TEGANGAN DAN REGANGAN
TEGANGAN (STRESS)
Anda sudah sudah memahami
mengenai gerak suatu benda tegar, yaitu suatu atraksi matematis guna
memudahkan perhitungan, karena semuanya
beda nyata, sampai suatu batas tertentu,
berubah di bawah pengaruh gaya yang dikerjakan
terhadapnya.
Gambar. 11-1. (a)
Sebuah batang yang tertegang. (b) Tegangan di irisan tegak lurus sama dengan F/A. (c) dan (d) Tegangan di irisan yang
miring dapat diuraikan menjadi tegangan normal Fn/A’ dan tegangan tangensial (singgung) F1/A’.
Gambar 11. (a) memperlihatkan sebuah batang yang
penampang lintangnya uniform dan luasnya A. Batang ini pada masing – masing
ujungnya mengalami gaya tarik F yang sama besarnya dan berlawanan arahnya.
Dikatakanlah bahwa batang itu dalam keadaan tertegang.
Mari kita tinjausebuah irisan tegak lurus pada panjang
batang (dalam gambar ditandai dengan garis putus – putus). Karena masing –
masing potongan batang itu dalam kesetimbangan, maka potongan di sebelah kanan
irisan tentu mengerjakan tarikan terhadap potongan di sebelah kiri dengan gaya
F, dan sebaliknya. Asal irisan itu tidak terlalu dekat ujung batang, tarikan
tersebut akan terdistribusi merata pada luas penampang lintang A, seperti
ditunjukkan oleh beberapa anak panah pendek dalam Gambar 10-1 (b).
Tegangan (ketegangan) di tempat irisan itu didefinisikan
sebagai perbandingan besar gaya F terhadap luas bidang penampang A.
Tegangan = F /A
(11.1)
Tegangan
semacam ini disebut tegangan tarikan, karena kedua potongan bentang itu saling
melakukan tarikan satu sama lain.
Tegangan
itu merupakan pula tegangan normal,
sebab gaya yang terdistribusi tegak lurus pada luas.
Satuan
gaya 1 newton per meter kuadrat (1 N m-2), 1 dyne per sentimeter
kuadrat (1 dyne cm-2), dan 1pound per square foot (1 lb ft-2).
Sering pula dipakai satuan lb in-2.
Kita
tinjau sekarang sebuah irisan yang arahnya dibuat sekehendak, seperti dalam
gambar 11-1 (c). Gaya resultan yang dikerjakan terhadap potongan yang satu oleh
potongan yang satu lagi dan sebaliknya sama besarnya dan berlawanan arah dengan
gaya F di ujung irisan.
Tetapi
gaya itu sekarang terdistribusi pada bidang A’ yang lebih luas dan arahnya
tidak tegak lurus pada bidang. Bila resultan seluruh gaya yang terdistribusi
itu dinyatakan dengan satu vektor yang besarnya F1 seperti dalam Gambar 10-1
(d), vektor ini dapat diuraikan menjadi komponen Fn yang normal terhadap bidang
A’ dan komponen F1 yang tangen terhadapnya.
Tegangan normalanya didefinisikan sebagai
perbandingan komponen F1 terhadap bidang A’. Perbandingan komponen F1 terhadap
bidang A’ disebut tegangan tangensial pada irisan:
Tegangan
Normal = Fn / A’
Tegangan
tan gensial (luncur) = F1 / A’
(11.2)
Tegangan,
tidak seperti gaya, bukanlah besaran vektor karena tidak dapat memberinya arah
yang tertentu. Gaya yang bekerja terhadap potongan benda itu di sisi tertentu
suatu irisan ada mempunyai arah yang tertentu. Tegangan termasuk salah satu besaran
fisika yang disebut tensor.
Sebuah
batang yang mengalami dorongan pada ujung – ujungnya, seperti pada Gambar 11-2,
dikatakan berada dalam kompresi.
Tegangan pada irisan garis putus – putus, dilukiskan pada (b), juga merupakan
tegangan normal tetapi dalam hal ini disebut tegangan kompresi, karena potongan yang satu mendorong potongan yang lain.
Akan jelas kiranya bahwa jika arahnya sembarang, irisan itu akan mengalami baik
tegangan luncur maupun tegangan normal, tetapi tegangan normal ini sekarang
merupakan tegangan kompresi.
Sebagai
contoh lain benda mengalami tegangan, lihat balok yang irisannya berbentuk segi
empat sama sisi pada Gambar 1-3 (a). Balok itu mengalami dua gaya kopel yang
sama besar dan berlawanan arahnya, yang dihasilkan oleh pasangan Fx dan gaya Fy
yang terdistribusi dipermukaannya, balok itu dalam keadan setimbang, dan setiap
bagiannya bverada dalam keadaan setimbang juga.
Jadi gaya
– gay tersebar dia tas permukaan diagonal pada Gamabr 11-3 (b) harus mempunyai
gaya resultan F yang komponen – komponennya sama dengan Fx dan Fy. Oleh karena
itu tegangan pada irisanini merupakan kompresi semata – mata, walaupun tegangan
pada permukaan kanan dan pada permukaan bawah adalah tegangan luncur. Begitu
pula, dari Gambar 11-3 (c) dapat kita lihat bahwa permukaan diagonal yang lain
dalam keadaan tertegang tarik semata – mata.
Gmb. 11-3. (a) Sebuah benda yang menderita tegangan yang
lain macamnya, tegangan pada salah satu permukaan diagonalnya, di (b),
merupakan tegangan kompresi semata – mata; pada permukaan diagonal yang satu
lagi, di (c), merupakan semata – mata tegangan akibat tarikan.
Gmb. 11-4. Fluida di bawah tekanan hidrostatik. Gaya
sembarang arah terhadap sebuah permukaan adalah normal pada permukaan yang
bersangkutan.
Kita kita
tinjau pula perihal fluida yang mengalami tekanan ”Fluida” artinya zat yang
dapat mengalir; jadi istilah ini dapat dipakai untuk zat cair dan gas. Jika di
setiap titik di dalam fluida ada tegangan singgung, fluida itu akan menghindar
ke samping selama tegangan itu ada. Jadi di dalam fluida yang diam, tegangan
singgung dimana – mana nol.
Pada
Gambar 11-4 melukiskan fluida di dalam sebuah silinder yang ada pistonnya;
terhadap piston ini bekerja gaya arah kebawah. Sehingga di dalam gambar
merupakan pandangan dari samping atas sebagian fluida yang berbentuk pasak.
Seandainya
berat fluida diabaikan, maka gaya yang bekerja terhadap bagian ini hanyalah
gaya yang dikerjakan fluida di sekelilingnya, dan karena tidak punya komponen
tangensial gaya ini haruslah normal pada permukaan pasak itu. Andaikan Fx. Fy, dan F ialah gaya – gaya yang
bekerja terhadap ketiga permukaannya. Karena fluida dalam keadaan setimbang,
maka:
F sin q = Fx, F
cos q = Fy
Begitu pula
A sin q = A, A cos q = Ay
Bagilah
persamaan – persamaan yang atas dengan yang bawahnya maka kita dapatkan :
Sebab itu
gaya per satuan luas adalah sama,
bagaimanapun arah irisan, dan selamanya merupakan kompresi.
Setiap
perbanmdingan di atas mendifinisikan tekanan
hidrostatik p di dalam fluida, yaitu:
F = pA (11.3)
Satuan
tekanan ialah 1 N m-2, 1 dyn cm-2, atau 1 lb ft-2.
seperti halnya dengan jenis tegangan lainnya, tekanan bukanlah besaran vektor
dan tidak dapat ditunjukkan kemana arahnya.
Gaya terhadap
sembarang bidang didalam (atau yang membatasi) fluida yang diam dan menderita
tekanan, adalah normal terhadap bidang itu, bagaimanapun arah bidang itu.
Inilah yang dimaksud dengan ungkapan umum, bahwa ”tekanan di dalam suatu fluida
sama besar ke semua arah”.
Tegangan
di dalam zat padat dapat pula merupakan tekanan hidrostatik, asalkan tegangan
di semua titik permukaan zat padat itu bersifat demikian. Maksudnya, gaya per
satuan luas haruslah sama di semua
permukaan, dan gaya haruslah sama tegak lurus (normal) pada permukaan dan
mengarah ke dalam. Tidak demikian halnya pada Gambar 11-2, dimana gaya – gaya
dikerjakan hanya pada ujung – ujung batang, tetapi otomatis gaya per satuan
luas akan sama semua di titik jika zat padat yang direndamkan ke dalam fluida
yang menderita tekanan.
REGANGAN (STRAIN)
Yang dimaksud dengan regangan
ialah perubahan relatif atau bentuk benda yang mengalami tegangan.
Tiap jenis tegangan yang kita bicarakan sebelum ini ada
jenis regangannya masing – masing.
Gambar 11-5 melukiskan sebuah batang yang panjang aslinya
lo dan berubah menjadi panjang l apabila pada ujung – ujungnya
dilakukan gaya tarik yang sama besar dan berlawanan arahnya.
Sudah tentu perpanjangan itu tidak hanya timbul pada
ujung – ujung batang saja; setiap unsur batang itu bertambah panjnag, sebanding
dengan pertambahan panjang batang itu didefinisikan sebagai perbandingan
pertambahan panjang terhadap panjnag awalnya:
Regangan akibat
tarikan = (l – lo / lo) =∆l / lo (11.4)
Regangan
akibat kompresi (desakan) pada batang itu didefinisikan dengan cara yang sama,
yaitu sebagai perbandingan berkurangnya panjang terhadap panjang awalnya.
Gmb. 11-6. Perubahan bentuk balok yang menderita tegangan
luncur. Regangan luncurnya ditentukan berdasarkan x/h.
Gambar
11-6 (a) melukiskan sifat perubahan bentuk (deformasi) apabila terhadap
permukaan – permukaan sebuah balok bekerja tegangan tangensial, seperti pada
gambar 11-3. Garis putus – putus abcd
melukiskan balok yang tidak mengalami tegangan, dan garis penuh a’b’c’d’
melukiskan balok yang mengalami tegangan.
Dalam
gambar (a), bagaikan tengah balok yang tertegang dan bagian tengah balok yang
tidak tertegang, berimpit. Pada bagian (b), sisi ad dan sisi ad’ yang
berimpit.
Panjang
permukaan – permukaan yang menderita tegangan tangensial hampir tetap konstan,
sedangkan semua dimensi yang sejajar dengan diagonal ac panjnagnya bertambah,
dan yang sejajar dengan diagonal bd panjnagnya berkurang.
Perhatikanlah
bahwa ini memang begitu seharusnya berdasarkan sifat tegangan dakhtil yang
bersangkutan (lihat Gambar 11-3). Regangan semacam ini disebut regangan luncur, dan didefinisikan
sebagai perbandingan perubahan x sudut b terhadap dimensi melintang
(transversal) h:
Regangan
luncur = xlh (11.5)
Seperti
halnya jenis regangan lain, regangan luncur dinyatakan dengan bilangan semata –
mata.
Regangan
yang dihasilkan oleh tekanan hidrostatik, dinamakan regangan volume, yang didefinisikan sebagai perbandingan perubahan
volume DV, terhadap volume awal V. Regangan volume juga
merupakan modulus bulk dan dilambangkan
dengan huruf B. Defenisi umu modulus bulk adalah perbandingan ( negatif) perubahan tekanan terhadap
perubahan regangan volume yang dihasilkan.
dP dp
B =
- ------ = - V
----------
dV /V dV
Regangan volume = ∆v / v (11.6)
Modulus bulk disebut juga dengan kompresibilitas (k), berdasarkan defenisinya maka :
1 dV/V 1
dV
K = ---- = ------- =
- ---- ------------
B dP V dP
Jadi kompresibiltas suatu bahan sama dengan berapa besar
berkurangnya volume, -dV/V, persatuan
kenaikan tekanan dP.
Contoh Soal :
Volume minyak di
dalam sebuah alat tekan hidroulik 5 ft3. Berapakah penyusutan
volumenya bila minyak itu menderita tekanan sebesar 2000 lb. in-2
Kompresibiltas minyak tersebut 20 x 10 -6 atm-1
Untuk kenaikan tekanan
sebesar 1 atm, volume susut 20 bagian per juta, karena 2000 lb.in-2
= 136 atm, volume susut 136 x 20 = 2720 bagian per juta.
Karena volume awal 5 ft3, penyusutan yang
terjadi pada volume tersebut adalah
2720 / 1 juta x 5 ft3
= 0.0136 ft3 = 23,5 in3
Atau berdasarkan persamaan ΔV = -k.V. Δ p
=
-20 x 10 -6 atm-1
x 5 ft3 x 136 atm
=
-0.0136 ft3
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.