasarkan pada kekakuan relatif kolom dengan ikut memperhatikan kondisi kekangan pada ujung kolom.

Selain dasar perhitungan di atas, yang perlu diperhatikan dalam mendesain kolom adalah penghitungan beban hidup kumulatif. Adapun rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu bangunan gedung, termasuk juga beban-beban lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin, serta peralatan yang tidak dapat terpisahkan dari gedung sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.

Monday, 22 August 2022

Cara Menghitung Volume Pondasi Berbagai Tipe (Pondasi Tapak, Cakar Ayam, Batu Kali, Pondasi Umpuk, Bore Pile, Tiang Pancang, Pondasi Dalam, Pondasi Piers dan Pondasi Beton Lajur)

 

Cara Menghitung Volume Pondasi Berbagai Tipe, Mudah dan Lengkap!



Pondasi sebagai suatu bagian dari konstruksi bangunan memengaruhi daya tahan dan kekuatan rumah.

Namun, tidak semua pondasi memiliki jenis yang sepadan dan cocok untuk setiap jenis bangunan.

Terlebih lagi, pondasi untuk rumah anti gempa yang harus mempunyai syarat dan ketentuan khusus.

Nah, berikut ini adalah pengertian pondasi hingga jenis-jenis pondasi yang perlu kamu ketahui.

Pengertian Pondasi

Pengertian pondasi adalah suatu bagian paling dasar dari konstruksi sebuah bangunan.

Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban dari bagian atas struktur ke lapisan paling bawah.

Pondasi bangunan sangat penting, karena berfungsi sebagai penopang beban bagunan.

Pondasi bangunan menjadi unsur penting untuk menghasilkan bangunan yang kuat dan kokoh.

Adapun persyaratan yang menjadikan pondasi sebagai bagian konstruksi yang baik dengan persyaratan sebagai berikut.

  • Dapat menyesuaikan terjadinya gerakan tanah yaitu mengembang, menyusut atau tanah yang tidak stabil

  • Cukup kuat untuk menghindari timbulnya patah geser tanah

  • Dapat menahan gangguan unsur-unsur kimiawi

  • Dapat menahan tekanan air yang dinamis

Selain itu, peletakan pondasi pun harus tepat, yaitu meletakkan konstruksi pondasi di atas kekuatan tanah atau daya dukung tanah yang kuat.

Jenis Pondasi

Pondasi memiliki beragam jenis, yaitu terdapat pondasi tipe dangkal adapun pondasi dalam.

Pondasi tipe dangkal biasanya dibuat di kedalaman yang rendah sekitar 1/3 dari panjang pondasi dengan kedalaman 3 meter.

Berikut ini adalah jenis pondasi dangkal yang wajib diketahui agar menemukan yang tepat untuk rumah.

Pondasi Dangkal

Pondasi Tapak

Pondasi tapak terbuat dari susunan beton bertulang dengan memiliki struktur yang kuat.

Pondasi tapak biasanya dipasangkan pada tanah yang memiliki sifat keras dan memiliki bangunan struktur yang tinggi.

Pondasi Rumah Jenis Jalur

foto: pekerjasipil

Pondasi jalur atau pondasi memanjang digunakan untuk bangunan dengan beban memanjang.

Jenis pondasi ini dibangun dengan mencampurkan pecahan batu, batu kali dan cor beton tanpa tulang.

Pondasi Rumah Bentuk Rakit

Pondasi rakit atau raft foundations biasanya digunakan untuk menampung beban yang berada di daerah yang luas.

Pondasi rakit disusun dari pelat beton bertulang yang berukuran besar yang dipakai pada tanah yang memiliki daya tahan rendah.

Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran berbentuk bulat dan memakai beton selebar 60-80 cm yang dietakkan di kedalaman 1-2 meter di dalam tanah.

Ini adalah salah satu jenis pondasi dalam yang menjadi peralihan antara pondasi dangkal serta pondasi tiang.

Pondasi Umpak

foto: pekerjasipil

Pondasi umpak merupakan salah satu pondasi yang tahan terhadap goncangan.

Pasalnya, sistem yang terdapat pada pondasi ini membantu menyelaraskan bangunan dengan goncangan.

Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang-tiang penyangga dan digunakan pada rumah sederhana.

Pondasi Beton Lajur

Pondasi beton lajur biasanya digunakan untuk mendukung kolom pada bangunan.

Pondasi beton lajur akan dipakai bila luas penampang yang memakai pondasi pelat terlalu besar.

Pondasi ini memiliki harga yang lebih murah dibandingkan pondasi batu kali yang cocok untuk pengganti pondasi dengan ukuran yang lebar.

Adapun jenis pondasi dalam yang biasanya digunakan pada permukaan tanah dengan kedalaman pondasi lebih dari 3 meter.

Pondasi dalam terdapat 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

Pondasi Dalam

Pondasi Piers

Pondasi piers adalah jenis pondasi rumah yang memiliki fungsi meneruskan beban berat struktural pada bangunan.

Pondasi piers biasanya dibuat dari beton bertulang dan memiliki harga yang lebih murah dibandingkan jenis pondasi rumah menerus.

Pondasi Bore Pile

Pondasi bore pile merupakan pondasi yang dibangun di dalam permukaan tanah dengan cara membuat lubang.

Lubang pondasi bore pile dibuat menggunakan bor kemudian dimasukkan ke kedalaman tanah yang dibutuhkan. 

Pondasi ini dapat menahan beban struktur dengan melawan gaya angkat, sehingga dapat membantu struktur bagian dalam.

Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang menggunakan sistem pabrikasi, terbuat dari beton jadi yang ditancapkan ke dalam tanah.

Pondasi ini digunakan pada tanah yang memiliki kondisi lembek atau memiliki kandungan air yang tinggi.

Keuntungan menggunakan pondasi tiang pancang adalah mendapatkan mutu beton dengan kualitas yang terjamin.

Hal tersebut karena pondasi tiang pancang dibuat menggunakan sistem pabrikasi.

Rekomendasi Pondasi untuk Rumah Anti Gempa

Ada beberapa rekomendasi jenis pondasi untuk rumah anti gempa yang dilansir dari antigempa.com.

Pondasi anti gempa digunakan untuk menjaga kestabilan dan kekuatan yang cukup keras.

Biasanya jenis pondasi ini diaplikasikan pada daerah rawan gempa, tidak terkecuali di beberapa daerah Indonesia.

Pondasi anti gempa diterapkan dengan menyambung pondasi dengan kuat ke berbagai bagian rumah.

Hal tersebut turut serta didukung dengan pemilihan bahan bangunan yang memadai dan pengerjaan yang tepat.

Pondasi anti gempa pada umumnya menggunakan sistem pondasi batu kali yang terus-menerus.

Sehingga antara pondasi rumah dengan sloof akan menggunakan angket di setiap jarak setengah meter.

Pondasi batu kali yang banyak ditemukan di berbagai bangunan menjadi pilihan tepat sebagai pondasi untuk rumah anti gempa

Pondasi batu kali memiliki daya tahan tinggi terhadap goncangan. Selain itu, pondasi ini pun memiliki biaya pembuatan yang murah.

Pondasi batu kali biasanya di tanam di bawah permukaan tanah agar topangnya semakin kuat.

Pondasi ini mengandung komposisi seperti urugan pasir dengan ketebalan 10 cm dan batu kosong setebal 20 cm.

Selain itu, ada di dalamnya campuran batu kali berbentuk trapesium, pasir, semen PC, kapur, dan memiliki lebar permukaan sekitar 30 cm.

Keunggulan lainnya, pondasi batu kali pun dapat meminimalisir risiko kebocoran pada rumah.

Pondasi ini mempunyai bentuk konstruksi yang sederhana dan proses pengerjaanya yang cepat.

Cara Menghitung Volume Pondasi Berbagai Tipe, Mudah dan Lengkap!

Rumah merupakan tempat tinggal dan berlindung bagi Anda dan keluarga, sehingga memiliki posisi yang penting dalam kehidupan. Rumah yang kukuhkuat dan tahan lama menjadi kebutuhan yang sangat esensial. 

Untuk memiliki rumah yang kuat diperlukan rancangan struktur bangunan yang baik, sehingga rumah tidak mudah hancur, keropos atau bobrok.

Untuk membangun rumah yang kukuh, salah satu hal yang sangat penting dalam proses perancangan dan pembangunan adalah pondasi. Ibaratnya, bagian ini adalah tulang punggung di badan manusia, yang memberikan sokongan dan struktur pada tubuh.

Pondasi merupakan salah satu struktur kunci pada sebuah bangunan. Ia menopang beban utama dari bangunan tersebut. Maka dengan semakin baik dan kuatnya sebuah pondasi, maka akan semakin kuat pula bangunannya. 

Dan bisa dibayangkan, jika pondasi dibuat dengan kurang teliti, maka rancangannya dapat menghasilkan bangunan yang mudah roboh.

Salah satu cara yang dapat Anda lakukan untuk membuat pondasi yang kukuh adalah dengan membuat rencana anggaran biaya yang terencana dengan matang. 

Jadi, menghitung volume pondasi yang akan dibuat adalah hal yang harus dilakukan dalam menentukan rencana anggaran biaya ini.

Lalu bagaimana sih cara menghitung volume pondasi itu? Tingkat kesulitannya bisa dirasa cukup mudah namun bisa juga dibilang cukup sulit.

Berikut ini rangkuman beberapa cara menghitung volume pondasi berbagai jenis. 

Cara Menghitung Volume Pondasi Tapak

Foto: understandconstruction.com

Apa itu pondasi tapak? Pondasi ini dibuat dari beton bertulang yang bentuknya menyerupai telapak, oleh sebab itu pondasi ini disebut pondasi tapak. Letak dari pondasi ini di bawah tiang atau kolom dan biasanya diterapkan untuk rancangan bangunan berlantai 2 dan 3. 

Selain itu, pondasi tipe ini juga kerap diaplikasikan pada kontur tanah yang kurang keras dengan daya dukung tanah tidak terlampau buruk (>2 kg/cm2), dan kedalamannya bisa 1 sampai 2 meter. Konstruksi yang digunakan pada pondasi tipe ini biasanya beton bertulang.

Foto: bft-international.com

Dalam pembuatan pondasi ini, Anda dapat menggunakan cara menghitung volume pondasi tapak melalui rumus umum di bawah ini:

Volume pondasi = ((tinggi 1 x tinggi 2 /2) x sisi x sisi

  • Tinggi 1: tinggi dari keseluruhan pondasi tapak

  • Tinggi 2: tinggi bagian bawah pondasi tapak

  • Sisi: panjang pondasi tapak

Di bawah ini contoh soalnya agar lebih mudah dalam mengaplikasikan cara menghitung volume pondasi tapak.

Diketahui: 

  • Tinggi dari keseluruhan pondasi tapak: 0,5 m

  • Tinggi bagian bawah pondasi tapak: 0,4 m

  • Panjang pondasi tapak 2 m

Jawabannya:

Volume pondasi = ((tinggi 1 x tinggi 2)/2) x sisi x sisi 

= ((0,5 x 0,4)/2) x 2 x 2 

= 0,1 x 2 x 2 = 0,4 m³

Cara Menghitung Volume Pondasi Cakar Ayam

Foto: nurcahyaku5.blogspot.com

Pondasi cakar ayam merupakan salah satu bentuk pondasi yang cukup banyak dapat ditemui pada pondasi bangunan, khususnya pada struktur tanah yang lembek. Metode ini merupakan hasil temuan Prof. Dr. Ir. Sedijatmo. 

Pada metode pondasi cakar ayam ada dukungan dari pipa-pipa yang menyerupai cakar tertanam pada bagian bawah pelat. Cakar inilah yang membuat pelat lebih kuat dan tahan menyokong bobot dan penurunan yang tidak sama.

Cara menghitung volume pondasi cakar ayam dapat dilakukan dengan mengaplikasikan rumus ini:

Volume pondasi cakar ayam (V): L x P x T

Kebutuhan material pondasi cakar ayam (per buah):

  • Besi (batang): ((L/B+1) x (L x 2 + T x 2)) x 2 / B

  • Split (m3): 0.82 x V 

  • Pasir (m3): 0.54 x V

  • Semen (zak): Kebutuhan pasir x 1000 / 32 / R

Keterangan: 

  • V: Volume pondasi cakar ayam per buah (m3)

  • L  dan P: Lebar atau panjang cakar ayam (m)

  • T: Tebal cakar ayam (m)

  • R: Rasio semen berbanding pasir

  • B: Panjang besi (m)

Cara Menghitung Volume Pondasi Batu Kali

Foto: kobrapostonline.com

Pondasi batu kali merupakan jenis pondasi yang dibangun dari batu alam yang ditumpuk dalam susunan, bentuk dan ukuran tertentu lalu disatukan dengan pengikat seperti adukan beton. 

Tipe pondasi ini merupakan pondasi yang paling umum dipakai untuk pondasi rumah dan pada bangunan lainnya yang tidak terlalu berbobot dan tidak terlalu besar.

Cara menghitung volume pondasi batu kali dapat dengan mudah dilakukan dengan menerapkan rumus di bawah ini:

Volume pondasi = luas penampang x jumlah total panjang pondasi

Luas penampang dari rumus di atas dapat dicari dengan rumah berikut:

Luas penampang = (lebar bagian atas pondasi + lebar bagian bawah pondasi) x tinggi pondasi / 2

Anda dapat mencoba menerapkan rumus cara menghitung volume pondasi batu kali ini dengan contoh soal  berikut ini.

Diketahui:

 

  • lebar bagian atas penampang pondasi = 0,4 m

  • lebar bawah pondasi = 1 m

  • tinggi dalam pondasi = 2 m

  • pondasi = jumlah panjang dinding = 40 m

Jawabannya:

Volume pondasi = luas penampang pondasi x jumlah total panjang pondasi

= ((0,4 m + 1 m) x (2 m / 2)) x 40 m

= (1,4 m x 1 m) x 40 m

= 1,4 m² x 40 m = 56 m³


Nah, itulah cara menghitung volume pondasi dari berbagai jenis pondasi yang ada, mulai dari pondasi tapak, batu kali, sampai cakar ayam. Semoga informasi ini bermanfaat!


Perhitungan Pondasi Telapak

Orang awam sering menyebutnya pondasi cakar ayam, padahal ini bukan pondasi cakar ayam.

pondasi telapak
pondasi telapak

Langkah pehitungan pondasi telapak

Ada 3 langkah untuk menghitung pondasi telapak, yaitu:

  1. Menentukan Ukuran pondasi
  2. Kontrol geser
  3. Menentukan pembesian/penulangan

Persyaratan ketebalan pondasi telapak

  • Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah adalah 75 mm
  • Ketebalan pondasi telapak di atas lapisan tulangan bawah tidak boleh kurang dari 150 mm untuk pondasi telapak di atas tanah

Persyaratan kuat geser pondasi telapak

  • Aksi geser satu arah dimana masing-masing penampang kritis yang akan ditinjau menjangkau sepanjang bidang yang memotong seluruh lebar pondasi telapak
  • Aksi geser dua arah dimana masing-masing penampang kritis yang akan ditinjau harus ditempatkan sedemikian hingga perimeter penampang adalah minimum
  • Kedua persyaratan ini harus memenuhi, jika tidak maka pertebal ukuran pondasi

Contoh soal pondasi telapak

  • fc = 25.00 Mpa
  • fy = 400.00 Mpa
  • Daya dukung tanah (σ) = 200.00 kN/m2
  • Berat jenis tanah (γ tanah) = 17.00 kN/m3
  • Kedalaman pondasi (z) = 1.00 m
  • Tebal pondasi (h) = 0.40 m
  • Tinggi efektif pondasi telapak (d) = 0.33 m
  • Tekanan efektif tanah = σ – γ tanah x z = 183.00 kN/m2

dimana…

  • Fc adalah mutu beton yang kita tentukan
  • Fy adalah mutu baja/tulangan yang kita tentukan
  • Daya dukung tanah dan berat jenis tanah kita peroleh dari laporan penyelidikan tanah/soil test report
  • Kedalaman pondasi kita tentukan berdasarkan hasil soil test juga, ambil antara 1 ~ 2 m saja
  • Tebal pondasi kita tentukan sendiri asalkan memenuhi syarat. Untuk amannya ambil > 300 mm

Pembebanan pondasi telapak

Pondasi Telapak

  • Beban kita peroleh dari struktur atas pada salah satu titik kolom
  • P = 100 kN (aksial)
  • Mx = 5 kNm (Momen)
  • My = 7 kNm (Momen)

Menentukan Ukuran Pondasi Telapak

Ukuran pondasi ditentukan dengan cara coba-coba, jika tidak memenuhi maka ukuran diperbesar.

  • Menentukan ukuran pondasi dengan cara coba-coba, pada kasus ini kita ambil 1 x 1 m.
  • Hitung inersia, Ix = Iy = 1/12 * b * h3= 1/12 * 1 * 1 = 0,08 m4
  • As pondasi = x = y = 0,5 m
  • Lebar kolom struktur/pedestal = 0,4 x 0,4 m
  • Tegangan yang terjadi pada tanah, Σ = P/A + Mx*Y/Ix + My*X/Iy = 172 kN/m2
  • Σ < Tekanan efektif tanah = 183.00 kN/m2 (AMAN)

Tegangan pada pondasi telapak akibat beban terfaktor

  • P = 1,2 x 100 = 120.00 kN
  • Mx = 1,2 x 5 = 6.00 kNm
  • My = 1,2 x 7 = 8.40 kNm
  • Pada Titik A, σ = P/A  MxY/Ix + MyX/Iy = 134,40 kN/m2
  • Pada Titik B, σ = P/A + MxY/Ix + MyX/Iy = 33,60 kN/m2
  • Pada Titik C, σ = P/A – MxY/Ix – MyX/Iy = 206,40 kN/m2
  • Pada Titik D, σ = P/A + MxY/Ix + MyX/Iy = 105,60 kN/m2

Ambil yang terbesar untuk perhitungan selanjutnya

Kontrol Geser pada Pondasi Telapak

Karena pondasi telapak tidak mempunyai tulangan geser, maka gaya geser sepenuhnya ditahan oleh beton.

Geser satu arah

pondasi telapak

  • Gaya geser yang disebabkan oleh beban terfaktor, Vu = L/2-c1/2-d) x B x σ = 5,16 kN
  • Gaya geser yang disumbangkan oleh beton, qVc = 1/6 √fc *bw * d = 203,13 kN
  • qVc > Vu, Pondasi aman terhadap geser satu arah

Geser dua arah

pondasi telapak

  • Gaya geser yang disebabkan oleh beban terfaktor, Vu = (L x B – (C1+ d + c2 + d)) x σ = 51,60 kN
  • Gaya geser yang disumbangkan oleh beton,
  • Βc = c1/c2 = 1.00
  • Bo = keliling geser = (c1 + d + c2 + d) x 2 = 2.50 m
  • αs = 40.00 untuk kolom dalam (peraturan)
    • Nilai Vc dipilih yang terkecil dari hasil pers. Dibawah ini:
    • Vc = (1+(2/βc)) x ((√fc x bo x d)/6)  
    • Vc = (αs x d/bo) x 2) x ((√fc x bo x d)/12)
    • Vc = 1/3 √fc x bo x d
    • Diperoleh Vc = 1354.17 kN
    • qVc > Vu, Pondasi aman terhadap geser dua arah

Menentukan Pembesian / Penulangan Pondasi telapak

Penulangan pada pondasi telapak untuk tulangan lentur dan tulangan susut.

  • Mu = (0.5)x σ x ((B-c1)/2)2) x B = 12.64 kNm
  • m = fy/0.85fc = 18.82 kNm
  • Rn = Mu/Øbd2 = 0.15

Menentukan rasio tulangan;

  • ρ = 1/m (1-√(1-2mRn/fy) = 0.00038
  • ρ max = 0.75 x(0.85fcβ/fy)(600/(600+fy) = 0.02032
  • ρ min = 1.4/fy = 0.00350
  • As = ρ b d = 1137.50 mm2
  • Di ambil tulangan diameter 16 dengan luas 1 batang tulangan, As1 = 201,06 mm2
  • Maka, jumlah tulangan = As / As1 = 5,66 ~ 6 batang
  • Sehingga, jarak antar tulangan menjadi = D16-141 mm
  • Ambil luas tulangan atas/susut 20% dari luas tulangan utama yaitu D13-300 mm

Layout Pondasi Telapak

pondasi telapak