KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA PPLK MENURUT PERSEPSI GURU PAMONG PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI KOTA PADANG TAHUN AJARAN 2016/2017
ARTIKEL
Oleh :
Aldo Sepra Johannes
2012 / 1202952
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisudah Priode 110 Maret 2018
KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA PPLK MENURUT PERSEPSI GURU
PAMONG PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI KOTA PADANG TAHUN AJARAN
2016/ 2017
Aldo Sepra Johannes1,
Juniman Silalahi1, Risma Apdeni1, Oktaviani1
1Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, UniversitasNegeriPadang
e-mail: aldoseprajohannes@gmail.com
Abstrak— Latar belakang penelitian ini adalah
masih ditemukannya berbagai permasalahan saat mahasiswa melaksanakan PPLK,
yang berkaitan dengan kemampuan mengajar mahasiswa praktikan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana kemampuan mengajar
mahasiswa PPLK menurut persepsi guru pamong pada Program Keahlian Teknik
Bangunan SMK di Kota Padang tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
dengan populasi seluruh guru pamong di Program Keahlian Teknik Bangunan SMK
di Kota Padang sebanyak 28 guru. Sampel penelitian diambil menggunakan
teknik total sampling atau
keseluruhan populasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
sekunder. Data primer didapat melalui angket mengenai persepsi guru pamong
terhadap kemampuan mengajar mahasiswa PPLK yang disebarkan kepada guru pamong yang menjadi sampel,
sedangkan data sekunder adalah jumlah guru pamong yang diperoleh dari Ketua
Jurusan Program Keahlian Teknik Bangunan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah: (1) Melakukan verifikasi data, (2) Melakukan klasifikasi
dan tabulasi data, (3) Mengolah data dengan menghitung frekuensi dan nilai
rata-rata (mean). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa kemampuan mengajar mahasiswa PPLK menurut persepsi guru pamong pada
Program Keahlian Teknik Bangunan SMK di Kota Padang termasuk dalam kategori
cukup. Bila dilihat per indikator, persepsi guru pamong terhadap 3
indikator yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi profesional berada dalam kategori cukup, sementara untuk
kompetensi sosial berada dalam kategori baik.
Kata Kunci: Persepsi, Guru Pamong, Kemampuan Mengajar
Abstract—
The background of this research is various problems found in the implementation
of PPLK, which are related to the teaching ability of PPLK students. The
purpose of this study is to reveal the teaching ability of PPLK students
according to the perceptions of supervisor teachersin Building Engineering
Department of SMK in Padang City in academic year 2016/2017. The type of this research is
quantitative descriptive research. The population is all supervisor
teachers in Building Engineering Department of SMK in Padang City amounting
28 teachers. The sample was taken by using total sampling technique. The
type of data used is primary and secondary data. Primary data were obtained
through questionnaire about perceptions of supervisor teachers on the
teaching ability of PPLK students that distributed to the respondents.
Secondary data was the number of supervisor teachers obtained from the Head
of Building Engineering Department. Data analysis techniques used are: (1)
Data verification, (2) Data classification and tabulation, (3) Data
processing by calculating frequency and mean value. The results showed that the teaching
ability of PPLK students according to the perceptions of supervisor
teacherin Building Engineering Department of SMK in Padang City is in fair
category. Viewed per indicator, the perceptions of supervisor teachers
towards 3 indicators (pedagogical, personality, and professional
competency) are in fair category, while for social competencyis in good
category.
Keywords: Perception, Supervisor Teacher, Teaching
Ability
|
I.
Pendahuluan
Sebagai
salah satu
perguruan
tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan
keguruan,
Universitas Negeri Padang (UNP) terus
berupaya menyiapkan guru
yang berkualitas dan
profesional pada bidangnya
sehingga
dapat memenuhi
tuntutan
dunia pendidikan.
Dalam
menyiapkan
tenaga pendidik
yang terdiri
dari
tenaga pembimbing,
tenagapengajar, dan
tenaga
pelatih diperlukan
suatu
kompetensi sebagai
tenaga kependidikan.
Oleh
karena itu, para mahasiswa
S1 kependidikan UNP wajib mengikuti
proses pembentukan kompetensi
melalui
kegiatan
Program Pengalaman
Lapangan Kependidikan (PPLK) yang meliputi
kegiatan-kegiatan kurikulum sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam penyelenggaraan
pendidikan
dan pengajaran dalamsekolah. PPLK juga merupakan
mata kuliah
khusus bagi mahasiswa dari jurusan kependidikan untuk
mengaplikasikan
teori
yang telah
diperoleh
selama perkuliahan
dan merupakan
bagian dari kurikulum yang
sudah ditetapkanUNP, termasuk
dalam kurikulum Program Studi
Pendidikan Teknik Bangunan.
Mahasiswa
praktikan telah
memperoleh mata
kuliah kependidikan yang
di
dalamnya menjelaskan persiapan yang harus mereka
kuasai untuk menjadi
guru yang profesional, namun tidak menutup kemungkinan pada saat pelaksanaan
PPLK mahasiswa
akan menemui
permasalahan-permasalahan yang
cara
penyelesaiannya belum
pernah ditemui dalam
teori
selama kuliah.
Hal ini disebabkan terutama karena sifat siswa yang heterogen yang berbeda dari kelas yang satu
dengan kelas
yang
lain, yang menuntut cara penyelesaian yang
berbeda
juga.
Selain itu, kesiapan
mental yang kuat dari mahasiswa PPLK untuk menyikapi segala bentuk kelakuan
siswa juga diperlukan sebelum melaksanakan PPLK.
Selama pelaksanaan tugas dan kegiatan PPLK di
sekolah latihan, mahasiswa praktikan
akan
berinteraksi dan berkomunikasi
dengan guru, siswa, dan masyarakat sekolah.
Siswa merupakan
salah satu
unsur
pokok dalam interaksi
antara
guru dengan siswa sehingga tindakan-tindakan
guru harus berorientasi pada
kemampuan
dan
kebutuhan siswa.
Oleh
karena itu sudah
sepatutnya
apabila pembelajaran seorang guru
tidak
hanya ditinjau dari sudut guru
itu sendiri,
tetapi juga dari
sudut
kepentingan
siswa.
Berdasarkan
obsevasi awal yang dilakukan bersama guru saat melaksanakan PPLK pada hari Jum’at tanggal 21 Desember 2016 di SMKN 2 Payakumbuh, ditemukan beragam permasalahan-permasalahan. Terdapat
mahasiswa yang belum siap secara mental untuk melaksanakan PPLK, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya guru yang mengeluh karena apa yang diajarkan mahasiswa
PPLK tidak dipahami oleh siswa. Berdasarkan pendapat salah seorang guru pamong, ada mahasiswa
PPLK yang tidak percaya diri dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan
mahasiswa tersebut tidak memiliki kepercayaan diri untuk berbicara didepan
siswa.
Selain
itu, komunikasi yang baik juga masih terasa kurang terjalinantara mahasiswa PPLK
dengan guru dan siswa.Banyak mahasiswa PPLK yang tidak pandai bergaul sewaktu
pelaksanaan PPLK di sekolah praktik, suka menyendiri dan tidak pandai berkomunikasi
dengan guru dan siswa di dalam kelas. Hal tersebut mengakibatkan guru kurang
menghargai mahasiswa PPLK dalam proses belajar. Padahal salah satu hal penting yang menunjang
berhasilnya pelaksanaan PPLK adalah terjalinnya komunikasi yang baik dengan lingkungan
sekolah terutama dengan guru-guru dan siswa.
Terdapat
ketidakyakinan guru terhadap kemampuan mengajar mahasiswa PPLK. Hal itu
disebabkan karena
mahasiswa
PPLK kurang memiliki kesiapan yang berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan dalam
melaksanakan kegiatan
PPLK tersebut. Mahasiswa PPLK tidak menguasai materi pelajaran sepenuhnya, masih belum mampu memilih metode
pembelajaran yang
tepat, dan kurang menguasai media pembelajaran. Terkait dalam menyediakan dan
mempersiapkan perencanaan pembelajaran, sebagian besar mahasiswa kurang mampu
dalam menyediakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berkaitan dengan
mata pelajaran yang akan diajar dikarenakan kurangnya referensi pendukung, jobsheet dan bahan ajar, serta mahasiswa
kurang tepat dalam memilih dan menerapkan strategi maupun metode ajar yang
cocok dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Seiring dengan hal di atas
salah seorang guru mengungkapkan, kompetensi yang dimiliki mahasiswa dalam
beberapa mata pelajaran tertentu memiliki perbedaan dengan kompetensi yang ada
disekolah praktik sehingga menimbulkan kesulitan bagi mahasiswa untuk
menyesuaikan diri dalam mengajar.
Hal
lain yang terjadi dalam pelaksanaan PPLK adalah masih kurangnya
bimbingan oleh sebagian guru pamong terhadap mahasiswa PPLK yang mengakibatkan
mahasiswa PPLK tidak tahu harus memulai materi dari mana. Dalam pelaksanaan
PPLK, ada mahasiswa
yang dilepas begitu saja ke kelas tanpa didampingi oleh guru pamong sebelum
dimulainya pembelajaran. Hal lain yang terjadi adalah sebagian mahasiswa
tersebut tidar bertanya ke guru pamongnya sebelum masuk kelas, seakan mahasiswa
tersebut sudah mengetahui tentang materi pembelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa. Sebagai mahasiswa yang melaksanakan PPLK sebaiknya sebelum
pembelajaran dimulai bertanya ke guru pamong tentang materi pembelajaran yang
akan diajarkan kepada siswa pada hari itu.
Berpijak dari realitas tersebut, agar program
PPLK yang dilaksanakan
atas dasar tanggung jawab bersama antara
UNP dan sekolah latihan
berjalan
lebih
efektif, maka
dipandang perlu
mengkaji kemampuan
mengajar mahasiswa praktikan PPLK menurut persepsi guru pamong.
II. KAJIAN PUSTAKA
A.
Persepsi
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan melalui inderanya yaitu indera
penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium [6].
Kemampuan setiap orang dalam menerima dan menginterpretasikan
informasi-informasi yang berada di lingkungan dengan menggunakan panca indera
berbeda-beda, maka suatu yang sama dapat dipersepsikan berbeda. Perbedaan
tersebut karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu:
1.
Perhatian yang selektif yaitu bahwa tidak harus menanggapi
semua rangsangan yang diterimanya.
2.
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan
lebih menarik perhatian.
3.
Nilai-nilai dan kebutuhan individu yaitu seseorang tentu
punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding orang lain.
4.
Pengalaman terdahulu yaitu pengalaman-pengalaman terdahulu
sangat mempengaruhi seseorang mempersepsi dunianya.[3]
B.
Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK)
PPLK merupakan kegiatan
intrakurikuler yang
wajib diikuti
oleh mahasiswa
program studi kependidikan (S1) UNP sebagai
pelatihan untuk
menerapkan teori yang diperoleh
dalam semester-semester sebelumnya
agar memperoleh pengalaman
dan keterampilan lapangan dalam
penyelenggaraan
pendidikan
dan pengajaran
di sekolah atau di
tempat latihan. Kegiatan
PPLK meliputi praktik mengajar, praktik administrasi, praktik
bimbingan dan konseling
serta
kegiatan yang bersifat
kokurikuler
dan ekstrakurikule
ryang
berlaku
di sekolah
latihan.
PPLK dilaksanakan atas dasar tanggung jawab bersama antara
UNP dengan sekolah latihan/tempat latihan. UNP melibatkan berbagai unsur
meliputi Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sekolah
latihan dan lembaga-lembaga terkait lainnya. Hal itu tampak dalam penetapan
tempat praktik bagi mahasiswa PPLK yang mengacu pada persetujuan rektor UNP,
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota, atau pemimpin lain yang ikut serta dan terkait
dengan tempat latihan.
Salah satu tugas yang wajib dilaksanakan mahasiswa praktikan
di sekolah latihan adalah melaksanakan pengajaran selama satu semester (16
minggu). Dalam pengajaran tersebut akan terjadi interaksi edukatif yang
berlangsung dalam ikatan tujuan antara mahasiswa praktikan dengan siswa. Oleh
karena itu sebelumnya mahasiswa praktikan diwajibkan mengikuti perkuliahan Metode
Mengajar Khusus 1, Metode Mengajar Khusus 2 dan telah lulus semua mata kuliah
yang berhubungan dengan proses pembelajaran serta telah menyelesaikan mata
kuliah minimal 110 SKS bagi mahasiswa yang menggunakan kurikulum 2010.
Penilaian PPLK adalah proses pengambilan keputusan tentang kelulusan mahasiswa
praktikan yang dilandasi oleh data
kemampuan mahasiswa praktikan dalam melaksanakan praktik pembelajaran,
pembekalan micro teaching, dan
kegiatan non pembelajaran.
Nilai PPLK adalah penghargaan yang diberikan kepada
mahasiswa setelah melaksanakan PPLK yang diprogram oleh PPLK UNP baik di kampus
maupun di sekolah. Komponen yang dinilai meliputi: 1) Kompetensi pedagogik, 2)
Kompetensi profesinal, 3) Kompetensi kepribadian, 4) Kompetensi sosial [9].
C.
Kemampuan/Kompetensi Mengajar
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah [8]. Ada beberapa pengertian mengajar, yaitu:
1.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa
didik atau murid di sekolah.
2.
Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
3.
Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan
sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
4.
Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan
belajar kepada murid.
5.
Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi
warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
6.
Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari. [4]
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Seorang
guru yang profesional harus mampu memenuhi empat kompetensi [10].
1.
Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik
meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perencangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengkualifikasikan berbagai potensi yang dimilikinya [8].
2.
Kompetensi kepribadian
Secara
rinci kompetensi kepribadian mencakup, menampilkan diri sebagai pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menampilkan diri sebagai pribadi
yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelanjutan. [5]
3.
Kompetensi sosial
Kompetensi
sosial memiliki subkompetensi yaitu berkomunikasi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, orang tua/wali peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan dan masyarakat, berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di
sekolah dan masyarakat, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan pengembangan diri [5].
4.
Kompetensi profesional
Bagian
dari kompetensi profesonal yaitu mengelola fasilitas dan waktu dalam proses
pembelajaran, memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, pemilihan
strategi pembelajaran yang tepat, kemampuan bertanya[5].
III. Metode
A. Metode Penelitian
Penelitian iniadalah penelitian
deskriptif dengan metode kuantitatif yang mana tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu. Penelitian ini dilakukan di SMK Kota Padang terhadap guru
Program Keahlian Teknik Bangunan yang pernah menjadi guru pamong. Waktu yang
dipakai untuk penelitian ini adalah pada bulan
Januari 2018.Pada penelitian ini populasi adalah guru pamong Program Keahlian Teknik Bangunan
SMK di Kota Padang tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 orang.
Tabel 1. Jumlah Guru
Pamong di Program Keahlian Teknik
Bangunan SMK di Kota Padang
No
|
SMK
|
Tahun Ajaran
|
Jumlah Guru Pamong
|
|
2016
|
2017
|
|||
1
|
SMKN
1 Padang
|
4
|
4
|
8
|
2
|
SMKN
5 Padang
|
4
|
4
|
8
|
3
|
SMKN
1 Sumbar
|
4
|
4
|
8
|
4
|
SMK
Duafa Nusantara
|
2
|
2
|
4
|
Jumlah
|
28
|
Sumber: Tata Usaha Jurusan Program Keahlian Teknik Bangunan SMK di Kota
Padang.
Sampel dalam
penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi. Hal ini karena populasi dalam penelitian ini
kurang dari 100.Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan langsung dari subjek penelitian dengan memberikan kuesioner atau
angket kepada guru pamong yang terpilih
sebagai responden. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah data berupa
daftar guru pamong yang pernah jadi guru pamong di Program Keahlian Teknik
Bangunan SMK di Kota Padang Tahun Ajaran 2016/2017.
Angket disebarka kepada responden untuk
diisi responden pada tiap alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala
penilaian yang dipakai untuk mengukur jawaban dari setiap instrumen menggunakan
skala Likert dengan skor seperti di bawah ini:
Tabel 2.
Skor Jawaban Setiap Pernyataan Berdasarkan
Sifatnya
Pilihan Jawaban
|
Sifat Pernyataan
|
|
Positif
|
Negatif
|
|
Sangat Setuju (SS)
|
4
|
1
|
Setuju (S)
|
3
|
2
|
Tidak Setuju (TS)
|
2
|
3
|
Sangat Tidak Setuju (STS)
|
1
|
4
|
Sumber: [7]
Sebelum instrumen
penelitian digunakan, perlu diadakan uji coba terlebih dahulu dengan tujuan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan angket yang akan digunakan untuk
pengambilan data yang sesungguhnya. Uji validitas instrumen dilakukan sebanyak
3 putaran yang dilakukan terhadap 45 butir pernyataan. Pada putaran pertama
sebanyak 1 butir pernyataan tidak valid. Jumlah butiran yang valid tersisa sebanyak
44 butir dan harus diadakan putaran berikutnya. Pada putaran kedua jumlah
butiran pernyataan tidak valid sebanyak 1 butir sehingga butir yang valid tersisa
sebanyak 43 butir, maka diadakan putaran berikutnya. Pada putaran ketiga tidak
terdapat butir pernyataan yang gugur karena semua nilai Pearson Correlation lebih besar dari rtabel yaitu 0,361 (n = 30). Dapat disimpulkan bahwa 43 butir pernyataan
tersebut valid.
Uji reliabilitas
digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan instrumen setelah uji coba. Untuk
pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha. Uji reliabilitas dilakukan
setelah dilakukannya uji coba validitas.
Dalam penelitian ini uji reliabilitas diperoleh dengan cara menganalisis
data dari satu kali pengetesan dengan menggunakan SPSS versi 17.00 yang
kemudian dianalisis dengan rumus Cronbach’s
Alpha.Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila koefisien
realibilitasnya (r11) > 0.6 dengan taraf signifikansi 5%” [1]. Dari hasil pengujian
reliabilitas variabel, maka pada putaran pertama diperoleh nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yaitu 0,922. Pada putaran kedua didapatkan
nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yaitu
0,921. Selanjutnya pada putaran ketiga diperoleh milai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yaitu 0,921. Dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel karena
sudah memenuhi syarat sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket kepada guru pamong
yang menjadi responden. Guru yang diberi angket adalah guru Program Keahlian
Teknik Bangunan SMK di Kota Padang. Angket berisikan pernyataan-pernyataan
mengenai persepsi guru pamong terhadap kemampuan mengajar mahasiswa PPLK.
B. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah
menganalisis data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan verifikasi data, dengan pemeriksaan kebenaran
dan kelengkapannya.
2.
Melakukan klasifikasi dan tabulasi data, yaitu
pengelompokan angket dalam tabel.
3.
Mengolah data dengan menggunakan bantuan program Microsoft
Excel. Rumus yang digunaka adalah:
..............................(1)
Dimana, P = Persentase jawaban
F = Frekuensi
N
= Total frekuensi
Selanjutnya untuk memberikan
interpretasi pada persentase yang telah diperoleh, dihitung menggunakan rumus
rata-rata (mean) seperti rumus
dibawah ini:
..................................(2)
Dimana,
= Mean
(nilai rata-rata).
= Menyatakan jumlah.
= Frekuensi jawaban.
= Skor pilihan jawaban.
= Jumlah frekuensi jawaban
Hasil
perhitungan nilai mean dikonsultasikan dengan tabel harga mean.
Tabel 3. Harga Mean
Nilai Rata-Rata
|
Keterangan
|
4,01-5,00
|
Sangat baik
|
3,01-4,00
|
Baik
|
2,01-3,00
|
Cukup
|
1,01-2,00
|
Kurang
|
0,00-1,00
|
Sangat kurang
|
Sumber: [2]
IV. HaSIL PENELITIAN
Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkap bagaimanakemampuan mengajar mahasiswa PPLK
menurut persepsi guru pamong pada Program
Keahlian Teknik Bangunan SMK di Kota Padang. Penelitian ini terdiri dari
satu variabel yaitu kemampuan mengajar mahasiswa PPLK menurut persepsi guru
pamong. Variabel tersebut terbagi menjadi 4 indikator yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
Dalam penelitian ini pengambilan data menggunakan angket
yang disebarkan kepada 28 guru pamong di Program Keahlian Teknik Bangunan.
Angket berisikan 43 butir pernyataan yang mewakili 4 indikator. Dari hasil
penelitian ini terungkap bahwa menurut persepsi guru pamong, kemampuan mengajar
mahasiswa PPLK UNP di program Keahlian Teknik Bangunan ada pada kategori cukup.
Hal itu diketahui dari persentase jawaban responden untuk setiap masing-masing
indikator. Untuk lebih jelasnya hasil analisis data persepsi guru pamong
terhadap kemampuan mengajar mahasiswa di Program Keahlian Teknik Bangunan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Data Kemampuan Mengajar Mahasiswa PPLK Menurut Persepsi Guru Pamong pada Program Keahlian Teknik
Bangunan.
No
|
Indikator
Penelitian
|
Harga Mean
|
Penelitian
Kategori
|
1
|
Kompetensi
Pedagogik
|
2.92
|
Cukup
|
2
|
Kompetensi
Kepribadian
|
2.94
|
Cukup
|
3
|
Kompetensi
Sosial
|
3.37
|
Baik
|
4
|
Kompetensi
Profesional
|
2.7
|
Cukup
|
Rata-Rata
|
3
|
Cukup
|
Pada
Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa pada
kompetensi Pedagogik, kepribadian, dan Profesional masuk dalam kategori cukup dan untuk kompetensi sosial
masuk dalam kategori baik. Hal
ini berarti bahwa persepsi guru pamong terhadap kemampuan mengajar (kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional) mahasiswa PPLK tidak terlalu baik dan juga tidak terlalu buruk. Berdasarkan analisis data, didapatkan hasil penelitian sebagai
berikut:
1.
Kompetensi
Pedagogik
Pada indikator kompetensi pedagogik didapatkan hasil yang beragam untuk
setiap item pernyataan,
namun untuk harga mean indikator
kompetensi pedagogik masuk ke dalam
kategori
cukup, yang
artinya mahasiswa PPLK belum memenuhi
semua kompetensi pedagogik menurut persepsi guru pamong SMK di Kota Padang. Hal ini
bisa disebabkan karena masih ada mahasiswa belum mampu untuk
mengelola kelas dan masih belum bisa dalam pengembangan bakat yang dimiliki
oleh siswa.
2.
Kompetensi
Kepribadian
Harga mean indikator kompetensi kepribadian
masuk dalam kategori cukup. Artinya mahasiswa PPLK belum memenuhi
semua kompetensi kepribadian menurut persepsi guru pamong SMK di Kota Padang. Belum
maksimalnya
kompetensi kepribadian,
dikarenakan masih ada guru pamong yang menilai mahasiswa belum bisa menjadi
teladan yang baik bagi siswa.
3.
Kompetensi
Sosial
Dari
hasil analisis dan perhitungan, harga mean indikator kompetensi sosial masuk dalam
kategori baik. Artinya persepsi
guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPLK pada SMK di kota Padang sudah mulai memenuhi kateria yang baik. Dilihat dari hasil diatas masih harus ditingkatkan lagi,
ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti mahasiswa masih bersikap dingin
dengan siswa, belum
berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan likungan sekolah dan acuh tak acuh dengan acara yang
diadakan oleh sekolah.
4.
Kompetensi
Profesional
Harga mean untuk indikator kompetensi profesional masuk dalam kategori
cukup. Artinya mahasiswa PPLK belum memenuhi
semua kompetensi profesional menurut persepsi guru pamong SMK di Kota Padang. Hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti masih terbata-bata dalam
menerangkan pembelajaran dan belum mampu menjelaskan poin-poin yang dibuat pada
program powerpoint.
V.
PENUTUP
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa kemampuan mengajar mahasiswa PPLK menurut persepsi guru pamong pada Program Keahlian Teknik Bangunan SMK di Kota
Padang termasuk dalam kategori cukup. Bila dilihat per indikator,
persepsi guru pamong terhadap 3 indikator yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, dan profesional berada dalam kategori cukup, sementara untuk
kompetensi sosial berada dalam kategori baik.
DAftar Pustaka
[1]
Anas Sudijono. Statistik Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers (2012)
[2]
Fauziatul Husna. Persepsi Siswa SMPN
di Tilatang Kamang tentang SMKN 1 Tilatang Kamang Jurusan Teknik Gambar Bangunan. Padang:
Skripsi (2016)
[3]
Irwanto. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum (1997)
[4]
Oemar Hamalik. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo (2008)
[5]
Peraturan
Pemerintah Nomor 28 tahun 2008 tentang Guru.
[6]
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta(2010)
[7]
Syahron Lubis. Metode Penelitian
Pendidikan. Padang: Sukabina Press (2011)
[8]
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
[9]
UPPLK UNP. Pedoman Pelaksanaan
Program Pengalaman Lapangan Kependidikan Mahasiswa. Padang: UNP (2016)
[10]
Uzer Usman. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT. Remaja (2011)
Biodata Penulis
Aldo Sepra Johannes, lahir di Pabalutan, 1 September 1994. Menyelesaikan
Pendidikan dasar SDN 05 Pabalutan, melanjutkan SLTP di SMPN 1 Rambatan dan
menempuh Pendidikan SLTA di SMKN 2 Payakumbuh. Jenjang pendidikan S1 diselesaikan pada Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang tahun 2018.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.