Teori behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan
oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku
kondisi yang
diinginkan.
Hukuman kadang-kadang
digunakan
dalam
menghilangkan atau mengurangi
tindakan tidak benar,
diikuti dengan menjelaskan
tindakan yang diinginkan.
Teori belajar
behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori
dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin
kuat bila diberikan
penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Faktor lain yang
juga dianggap penting oleh Teori Behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon tersebut akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)
respon pun akan tetap tetap dikuatkan. Misalnya
ketika Guru memberi tugas kepada siswa-siswanya,
ketika tugas itu ditambahkan maka Ia akan semakin giat belajar. Maka penambahan
tugas tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila
tugas-tugasnya
dikurangi ini justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan pengutan negatif (negative
reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan salah satu bentuk stimulus
yang penting untuk diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment;
(2) Primary and Secondary
Reinforcement;
(3) Schedules of Reinforcement;
(4) Contingency Management;
(5) Stimulus Control in Operant Learning;
(6) The Elimination of
Responses (Gage, Berliner, 1984).
Ciri-ciri Teori Behavioristik:
· Mementingkan faktor
lingkungan
· Menekankan pada faktor bagian
· Menekankan pada tingkah laku yang nampak
dengan mempergunakan metode obyektif.
· Sifatnya mekanis
· Mementingkan masa lalu
Tujuan pembelajaran menurut
teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic” yang
menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang
sudah dipelajari
dalam
bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran
menekankan
pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti
urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas
belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan
mengungkapkan
kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut. Pembelajaran
dan evaluasi menekankan
pada hasil belajar.
Pandangan Para Ahli Mengenai Teori Belajar Behavioristik
Menurut Thorndike, teori behavioristik adalah proses interaksi antara stimulus
dan
respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang
dapat
pula berupa pikiran, perasaan
atau gerakan
/ tindakan.
Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang
datang
sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui
adanya perubahan-perubahan
mental dalam
diri seseorang selama proses
belajar mengajar, namun Ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor
yang tak perlu diperhitungkan. Ia
tetap mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam benak
siswa itu penting, namun semua itu
tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah
belajar atau
belum karena tidak
dapat
diamati.
Chark hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus
dan respon untuk
menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun Ia sangat terpengaruh oleh
teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin.
Bagi Hull,
seperti halnya
teori evolusi, semua
tingkah laku bermanfaat untuk menjaga
kelangsungan hidup
manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis sangat penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang
akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya
Demikian juga
dengan Edwin Guthrie. Ia juga
menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun Ia
mengemukakan bahwa stimulus
tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan kebutuhan sebgaimana yang dijelaskan oleh Chark
dan Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung
hanya bersifat
sementara , oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik
perlu sesering mungkin
diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih
tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang
muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan
dengan respon tersebut. Guthrie
juga percaya
bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat mampu
merubah kebiasaan
dan perilaku seseorang.
Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme
Aliran psikologi belajar yang sangat
besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga
kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik
dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa
hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media
dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang
bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap,
tidak berubah. Pengetahuan
telah
terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan,
sedangkan
mengajar adalah
memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge)
ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang
dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar
diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh
pengajar atau guru
itulah yang
harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya
dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif
yang selalu membutuhkan
motivasi dan penguatan dari
pendidik.
Oleh karena itu,
para
pendidik mengembangkan kurikulum
yang terstruktur
dengan
menggunakan
standar- standar
tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai
oleh para
pebelajar. Begitu
juga dalam
proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata
dan
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang
dijangkau dalam
proses evaluasi.
Frazier dalam (Sri Esti,2006:
139) menyampaikan penggunaan shaping untuk memperbaiki tingkah laku belajar. Ia
mengemukakan lima langkah perbaikan tingkah laku belajar murid antara lain:
• Datang di kelas pada waktunya.
• Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru.
• Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik.
• Mengerjakan pokerjaan rumah.
• Penyempurnaan.
• Datang di kelas pada waktunya.
• Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru.
• Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik.
• Mengerjakan pokerjaan rumah.
• Penyempurnaan.
A.
Petanyaan
1.
Apa yang dimaksud
dengan teori belajar behavioristik?
a.
teori perkembangan perilaku
b.
teori perkembangan itelektual
c.
teori perkembangan IQ
d.
teori perkembangan kedewasaaan
Kunci
jawaban : A
2.
Apa tujuan pembelajaran teori behavioristik ?
a.
Peningkatan IQ
b.
Perubahan tingkah laku
c.
Perubahan cara pemikiran
d.
Perubahan cara menganalisis
Kunci jawaban : B
3.
Apa pandangan para ahli dengan teori behavioristik menurut “Thorndike” ?
a.
proses interaksi antara stimulus
dan
respon
b.
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati
c.
semua tingkah laku bermanfaat untuk menjaga
kelangsungan hidup
manusia
d.
stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan kebutuhan sebgaimana
Kunci
jawaban : A
4.
Bagaimana aplikasi
dari
teori
belajar behavioristik?
a.
obyektif, pasti,
tetap,
tidak berubah
b.
objektif
c.
berubah-rubah
d.
tidak tetap
Kunci jawaban : A
5.
ada berapa macam implikasi dalam teori behavioristik ?
a.
4
b.
5
c.
7
d.
6
Kunci jawaban D
DAFTAR PUSTAKA
Sugiharto, dkk. 2007. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin.
2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.