HIDROSTATIKA II
HUKUM ARCHIMIDES
14-1
ASAS ARCHIMIDES
Hukum sains
biasanya adalah suatu pernyataan di dalam dunia ilmu
pengetahuan yang biasanya berupa teori yang sebelumnya telah didukung oleh
percobaan-percobaan dan menyangkut teori-teori sebelumnya yang dapat mendukung
teori dan hukum tersebut.
Dalam
sejarahnya, hukum sains dapat diilhami berdasarkan suatu percobaan secara ilmiah, ada juga
hukum tersebut dibuat atas dasar pemikiran yang kritis atau dengan sesuatu
keadaan coba-coba bahkan atas sesuatu ketidak-sengajaan
Bunyi Hukum Archimedes
(+250 sebelum Masehi)
"Jika suatu
benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan keatas yang sama
besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut".
Garis tidak beraraturan pada gambar 14-1 melukiskan
sebuah permukaan khayalan yang membatasi suatu bagian sekehendak fluida dalam
keadaan diam. Anak – anak panah pendek melukiskan gaya yang dilakukan terhadap
unsur – unsur kecil permukaan batas tadi seluas dA oleh fluida di
sekelilingnya.
Gaya df terhadap tiap unsur pada unsur yang bersangkutan,
dan sama dengan p dA. Dimana p hanya
bergantung pada kedalaman vertikal dihitung dari permukaan bebas, dan bukan
pada bentuk atau letak permukaan batas itu.
Karena seleuruh fluida dalam keadaan diam, maka
komponen-x resultan gaya – gaya permukan ini sama dengan nol. Komponen-y
resultan ini, yaitu Fy, harus sama dengan berat fluida yang berada di dalam
bidang batas sekehendak tadi, yaitu mg,
dan garis kerjanya harus lewat pusat berat fluida ini.
Sekarang bayangkan fluida di dalam bidang itu tadi
disingkirkan lalu diganti dengan sebuah benda padat yang bentuknya tepat sama
seperti semula sehingga gaya yang dikerjakan terhadap benda itu oleh fluida
sekelilingnya tidak berubah.
Artinya, fluida ini menggariskan terhadap benda
tersebut suatu gaya ke atas Fy yang sama besar dengan berat mg fluida yang mula
– mula menempati bidang batas dan yang garis kerjanya lewat pusat berat semula.
Benda yang terbenam
demikian itu, umumnya tidak akan
dalam kesetimbangan. Beratnya mungkin lebih mungkin kurang dari F.
Dan bila tidak homogen,
pusat beratnya mungkin tidak terletak pada garis keraj Fy. Karena itu, pada
umumnya, benda itu akan dipengaruhi oleh suatu gaya resultan melewati pusat
beratnya sendiri dan oleh suatu kopel, lalu akan naik atau turun dan juga
berputar.
Bahwasanya suatu benda yang terbenam dalam fluida akan
”terangkat ke atas” oleh gaya yang sama besar dengan berat fluida yang
dipindahkan. Inilah yang disebut asas
archimedes dan, tentu saja sesuai dengan hukum – hukum Newton dan sifat
–sifat fluida.
Posisi garis kerja gaya ke atas, yang biasanya tidak
disebutkan dalam pernyataan tentang asas ini, sama pentingnya dengan besar gaya
itu sendiri.
Gaya ke atas Fx sama dengan berat fluida yang tersingkir.
Sifat-sifat fisik yang dimiliki adalah :
- Kerapatan
(density) = massa jenis
Ada 3 macam kearapatan (density)
- kerapatan massa
( mass density) disimbolkan dengan huruf rho (ρ)
- berat jenis
(specific weight ) ialah berat per satuan volume (w), satuannya N/m3)
- Kerapatan
relatif atau specific gravity) yaitu perbandingan berat suatu benda (zat cair) terhadap
air yang bersuhu 4 oC dengan volume yang sama.
- Tegangan
permukaan
- Kemampuan untuk
dimampatkan (compressibility) k =
1/B ( B =bulk density)
- Kekentalan
(visikasitas).
Berat balon udara yang mengambang di udara atau berat
kapal selam yang mengapung di bawah permukaan air pada suatu kedalaman, tepat
sama beratmya dengan volum udara atau volum air yang sama dengan volum balon
udara atau kapal selam tadi. Artinya, rapat massa rata – rata balon udara itu
sama dengan rapat massa rata – rata udara dan rapat massa rata – rata kapal
selam sama dengan rapat massa air.
Sebuah benda yang rapat massa rata – ratanya kurang dari
rapat massa rata – rata suatu zat cair, sebagian mungkin mengapung di atas
permukaan bebeas zat cair dan sebagian terbenam di bawahnya. Tetapi dalam hal
kapal, sembarang mengapung saja belumlah memenuhi syarat; kapal harus mengapung
tegak dengan kesetimbangan yang stabil tanpa dapat terbalik. Syarat untuk ini
ialah: garis kerja gaya apaung seyogianya harus lewat pusat berat kapal dan juga apabila kapal
miring, arah kopel yang ditimbulkan oleh beratnya sendiri serta oleh gaya apung
harus demikian rupa sehingga dapat menegakkan kapal kembali.
Kalau menimbang dengan memakai neraca analitik yang peka
harus diadakan koreksi terhadap gaya spring yang ditimbulkan oleh udara jika
rapat massa benda yang ditimbang sangat berbeda dengan rapat massa anak
timbangan, yang biasanya terbuat dari kuningan. Misalnya, dengan neraca
analitik kita hendak menimbang sepotong papan kayu yang rapatnya 0,4 g cm-3
dengan memakai anak timbangan 20 g yang rapatnya 8,0 g cm-3. berat
semu masing – masing benda tidak lain ialah selisih antara berat sesungguhnya
dengan gaya apung udara. Kalau rapat kayu, ρb rapat kuningan, dan ρa
rapat udara, dan Vw. adalah volume papan kayu dan Vb, volum anak timbangan,
maka berat – berat semu itu, yang adalah sama, ialah:
rwVwg - raVwg
= raVbg - raVbg
Massa sejati papan itu ialah rwVw, dan massa sejati anak timbangan rbVb.
Jadi massa sejatinya:
rwVw = rbVb + ra(Vw –
Vb)
= massa
anak timbangan + ra(Vw – Vb)
Dalam hal khusus tersebut diatas:
, ra = 0,0013 g cm-3
Jadi,
ra(Vw –
Vb) = 0,0013 x 47,5 = 0,062 kg.
Karena itu, massa sejatinya = 20,062 g
Jika suatu penimbangan memerlukan ketelitian sampai
seperseribu gram, teranglah bahwa koreksi sebesar 62 perseribu sangat mempunyai
arti.
Contoh. Sebuah tangki berisi air diletakkan dia atas sebuah
timbangan pegas, ternyata beratnya sama dengan W sebutir batu, berat W, yang
tergantung pada seutas tali diturunkan masuk ke dalam air tadi tanpa
menyinggung dinding dan dasar tangki Gambar 14-2(a). Berapa berat seluruhnya
menurut jarum timbangan?
T + B = w
Lalu, gaya – gaya terhadap tangki berisi air dan batu itu
ialah seperti ditunjukkan pada Gambar 14-2(c); disini S ialah gaya yang
dikerjakan timbangan terhadap sistem terisolasi tersebut dan, berdasarkan hukum
ketiga Newton, gaya ini sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang bekerja
terhadap timbangan. Berdasarkan syarat kesetimbangan, kita peroleh persamaan:
T + s = w
+ W
Kurangi persamaan kedua ini dengan persamaan pertama,
maka kita peroleh:
S = W + B
Artinya, jarum skala timbangan menunjukkan pertambahan
berat sebesar gaya apung.
14-2
GAYA DALAM TUBUH BENDUNGAN
Tinggi air disebelah udik sebuah bendungan ialah H (Gambar 14-3). Air itu mengerjakan suatu gaya resultan horisontal terhadap bendungan, yang membuat bendunhgan ini cenderung meluncur pada pondasinya, dan juga mengerjakan suatu momen yang berusaha mengungkit tubuh bendungan terhadap titik O. yang hendak kita ketahui ialah berapa besar gaya horisontal itu dan momen gaya tersebut.
Gambar 14-3(b) melukiskan pandangan dari sebelah udik
bendungan.
Caranya : kita ambil suatu pias (pita) horizontal pada
bagian dalam bendungan itu, lebarnya =
dy dan panjangnya L, tentu luasnya adalah L
x dy = dA. Pias ini terletak
setingi y dari dasar sungai.
Tekanan pada pias
adalah :
p = ρ g. (H-y)
dan ...
Gaya yang menekan adalah
dF = p. dA
Jadi Tekanan pada kedalaman y ialah:
p = rg(H – y)
(Tekanan atmosfer tidak usah dihitung, karena juga
bekerja terhadap sisi hilir bendungan). Jadi gaya pada pias yang berbintik –
bintik ialah:
dF = rdA
= rg(H – y) x L dy
Catatan :
1.
Gaya total yang bekerja pada bendungan ialah
(F):
F = ½ rgLH2
2. Momen gaya yang
diberikan oleh gaya dF pada bendungan
terhadap titik tumpuan bendungan
(sumbu O ) ialah :
dT = y dF = rgLy(H – y) dy
Maka :
Momen gaya
total terhadap O (T) ialah:
T =
1/6 rgLH3 . t
3. Jika H ialah tinggi
diatas O, dimana gaya total F seharusnya bekerja untuk menghasilkan momen gaya
ini.
Maka :
Tinggi garis kerja
gaya total yang bekerja pada bendungan adalah ( H’)
FH’ = T
H’ = T/F
½ rgLH2 x H = 1/6 rgLH3
Maka :
H’ = 1/3
H
Jadi, garis kerja gaya resultan itu berada di 1/3 dari
dalamnya air terhitung dari O, atau 1/3 dalamnya air terhitung dari
permukaannya.
Sebagai Ilustrasi ( Kesimpulan )katakanlah bendungan itu
secara keseluruhan terbuat
dari beton mempunyai titik berat di
titik Z, Jarak garis kerja gaya berat
adalah (G) terhadap titik tumpuan = (O) adalah d. Dan G = Gaya berat beton secara
keseluruhan.
Berdasarkan dalil momen
terdapat tiga kemungkinan pada benda tersebut yaitu
- Jika G.d >
F.H’ , maka bendungan itu stabil
- Jika G.d = F.H’
, maka bendungan itu stabil
- Jika G.d <
F.H’ , maka bendungan itu ambruk atau roboh.
- Diameter torak
sebuah pengangkat mobil hidrolik 12 in, Berapa lb tekanan per inci kuadrat
diperlukan untuk mengangkat mobil
beratnya 2400 lb.
- Ukuran sebuah
kolam renang 75 x 25 x 8 feet. Hitunglah gaya yang dilakukan oleh air
terhadap tepi-tepi bagian atas nya dan terhadap dasarnya.
- Tepi atas pintu
air vertikal sebuah bendungan sama tingginya dengan permukaan air. Pintu itu berengsel di tepi bawahnya. 10 ft
dibawah permukaan air. Hitunglah momen gaya terhadap engsel itu ?.
- Sebuah kolam
renang dalamnya 5 meter, density air = 1 gr/cc, g = 9.78 m/dt2. Barometer menunjukan angka 76.1 Tentukan
tekanan air pada dasar kolam renang tersebut.
- Sebuah bendungan
sungai mempunyai lebar 40 m, dalam air sungai 12 m, density air sungai
0.9998 gr/cc, g = 9.78 m/dt2. Tentukanlah :
- Gaya total yang menekan bendungan itu yang berasal
dari air di sebelah udiknya ?
- Momen gaya
total terhadap titik O yang dipilih pada ujung bendungan bagian bawah
(dasar) disebelah hilirnya.
- Berapakah
tinggi garis kerja gaya total itu terhadap dasar sungai.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.