Jembatan merupakan suatu konstruksi yang digunakan untuk menghubungkan dua jalan yang terputus akibat hambatan, seperti sungai, lembah terjal, jurang, perlintasan, rel kereta api, waduk, saluran irigasi, dll. Bisa dibilang konstruksi jembatan merupakan alat transportasi yang sangat penting karena jembatan dapat mempersingkat waktu perjalanan ke suatu tempat atau daerah tertentu.
Tentunya dalam pembangunan jembatan dibutuhkan fondasi yang kokoh untuk menahan semua beban jembatan yang ada di atas tanah. Beberapa instrumen yang biasa digunakan dalam konstruksi pondasi jembatan adalah pressure gauge, inclinometer, PDA, dll.
Jenis pondasi yang umum digunakan dalam konstruksi jembatan antara lain tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang, tiang pancang beton prategang pracetak, tiang komposit, dan beton cor di tempat. Dengan pondasi yang kokoh, jembatan dapat beroperasi dengan normal dan menahan beban.
Pengertian Jembatan
Sebelum membahas konstruksi jembatan, terlebih dahulu kita harus memahami pengertian jembatan. Jembatan adalah struktur yang digunakan untuk membuat jalur melalui rintangan yang lebih rendah. Hambatan ini biasanya berupa jalan lain seperti jalur air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk dan Veen, 1984).
Jembatan itu sendiri merupakan suatu jenis struktur bangunan yang fungsinya untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh rintangan, seperti lembah dalam, saluran sungai, saluran irigasi dan drainase, rel kereta api, waduk, dll. Pembangun jembatan itu sendiri membutuhkan rencana pembangunan. Desain jembatan bervariasi sesuai dengan fungsi jembatan atau kondisi tanah tempat jembatan tersebut dibangun.
Fungsi Jembatan
Menurut fungsinya, jembatan terbagi menjadi beberapa jenis:
Jembatan jalan raya
Seperti namanya, jembatan ini dibangun untuk mengangkut segala jenis kendaraan, seperti Jembatan Ampera, Jembatan Suramadu, Jembatan Ampera, dll.
Jembatan kereta api
Jembatan tersebut dirancang untuk menghubungkan jalur kereta api antar kota atau antar pulau.
Jembatan penyeberangan / penyeberangan (pedestrian bridge)
Kami sering melihat contoh jembatan ini di persimpangan atau di setiap halte busway.
Tipe Konstruksi Jembatan
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruktor sarana transportasi jalan pelengkap yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain dan dapat dilintasi oleh benda-benda yang bergerak (misalnya potongan silang karena halangan atau sebab lain) di atas halangan Akumulasi / tutup hambatan, jika jembatan terputus, lalu lintas akan berhenti.
Lintasan bisa berupa jalan raya, rel kereta api atau trotoar, dan rintangannya bisa berupa jalan kendaraan, rel kereta api, sungai, jalur air, lembah atau ngarai. Jembatan ini memiliki tiga bagian struktur yaitu pondasi, substruktur dan superstruktur. Bagian yang menghubungkan pembatas lalu lintas adalah bangunan atas. Berikut bentuk Tipe-Tipe Konstruksi Jembatan
Truss Bridge
Jembatan truss adalah jembatan dengan struktur yang lebih kuat karena menggunakan rangka rangka segitiga. Kalaupun tidak menempel di tanah, namun dermaga menjadi kaku karena bentuknya segitiga yang menghubungkan satu tiang dengan tiang lainnya. Selain itu, garis diagonal pada dermaga juga berfungsi untuk memindahkan beban ke area yang lebih luas, sehingga beban tidak terkonsentrasi pada satu titik.
Beam Bridge
Desain struktural ini juga disebut jembatan kisi, dan merupakan cara termudah untuk membuat jembatan. Umumnya jembatan lurus dengan arah horizontal dan diperkuat dengan cara mendirikan tiang pancang sebagai tiang pancang. Biasanya tiang pancang terbuat dari baja atau beton yang ditanam di dalam tanah. Struktur jembatan balok biasanya digunakan untuk menghubungkan dua dataran yang relatif dekat. Misalnya daerah yang dipisahkan oleh sungai.
Arch Bridge
Arch dalam bahasa Inggris, adalah jembatan yang melengkung seperti busur. Meskipun lebih banyak material yang disimpan dalam struktur (tidak banyak material yang dibutuhkan), desain ini lebih kuat dari pada balok atau rangka dalam hal ketahanan.
Cabel Stayed Bridge
Jembatan kabel-tinggal menggunakan kabel sebagai elemen pendukung lantai. Di jembatan penyangga kabel, kabel disangga langsung oleh menara. Jembatan penyangga kabel adalah balok kontinu, di tengah bentang dipasang satu atau lebih menara di atas kolom jembatan. Massa pusat jembatan kabel tergolong rendah, sehingga jembatan jenis ini sangat cocok untuk daerah rawan gempa dan cocok untuk bentang 100-600 meter.
Suspension Bridge
Suspension Bridge mengacu pada jembatan gantung. Sistem struktur dasar jembatan gantung mengadopsi bentuk kabel utama penyangga jembatan gantung. Lantai jembatan biasanya tidak langsung terhubung dengan tiang, karena prinsip penyangga gelagar terletak pada kabel. Jika ada beban angin kencang, jembatan bisa ditutup dan arus lalu lintas terhenti. Hal ini untuk mencegah sulitnya mengemudikan kendaraan di bawah pengaruh tinggi. Pemasangan jembatan gantung dilakukan setelah pemasangan sistem kabel, dan kabel juga merupakan bagian dari struktur peluncuran jembatan. Jembatan ini biasanya digunakan untuk bentang hingga 1400 meter.
Kantilever Bridge
Dalam sistem ini, kedua sisi gelagar jembatan masing-masing dicor (dilemparkan di lokasi) atau dipasang (prefabrikasi) sebagai balok kantilever untuk menyeimbangkan satu sama lain atau satu sisi dengan penyeimbang balok beton yang diterapkan terlebih dahulu.
Slab bridge (jembatan slab)
Sebuah elemen struktural horizontal yang digunakan untuk mendistribusikan beban statis atau hidup ke kerangka pendukung vertikal dari sistem struktur.
Hollow slab bridge (jembatan hollow slab)
Pelat beton pratekan, biasanya digunakan untuk jembatan dengan bentang lebih besar.
Jembatan gelagar kotak
Terdiri dari gelagar kotak I, gelagar kotak dan gelagar kotak U / V.
Komponen yang digunakan di jembatan
Bearing
Bantalan yang mengurangi gesekan benda yang bergerak atau berputar secara linier.
Expansion Joint
Komponennya adalah koneksi yang fleksibel, sehingga saluran yang terhubung memiliki toleransi gerakan.
Span
Jarak antara dua penyangga perantara, bahan yang digunakan untuk membuat bentang sangat berbeda, seperti beton, baja, kayu, dll, tergantung pada jenis beban yang ditanggung jembatan.
Sedangkan bahan baku yang digunakan untuk membuat jembatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu beton, kayu, beton pratekan, baja dan bahan komposit. Bahan bangunan tiap jembatan akan disesuaikan dengan fungsi dan tingkat beban yang diterima jembatan.
Struktur Atas Jembatan
Trotoar
Jalan pejalan kaki biasanya lebih tinggi, namun sejajar dengan jalan utama, agar pejalan kaki lebih aman dan terlihat jelas oleh pengemudi yang lewat.
Girder
Bagian superstruktur yang digunakan untuk mendistribusikan beban kendaraan dari atas ke bawah atau abutment.
Balok Diafragma
Bagian penyangga jembatan ramping hanya digunakan sebagai balok penyangga biasa, bukan sebagai lantai penyangga.
Struktur Bawah Jembatan
Abutment
Bagian bawah jembatan terletak di kedua ujung kolom jembatan.Fungsi abutment jembatan adalah untuk menahan semua beban hidup (angin, hujan, kendaraan, dll) dan beban statik (beban balok, dll) pada jembatan di atas jembatan. Abutment meliputi beberapa bagian yaitu:
- Back wall (dinding belakang).
- Breast wall (dinding penahan).
- Dinding sayap.
- Plat injak (dekat dengan pelat).
- Konsol pendek yang didongkrak (berbentuk corbel).
- Tumpuan Bearing.
- Fondasi inti yang terletak di tengah jembatan berfungsi sebagai jembatan dan memindahkan beban ke tanah.
- Pier Head, fungsinya untuk mengikat tiang pancang yang berfungsi sebagai pondasi bawah.
Konstruksi jembatan yang telah selesai harus melalui tahap uji beban, tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat beban maksimum yang dapat diterima jembatan. Selain itu, harus digunakan sistem pemantauan kesehatan struktural (SHMS) untuk memantau jembatan agar bila terjadi keretakan atau perpindahan, dapat segera diidentifikasi.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.