Gudang Ilmu: 4 Lapisan Tanah dan Penjelasannya

Saturday 1 April 2023

4 Lapisan Tanah dan Penjelasannya

 Tanah merupakan bagian dari lapisan atmosfer kerak bumi yang terletak di posisi paling atas dan menjadi bagian dari kehidupan organisme ataupun mikroorganisme serta tersusun atas berbagai mineral dan material organik dan anorganik lainnya. Peranan tanah sangatlah vital sebagai penunjang kehidupan bumi karena mendukung ketersediaan hara bagi tumbuhan untuk berkembang, dan tumbuhan merupakan dasar dari rantai makanan.

Jadi dapat dikatakan bahwa tanah merupakan titik awal sumber kehidupan semua makhluk di planet ini, tanpa adanya tanah maka tumbuhan tidak mampu bertahan hidup sehingga rantai makanan tidak akan pernah ada. Tanah memiliki struktur yang sangat khas dengan membentuk rongga yang umumnya mengandung udara sehingga memungkinkan bagi akan tanaman untuk bernafas.



Dalam lapisan tanah terdapat beberapa jenis jenis tanah seperti :

  • tanah aluvial

Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah,maupun di kanan kiri aliran sungai besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk dan iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman hingga tahunan.

Gerakan geologi air pada permukaan tanah

Gerakan geologi air di permukaan tanah yang sumber airnya berasal dari lapisan atmosfer atau hujan atau mata air, akan mengalir ketempat yang lebi

h rendah. Dalam perjalanan, air menjalankan proses geologis. Air yang bergerak dari dataran tinggi, yang semula sangat sedikit dan akan semakin banyak berkumpul di daerah lereng dan lembah. Dan pada tempat datar arus akan melemah dan akan terjadi proses pengendapan unsur-unsur. Bila bahan yang di bawa hanyut air itu mengendap di dasar tebing sehingga terbentuk onggokan yang berbaris-baris maka bahan itu disebut delluvium (collivium). Pergerakan air akan melebar seolah merupakan lembaran yang tipis dan merata di permukaan tanah, akan mencari celah0celah bukit dan berkumpul membentuk alur air yang kecil dan beberapa alur tersebut berkumpul di bagian bawah akan membentuk parit-parit sehingga akan membentuk jaringan dan membuat sungai kecil. Bila bahan ini terangkut oleh gerakan air sampai ke saluran sungai dan diendapkan di sana, disebut Alluvium.

Sifat dari Tanah Aluvial

Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan diturunkan dari bahan-bahan yang diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan Alluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara mineralogy, jenis jenis tanah ini berkaitan dengan tanah yang bertindak sebagai sumber Alluvium. Endapan-endapan alluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai sususnan mineral seperti daerah diatasnya tempat bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan.

Proses pembentukan tanah 

  • Proses pembentukan tanah Alluvial sangat tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi,
  • tingkat kesuburan tanah bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organik dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induknya.
  • Tanah Alluvial memiliki kadar ,pH yang sangat rendah yaitu kurang dari 4, sehingga sangat sulit untuk dibudidayakan.

Tanah Alluvial atau Inceptisol ini yang masuk kategori bermasalah adalah sulfaquepts, karena mengandung horizon sulfuric (cat clay) yang sangat masam. Tahap perkembangan tanah Alluvial memperlihatkan awal perkembangan yang biasanya lembab atau basa selama 90 hari berturut-turut. Umumnya mempunyai lapisan kambik, karena tanah ini belum berkembang lebih lanjut dan juga kebanyakan tanah ini cukup subur. Alluvial atau Inceptisol merupakan tanah-tanah yang memiliki epipedon dan okrik, horizon albik.

Sifat Morfologis pada Tanah aluvial

Terdapat perbedaan sifat morfologis pada tanah Aluvial yang dipersawahan dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan berstruktur granular dan warna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu. Tanah Alluvial yang lahannya sering menjadi penyebab banjir dan mengalami endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, dianggap masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan aluval yang sudah tua dan menampakan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk inceptisol, mungkin lebih berkembang. (baca : manfaat pasang surut air laut )

Ciri-ciri pada pembentukan tanah aluvial 

Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Alluvial adalah bahwa sebagian bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.

  • Tekstur bahan yang diendapkan pada tempat dan waktu yang sama akan lebih seragam. Makin jauh dari sumbernya semakin halus butir yang diangkut.
  • Tanah Alluvial mempunyai kelebihan agregat tanah yang didalamnya terkandung banyak bahan organik sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari bahan bahan sumber hara tanaman.
  • Dan disamping itu juga, bahan organik merupakan sumber energi dari sebagian besar organism tanah, dalam memainkan peranannya bahan organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya.

Tanah Alluvial mengalami proses pencucian selama bertahun-tahun. Tanah ini ditandai dengan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang rendah menghambat dekomposisi bahan organik sehingga menghasilkan tanah yang mengandung bahan organik dan KTK yang tinggi. Tanah Alluvial berwarna kelabu muda dengan sifat fisik jika kering akan keras dan pijal dan lekat jika basah. Kaya akan kandungan fosfot yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya.

Kandungan Tanah Aluvial

Kadar fosfor yang ada dalam tanah Alluvial ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal, yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor. Tingkat kesuburan tanah alluvial sangat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral.

Persebaran jenis tanah alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau Jawa, Sumatra, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan (Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Glagah)

1. Permasalahan Tanah Aluvial

  • Kandungan pH pada tanah aluvial tergolong rendah (5,3 – 5,8).
  • Terjadinya keracunan alumunium yang sangat tinggi
  • Kandungan alumunium terlarut dalam jumlah cukup banyak.
    d. Terdapatnya P terarbsorbsi relatif rendah.

2. Pengelolaan Tanah Aluvial

  • Pemberian pupuk P dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
  •  Kapur pertanian dan pupuk kandang sangat dianjurkan untuk meningkatkan produktivitas tanah aluvial.
  • tanah andosol

Pengertian & Definisi Tanah Andosol

Kata Andosol berasal dari bahasa jepang, terbentuk dari dua kata (An = Hitam ; do = Tanah), jadi definisi andosol yaitu jenis jenis tanah berwarna hitam. Menurut ilmu tanah, tanah dengan warna hitam adalah tanah vulkanis yang berasal dari gunung berapi. Penamaan andosol tidaklah sama untuk setiap negara, seperti contoh di jepang disebut dengan nama Kurobokudo yang selanjutnya berubah nama menjadi Ando soils sejak tahun 1947 oleh ahli dari Amerika Serikat. Selain itu terdapat pula istilah Volcanogeneous loams,  Prairie-like brown forest dan Allophane soils untuk menyebutkan Andosol di jepang.

Di Selendia Baru, tanah Andosol disebut dengan nama Yellow brown loams dan Yellow brown pumice, sementara itu di negara Kongo disebut dengan nama Sols bruns tropicaux sur materiaux volcaniques, Kanada menyebutnya dengan nama Acid brown forest soils dan Chile dikenal dengan nama Trumao soils atau Humic allophane soils.

Pengertian tanah andosol menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian adalah sebuah tanah yang memiliki horizon A molik atau horizon A umbrik yang biasanya berada diatas horizon B kambik yang terdiri atas fraksi tanah halus dan sebagian besar tersusun atas abu vulkanik, bahan piroklastik vitrik lainnya.

Karakteristik Tanah Andosol

1. Karakteristik Berdasarkan Morfologi

Dapat terlihat dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti susunan horizon, dan bentuk struktur serta tekstur. Tanah andosol memiliki susunan horizon A-Bw-C dan pada beberapa tempat horizon AC. Untuk horizon permukaan berjenis melanik, molik, fulvik dan umbrik yang mana harus memiliki kandungan organik sebesar 6 persen dalam lapisan paling atas dengan ketebalan 30 cm.

Secara umum tanah andosol di Indonesia memiliki susunan horizon A-Bw-C, dan pada beberapa tempat terdapat horizon AC sebagai horizon timbunan dan beberapa horizon timbunan lainnya seperti A-Bw-C 2A-2Bw-2C yang terbentuk akibat erupsi gunung berapi yang terjadi secara berulang ulang.

Untuk warna, tanah andosol memiliki warna gelap kecoklatan terutama pada horiozon humus dengan struktur remah, terlihat lebih gembur, kadar bahan organik tinggi, terasa licin saat berada ditangan. Tanah andosol di berbagai tempat memiliki kadar bahan organik yang berbeda beda dan berkisar antara 3 persen hingga 22 persen tergantung dari warna dan massa jenis. Mengenai tekstur tanah andosol mulai dari lempung berpasir hingga liat berpasir tergantung dari ukuran partikel saat terjadi erupsi dan selama proses pelapukan. Sayang, jenis tanah ini bukan jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit.

2. Karakteristik Berdasarkan Mineralogi

Setiap tanah pasti tersusun atas mineral termasuk tanah andosol yang berperan sangat penting dalam menentukan sifat kimiawi dan fisika tanah. Dengan melihat komposisi mineral terkandung dalam tanah, maka dapat pula menentukan proses pelapukan seperti apa yang telah terjadi, mineral tanah dapat dikategorikan menjadi dua bagian yakni mineral primer dan sekunder.

Mineral primer atau sering disebut dengan fraksi pasir merupakan  mineral utama dengan susunan-nya sangat tergantung dari material erupsi gunung berapi yang berupa pasir dan abu yang mengalami pelapukan bersama bahan piroklastik, namun masih memiliki sifat fisik maupun kimia yang sama dengan bahan awalnya. Sementara itu untuk mineral sekunder sering disebut fraksi liat yang mempunyai ukuran sangat kecil yaitu dibawah 2 mikrometer dan terbentuk dari proses kimiawi dari mineral primer.

3. Karakteristik Berdasarkan Sifat Kimia

Tanah andosol sebelumnya berasal dari material gunung berapi yang mengalami pelapukan dan tentu saja melibatkan proses kimiawi didalamnya. Berdasarkan sifat kimia maka bahan organik tanah bersama unsur yang ada didalam tanah seperti Al, Fe dan silika aktif merupakan unsur paling dominan dalam mengatur reaksi kimia pada tanah andosol.

Tanah andosol di Indonesia memiliki kandungan unsur Al sangat dominan jika dibandingkan dengan unsur besi dan silika aktif, penyebab tingginya kadar almunium tersebut karena berasal dari batuan induk yang bersifat masam (liparit), sedangkan jika berasal dari batuan induk basa maka kadar Al akan rendah. Hal ini menjadi penyebab kenapa tanah andosol sangat resisten dengan unsur fosfor, terutama tanah andosol dengan kadar Al tinggi.

4. Karakteristik Berdasarkan Sifat Fisika

Secara garis besar tanah andosol memiliki sifat fisika seperti memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada tanah lain, memiliki kadar air yang lebih tinggi, memiliki batas mencair tinggi dan indeks plastisitas rendah. Tanah andosol akan mengalami perubahan yang sifatnya tidak akan kembali ke bentuk asal jika dikeringkan.

Rendahnya massa jenis tanah andosol disebabkan oleh kandungan alofan yakni mineral yang memiliki sifat bentuk non kristalin. Selain itu penyebab lainnya adalah kandungan organik yang memiliki bentuk berongga. Struktur fisika tanah andosol terdiri dari dua kategori yaitu makrostruktur dan microstruktur, dimana makrostruktur terdapat di horizon A dengan bentuk granular sehingga sangat tahan terhadap daya rusak air hujan.

Persebaran Tanah Andosol Di Indonesia

 Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa tanah andosol terbentuk dari material gunung berapi yang melewati proses pelapukan sehingga terjadi sedikit perubahan sifat fisika dan kimia. Jadi sudah jelas bahwa tanah andosol banyak tersebar di daerah yang memiliki banyak gunung berapi atau sering terjadi aktivitas vulkanik, mulai dari ujung sumatera hingga ujung nusa tenggara dan sebagian kawasan sulawesi dan kepulauan maluku. Sedangkan untuk pulau kalimantan, sangat jarang dijumpai tanah andosol mengingat disana tidak banyak ditemukan gunung berapi dan berikut beberapa lokasi penyebaran tanah andosol di Indonesia.

  • Pulau Sumatera

Tanah andosol di pulau sumatera banyak terkonsentrasi di bagian barat mulai dari provinsi NAD bagian barat hingga Lampung bagian barat, hanya beberapa saja yang ada di bagian timur sumatera seperti pada daerah Deli Serdang, Sumut. Penyebaran tanah andosol di sumatera tidak hanya ada pada daratan tinggi penggunungan, melainkan terdapat juga pada daratan rendah mulai dari ketinggian 20 meter dpl hingga 1900 meter dpl seperti yang terdapat pada kaki gunung Ophir dan kaki gunung Talamau, Sumbar. Sementara itu tanah andosol daratan tinggi terdapat daerah sekitar daratan tinggi Toba, daratan tinggi Karo, gunung Marapi, gunung Kerinci, gunung Dempo dan gedong surian.

  • Pulau Jawa

selain terdapat Tanah aluvial, di pulau jawa juga gudangnya tanah jenis andosol. Tanah andosol tersebar hampir merata antara gunung Salak, jawa barat hingga penggunungan Ijen di jawa timur. Mudah ditemukan mulai dari dataran menegah dengan ketinggian 400 meter dpl seperti pada kawasan perbukitan karst gunung Kidul hingga dataran tinggi termasuk pada wilayah dieng, Wonosobo. Luas sebaran tanah andosol pulau jawa sekitar 1.6 juta hektar atau dengan kata lain memiliki konsentrasi lebih tinggi daripada pulau pulau lainnya termasuk sumatera.

  • Bali Dan Nusa Tenggara

Penyebaran tanah andosol mulai dari gunung Agung di pulau bali hingga ujung timir pulau flores. Gunung Rinjani di pulau Lombok dan pada kabupatan Ngada, kabupaten Manggarai, kabuppaten Ende dan kabupaten Sikka. Berdasarkan ketinggian, tanah andosol daerah nusa tenggara mulai dari ketinggian 550 meter dpl hingga 2000 meter dpl. Luas wilayah yang terdapat tanah andosol sangat sedikit presentase-nya jika dibandingkan luas total seluruh daratan.

  • Pulau Sulawesi

Tanah andosol dapat ditemukan di daerah Minahasa dan gunung Tomohon di Sulawesi utara, selain itu terdapat pula di provinsi sulawesi selatan seperti di daerah lereng gunung Lompobatang. Sama seperti nusa tenggara, presentase andosol di pulau sulawesi tidak sebanyak pulau jawa dan sumatera.

  • Kepulauan Maluku

Merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki tanah andosol paling sedikit, penyebarannya disekitar gunung gamalama di ternate dan gunung berapi. Berada pada kaki hingga lereng gunung di pulau halmehera dan wilayah pulau lainnya.

Potensi Dan Kendala Pemanfaatan Tanah Andosol

Andosol merupakan jenis tanah yang berasal dari material erupsi gunung berapi, sehingga tak heran jika penyebarannya terkonsentrasi di dataran tinggi mulai dari ketinggian 600 meter hingga 2000 meter dpl, namun ada pula tanah andosol pada dataran rendah di beberapa wilayah dengan ketinggian hingga 500 meter.  Karena bersifat subur, tanah ini banyak dimanfaatkan oleh orang untuk budidaya pertanian, itulah kenapa mata pencaharian utama penduduk didaerah yang banyak terdapat andosol umumnya petani sayur, palawija ataupun produk holtikultura lainnya.

  • Potensi Tanah Andosol Bagi Pertanian

Karena memiliki banyak gunung berapi, Indonesia memiliki tanah yang subur, tidak hanya andosol melainkan seperti tanah Inceptisol dan tanah entisol yang jumlahnya secara umum lebih banyak daripada andosol. Perlu diketahui bahwa luas tanah andosol di Indonesia yaitu sebesar 5.4 juta hektar yang paling banyak ada di sumatera kemudian disusul oleh jawa. Presentase tanah andosol jika berdasarkan kemiringan lokasi sebagian besar atau sekitar 62 persen berada di kawasan lereng curam, dan sisanya ada pada lokasi tanah berbukit dan bergelombang.

Jika dihitung berdasarkan karakteritik biofisik dan kemiringan suatu tempat, maka ada sekitar 2 juta hektar tanah andosol yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Dengan pembagian untuk wilayah dengan bentuk tanah yang bergelombang lebih cocok untuk ditanami sayuran, palawija dan holtikultura, sementara untuk lahan dengan kemiringan cukup tinggi lebih bagus ditanami tanaman perkebunan seperti kopi, kayu manis, kina, teh dan tanaman perkebunan lainnya.

Selain itu karena pemandangan wilayah sekitar penggunungan maka dapat dijadikan lokasi Agrowisata dan akan mendatangkan banyak wisatawan. Hal ini tentu saja akan menambah pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi seperti contoh agrowisata yang ada di kawasan puncak jawa barat.

  • Kendala Dalam Pemanfaatan Tanah Andosol

Selain memiliki banyak potensi, adapula kendala yang harus dihadapi dalam memanfaatkan tanah andosol mulai dari topografi, yang mana tidak selalu cocok jika ditanami produk pertanian. Keterbatasan dana dan pengetahuan mengenai teknologi budidaya seringkali menimbulkan kerusakan dalam pemanfaatannya.

Contohnya seperti penanaman sayuran pada daerah berlereng yang melanggar asas konservasi tanah dan air, dimana perakaran sayuran itu relatif dangkal dan kurang kuat daya cengkram terhadap tanah sehingga memperbesar peluang terjadinya erosi tanah ataupun longsong, terutama jika ditanam pada lahan yang sangat miring diatas 45 derajat.

Karena sangat sulit untuk mengembangkan budidaya pertanian di dataran tinggi dengan tingkat kemiringan tinggi dengan berasaskan pelestarian lingkungan tanah dan air, maka menyebabkan penurunan kualitas tanah di dataran tinggi sehingga menyebabkan potensinya menurun secara drastis, terutama jika tidak ditambahkan pupuk organik ataupun pupuk buatan yang terjadi pada daratan tinggi dieng, jawa tengah.

  • tanah entisol

Entisol terjadi di bagian lapisan atmosfer di daerah dengan bahan induk dari pengendapan matrial baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat daripada laju perkembangan tanah. Seperti lereng curam, dataran banjir dan dunes. Kriteria utama ordo entisol adalah tidak-adanya organisasi material tanah. Tanah-tanah ini menunjukkan sedikit (tidak-ada) perkembangan struktur atau horison dan menyerupai material dalam timbunan pasir segar.

Ciri-ciri tanah entisol :

  1. Tanah yang baru berkembang
  2. Belum ada perkembangan horison tanah
  3. Meliputi tanah-tanah yang berada diatas batuan induk
  4. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru

Tanah entisol mencakup kelompok tanah alluvial, tanah regosol dan tanah litosol. Ditemukan pada beragam kondisi lingkungan. Entisol meliputi sekitar 16% permukaan lahan di bumi yang bebas es. Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi. Banyak entisol teksturnya berpasir dan sangat dangkal (tipis). Tanah entisol banyak terdapat di daerah alluvial atau endapan sungai dan endapan rawa-rawa pantai, oleh sebab itu tanah ini sering disebut tanah alluvial.

1. Ciri Umum tanah Entisol

Ciri umum Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Jenis jenis tanah pada Entisol memiliki kejenuhan basa bervariasi dari asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar berkadar bahan organik dan N lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air yang rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik dari pada tanah yang lebih halus. Meskipun tanah ini kaya akan unsur hara kecuali N akan tetapi unsur ini belum mengalami pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk kandang dan pupuk hijau.

2. Karakteristik Tanah Entisol

Sifat dan karakteristik Tanah entisol yaitu cenderung memiliki tekstur yang kasar dengan kadar organik dan nitrogen rendah, tanah ini mudah teroksidasi dengan udara, kelembapan dan pH nya tanah entisol selalu berubah, hal ini dikarenakan tanah entisol selalu basah dan rendah, ini disebabkan tanah entisol selalu basah dan terendam dalam cekungan. Dan karena tanah entisol memiliki kadar asam yang sangat tinggi atau sangat rendah. Jadi kadar asamnya kurang baik untuk ditanami. Akan tetapi kalau dilakaukan pemupukan dengan baik dan suplai air dikendalikan, beberapa Entisol pun dapat dipakai untuk pertanian pembatasnya adalah solum yang tipis, tekstur liat, atau neraca lengas-tanah yang defisit mengenai jenis jenis air.

Untuk pengelolaan Tanah entisol dapat digunakan apabila dikembangkan metode baru :

  • Sistem drainase untuk mengairi tanah ketika kadar asamnya mulai rendah, juga dapat ditambah dengan pemupukan dengan hasil yang optimal agar tidak menjadi penyebab tanah tandus.
  • Dilakukan dengan cara memperbanyak tanaman penutup tanah seperti rumput atau alang-alang, pembuatan terasering pada lereng miring agar tidak mudah tererosi.
  • Pemberian mulsa (plastic atau organic) dan bendengan untuk mengurangi penguapan.
  • Pada tanah entisol tidak terdapat hewan-hewan seperti cacing, karena keadaanya yang kurang subur, dan komposisi mineralnya adalah terdapatnya mineral kuarsa dan oksida besi.

Dikarenakan entisol merupakan salah satu jenis tanah yang kandungan bahan organik rendah dan teksturnya didominasi oleh pasir. Tanah dengan karakter tersebut umumnya mempunyai permasalahan dalam penyedian unsur hara bagi tanaman khususnya unsur nitrogen karena pencucian. Upaya pengelolaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nitrogen dalam tanah yaitu dengan pemberian pupuk anorganik (urea dan ZA) dan pemberian pupuk organik misalnya pupuk cair dari air kelapa dan kotoran ayam.

3. Pemanfaatan Tanah Entisol

Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi tanah dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organic. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi seperti di Karawang, Indramayu dan Delta Brantas. Palawija, tebu di Surabaya. Entisol yang berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. 

Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Karawang. Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-daerah Aluvial ini.

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan entisol adalah sebagai berikut:

  • Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat
  • Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng curam
  •  Pengendapan terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir disekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit pasir pantai
  •  Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain

Keunggulan jenis tanah ini secara fisik adalah memiliki drainase dan aerasi yang baik. Untuk kelemahan tanah ini adalah miskin bahan organik dan juga hara tanah khususnya nitrogen. Pengelolaan untuk jenis tanah ini sebaiknya perlu memperkaya bahan organiknya, sedangkan untuk memperbaiki struktur tanah yang porous dan juga sebagai sumber hara N. Disamping itu juga meminimalkan kehilangan hara karena sifat porous tanah ini.

Ikhtisar tanah entisol :

  • Vegetasi: Tidak spesifik, tanah kosong
  • Iklim: Pergelik hingga hypothermik
  • Rezim lengas tanah: Kering hingga Aquik
  • Sifat tanah yang penting: featureless soil bodies
  • Horison Penciri: secara tipikal tidak ada, Albik
  • Epipedon: Okhrik
  • Karakteristik: Sedikit sekali atau tidak ada bukti-bukti perkembangan tanah
  • tanah grumusol

Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik didalamnya. Hal inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin hara dan unsur organik lainnya. Sifat kapur itu sendiri yaitu dapat menyerap semua unsur hara di tanah sehingga kadar kapur yang btinggi dapat menjadi racun bagi tumbuhan.

Tanah grumusol masih membawa sifat dan karakteristik seperti batuan induknya. Pelapukan yang terjadi hanyalah mengubah fisik dan tekstur unsur seperti Ca dan Mg yang sebelumnya terikat secara rapat pada batuan induknya menjadi lebih longgar yang dipengaruhi oleh faktor faktor luar seperti cuaca, iklim, air dan lainnya. Terkadang pada tanah grumusol terjadi konkresi kapur dengan unsur kapur lunak dan terus berkembang menjadi lapisan yang tebal dan keras.

Karakteristik Tanah Grumusol

Sama seperti jenis tanah lainnya, tanah grumusol memiliki sifat dan karakteristik yang sangat khas dan mudah dikenali serta dibedakan seperti keras dan liat sehingga tak jarang petani menggunakan alat khusus untuk membalikan tanah jenis ini. Itu sebagian kecil dari sifat tanah grumusol dan berikut karakteristik berserta penjelasannya secara lengkap.

1. Bertekstur Lempung

Tanah grumusol memiliki sifat lempung yaitu sedikit keras, mudah dibentuk dan mudah pecah atau hancur. Sebenarnya terdiri dari berbagai jenis lempung dan ukuran mulai dari lempung berliat dengan ciri ciri agak kasar, mudah dibentuk terutama ketika kering, bisa sedikit digulung ketika ditekan, namun gulungan tersebut mudah hancur dan tingkat kelekatan sedang.

Lempung berliat sering dijumpai pada lapisan grumusol dalam atau berada pada horizon A hingga B, sedangkan pada bagian permukaan umumnya memiliki tekstur lempung berpasir yang cirinya hampir sama dengan lempung berlihat hanya saja memiliki tekstur butiran yang lebih besar yakni diatas 50 mikron sedangkan tipe lempung berliat dengan tekstur kurang dari 2 mikron. Tekstur tanah yang berbeda ini menjadikannya memiliki kemampuan cukup tinggi untuk menahan air.

2. Struktur Lapisan Atas Dan Bawah Sangat Berbeda

Umumnya profil tanah grumusol memiliki beberapa lapisan mulai dari atas hingga bawah. Untuk lapisan atas berbentuk seperti granuler dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari pasir, bentuk granuler tersebut sering terlihat berbentuk seperti bunga kubis (cauli flower structure) sedangkan pada lapisan bagian dalam bergumpal gumpal atau bisa dikatakan pejal, lapisan inilah yang seringkali membuat para pengolah merasa kesulitan dan harus menggunakan semacam linggis melunakkan-nya.

3. Tidak Memiliki Horizon Eluviasi Dan Iluviasi

Karena memiliki sifat yang liat, maka pada tanah grumusol tidak terdapat lapisan yang berguna untuk tempat pencucian unsur-unsur tanah, hal ini disebabkan oleh daya ikat Ca dan Mg serta unsur lainnya pada tanah jenis ini begitu kuat sehingga ketika air masuk tidak mudah bagi air untuk melarutkan serta menghanyutkan berbagai unsur tersebut. Tidak seperti tanah lain seperti Inceptisol ataupun tanah andosol yang memiliki lapisan atau horizon A3 dan B pada setiap penampang vertikal tanahnya.

4. Koefisien Pemuaian Tinggi

Hal ini dapat terjadi terutama jika kadar air pada tanah grumusol diubah atau dengan kata lain ketika dalam kondisi kering, sangat mudah memuai jika semua air didalamnya dihilangkan. Itulah kenapa volume tanah grumusol akan lebih besar saat pembagian musim kemarau dan akan kembali normal saat musim hujan. Pada daerah yang terdapat tanah grumusol dapat terlihat dengan kondisi tanah yang mengembang dan merekah saat terjadi musim panas atau kemarau.

5. Memiliki Warna Kelabu Hingga Hitam

Tanah grumusol memiliki warna yang mirip dengan tanah endapan seperti tanah alluvial dan tanah entisol yang membedakannya adalah tekstur tanahnya jika diperhatikan dengan seksama jelas akan berbeda terutama pada bagian permukaan tanah, grumusol lebih berliat dan sedikit kasar sedangkan tanah endapan lebih lembut dan lebih halus. Kadar unsur yang terkandung pada tanah grumusol juga menentukan penampakan warnanya.

6. Kandungan Organik Rendah

Tanah grumusol umumnya memiliki kadar bahan organik berkisar antara 0.06 persen hingga 4.5 persen, sangat sedikit jika dibandingkan jenis tanah lain seperti tanah andosol. Kandungan organik akan semakin menurun pada lapisan dalam, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi kadar kapur karena pada lapisan tanah dalam lebih dekat dengan batuan induk. Selain itu kandungan organik juga tergantung dari jenis vegetasi penutup lahan, misalnya grumusol sawah akan berbeda dengan grumusol yang ditumbuhi rumput rumputan.

7. Memiliki PH Netral Hingga Alkali

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penyusun utama batuan induk dari tanah grumusol adalah kapur sehingga memiliki PH yang bersifat basa, namun pada beberapa kondisi terutama jika sudah tercampur dengan abu vulkanik yang bersifat sedikit asam, maka PH dapat berada di area netral. Jadi faktor yang menentukan tingkat keasaman yaitu sifat bawaan dan penyebab yang berasal dari luar seperti abu vulkanik tadi.

8. Kapasitas Tukar Kation Tergolong Tinggi

Tanah grumusol memiliki KTK tinggi hingga sangat tinggi yang bernilai 36.13 hingga 77.38 cmol (+)kg-1, sedangkan untuk grumusol dengan tesktur berliat memiliki nilai 52 hingga 176.48 cmol (+)kg-1. Penyebab kenapa KTK pada jenis tanah ini begitu tinggi disebabkan oleh unsur smektit yang sangat dominan.

Jenis Tanah Berdasarkan Faktor Pembentuk

Terbentuknya tanah grumusol tidak hanya terjadi karena faktor yang sama, pada alam ini ada banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya tanah grumusol. Ada banyak hal yang terjadi selama proses pembentukan tanah grumusol sehingga pada akhirnya membentuk beberapa jenis seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

1. Grumusol Pada Batuan Kapur Dan Bernapal – Tanah grumusol jenis ini dapat terbentuk dikarenakan oleh adanya susunan dan struktur batuan kapur yang mana terakumulasinya beberapa mineral seperti Ca dan Mg secara periodik sehingga membentuk lapisan tanah dengan kadar lempung yang tinggi. Sehingga hal itu menjadikan tanah grumusol batuan kapur ini memiliki sifat plastisitas dan koefisien pemuaian dan pengerutan paling rendah jika dibandingkan dengan tanah grumusol jenis lainnya.

2. Grumusol Pada Sedimen Tuff Tetier – Tanah grumusol jenis ini memiliki ciri atau tanda memiliki horizon yang tersusun dari atas ke bawah dengan tekstur lempung berwarna kelabu yang rentan terjadi erosi dan mengandung besi serta pada bagian bawah terdapat batuan induk yang mengalami pelapukan kecil. Tanah ini memiliki tingkat keasaman berkisar antara 6 hingga 6.5 tanpa adanya konsentrasi kapur sehingga PH nya sedikit asam. Namun pada ekstrak HCl, kandungan kapur cukup tinggi. Grumusol sedimen tuff tetier dapat ditemukan di gunung kidul dan sekitarnya.

3. Grumusol Pada Marl, oalcareous shales Dan Batu Kapur Loam – Tanah grumusol dengan jenis seperti ini terjadi di daerah pengunungan dengan kontur tanah bergelombang sehingga sering mengalami peremajaan akibat tingkat erosi tanah yang tinggi. Proses pelapukan batu induk berlangsung cukup cepat karena tekstur halus, memiliki kadar kapur tinggi. Lapisan paling atas berwarna coklat dan lempung serta mengandung kapur sehingga PH nya sedikit basa yakni 7.8. Pada lapisan subsoil kadar kapur semakin tinggi sehingga PH meningkat hingga 8.2 dan pada lapisan dibawahnya lagi terdapat batu lempung berpasir dengan warna kelabu dengan bercak coklat.

4. Grumusol Bergaram (Saline) – Tanah grumusol jenis ini hanya berkembang di daerah iklim kering dengan curah hujan hanya 1000 mm per tahun dan memiliki musim kemarau 6 bulan. Berwarna hitam dan terdapat pada tuff balistik kuarter, memiliki PH antara 7.2 hingga 8.7 di kedalaman 50 cm. Karena sedikitnya curah hujan menyebabkan kadar air menjadi sedikit sedangkan konsentrasi garam lebih tinggi dan bisa ditemukan pada daerah jawa timur hingga nusa tenggara. 

5. Grumusol Alluvial – Merupakan tanah grumusol yang terletak pada daerah alluvial atau terdapat banyak endapan, umumnya terdapat di pinggir sungai besar dimana batuan induk memiliki konkresi kapur yang tinggi atau juga terletak pada sungai yang memiliki batuan bernapal dengan tekstur halus.

6. Grumusol Pada Lahar – Tanah grumusol yang terletak di dekat gunung berapi, terbentuk dari lahar yang mengendap dan membeku dengan curah hujan yang tinggi sehingga mengalami pencucian ekstrim. Jenis jenis air tanah akan melarutkan garam, menurunkan kadar silika sehingga dalam kurun waktu lama akan membentuk lapisan lempung montmorilonit.

Pemanfaatan Tanah Grumusol

Meskipun memiliki sifat dan karakteristik yang tidak begitu menguntungkan, tanah grumusol masih menyimpan prospek salah satunya untuk areal persawahan. Namun sebelumnya harus memperhatikan aspek-aspek pendukung seperti drainase yang baik dan jaringan irigasi yang memadai dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dan kekurangan tanah grumusol ini. Sebelumnya sudah diterangkan bahwa tanah grumusol memiliki koefisien pemuaian dan pengerutan yang begitu tinggi, sehingga apabila tidak ada irigasi maka tanah jenis ini akan mengering, mengembang dan merekah. Akar akar tanaman pun akan terputus terutama pada pergerakan akar menyamping, akibat yang akan terjadi yakni kegagalan panen. Selain itu masalah dalam pemanfaatan tanah grumusol yakni memiliki kadar Nitrogen yang rendah sehingga berdampak pada pertumbuhan tanaman. Perlu dilakukannya penambahan pupuk seperti Urea dan NFK untuk hasil yang lebih baik.

Dengan memperhatikan semua aspek tersebut maka seorang petani akan lebih terbantukan dalam mengolah tanah grumusol. Pada musim hujan, grumusol dapat ditanami padi dan ketika musim kemarau lebih cocok ditanam palawija ataupun singkong, dengan catatan jika tidak ada sistem irigasi. Selain itu pemberian pupuk dapat dilakukan ketika tanah dalam kondisi basah, karena pada kondisi seperti ini pupuk akan cepat tercampur bersama tanah.

Komposisi mineral pada tanah grumusol

Komposisi mineral yang terdapat pada tanah grumusol tergantung dari bahan batuan induknya serta beberapa faktor luar selama proses pembentukannya dan komposisi fraksi liat sama pada semua jenis grumusol yang didominasi oleh smektit. Tingginya kadar Ca dan Mg juga perlu diperhatikan terutama pada tanah grumusol yang akan dijadikan areal pertanian karena Ca berasosiasi dengan kandungan kapur yang justu akan meracuni tanaman.

Setelah melihat segala kelebihan dan kekurangan tanah grumusol dapat disimpulkan bahwa tanah ini masih berpotensi untuk diolah manusia dengan melakukan berbagai perbaikan atau normalisasi terhadap kandungan unsur mineral didalamnya. Tanah grumsol bisa dijadikan areal persawahan dengan sistem irigasi ataupun dapat dijadikan kolam budidaya ikan air tawar.

Pengertian Lapisan Tanah

Lapisan tanah merupakan sebuah formasi atau susunan yang terbentuk dari beberapa tingkat dan secara spesifik dapat dibedakan secara geologi, kimiawi dan biologis. Jika sebuah tanah dipotong secara vertikal maka penampakan lapisan tanah akan terlihat sangat jelas karena pada setiap tingkat atau lapisan memang berbeda karakteristiknya. Melalui penampakan vertikal tersebut akan terlihat tahap tahap pembentukan sebuah tanah. Bisa dikatakan bahwa setiap lapisan tanah membentuk sebuah periode yang mana pada lapisan tanah atas merupakan hasil akhir dari pembentukan tanah, sedangkan lapisan tanah paling dalam yang biasanya berupa batu keras merupakan awal sebelum tanah terbentuk.

Setiap jenis jenis tanah umumnya memiliki tiga hingga empat lapisan yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan penampakan fisik, warna dan tekstur tanah. Melalui tekstur tanah dapat dilihat ukuran partikel tanah, apakah itu berpasir, liat, lempung, mengandung kadar organik tinggi atau berupa endapan.

Secara umum lapisan tanah terbagi menjadi 4 tingkatan meliputi:

1. Lapisan Tanah Atas

Merupakan lapisan yang terletak hingga kedalaman 30 cm, sering disebut dengan istilah Top Soil. Pada lapisan ini kaya dengan bahan bahan organik, humus dan menjadikannya sebagai lapisan paling subur sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman berakar pendek.

Cara paling mudah untuk mengenali top soil adalah warnanya yang cenderung paling gelap dibandingkan lapisan dibawahnya, terlihat lebih gembur dan semua mikroorganisme hidup pada lapisan ini sehingga memungkinkan terjadinya proses pelapukan daun, sisa batang dan bagian makhluk hidup lainnya.

2. Lapisan Tanah Tengah

Terletak tepat dibagian bawah dari top soil dengan ketebalan antara 50 cm hingga 1 meter. Berwarna lebih cerah daripada lapisan diatasnya dan lapisan ini terbentuk dari campuran pelapukan yang terletak di lapisan bawah dengan sisa material top soil yang terbawa air, mengendap sehingga bersifat lebih padat dan sering disebut dengan tanah liat.

3. Lapisan Tanah Bawah

Merupakan lapisan yang mengandung batuan yang mulai melapuk dan sudah tercampur dengan tanah endapan pada lapisan diatasnya atau tanah liat. Pada bagian ini masih terdapat batuan yang belum melapuk dan sebagian sudah dalam proses pelapukan dari jenis batuan itu sendiri dan berwarna sama dengan batuan penyusunnya atau asalnya. Berada cukup dalam dan jarang dapat ditembus oleh akar akar pohon atau tanaman.

4. Lapisan Batuan Induk

Merupakan lapisan terdalam yang terdiri atas batuan padat. Jenis batuan pada lapisan ini berbeda antara satu daerah dengan tempat lainnya sehingga menyebabkan produk tanah yang dihasilkan juga berbeda. Batuan pada lapisan ini mudah pecah namun sangat sulit ditembus oleh akar tanaman dan air, berwarna terang putih kelabu hingga kemerahan. Lapisan batuan induk ini dapat dengan mudah terlihat pada dinding tebing terjal daerah pengunungan.

Horizon Tanah

Penjelasan mengenai 4 lapisan tanah seperti yang bahas sebelumnya berdasarkan penampakan yang diambil secara umum, dan jika dijabarkan secara lebih terperinci maka setiap lapisan tanah tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang disebut horizon tanah dan tersusun dalam kesatuan yang disebut dengan profil tanah. Setiap tanah dicirikan oleh susunan horizon yang berbeda beda sehingga secara garis besar profil tanah biasanya terdiri atas beberapa horizon yang mana dibedakan berdasarkan warna, sifat fisik, kimiawi serta sifat morfologi lainnya.

Horizon tanah mineral yang telah mengalami perkembangan lanjutan biasanya memiliki beberapa horizon yang dikelompokan berdasarkan lapisan tanah untuk menghindari erosi tanah. Solum terbagi menjadi dua yaitu lapisan atas dan lapisan bawah, pada lapisan atas atau top soil memiliki dua horizon yaitu horizon O dan horizon A, lapisan tanah bagian bawah memiliki dua horizon juga yaitu horizon E dan B. Namun pada profil tanah dengan susuan lengkap memiliki banyak horizon dengan sifat dan karakteristik yang unik atau  khas.

Umumnya dari lapisan tanah paling atas hingga paling bawah terdiri atas horizon O, A, E, B, C dan R yang penjelasan lengkapnya sebagi berikut:

a. Horizon O

Terletak bagian paling atas lapisan tanah, merupakan lapisan tanah yang mengandung bahan organik hasil pelapukan dan hanya mengandung humus. Horizon ini sangat mudah ditemukan pada hutan hutan alami yang belum terganggu manusia. Horizon organik merupakan tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 20 persen dari total keseluruhan penampang tanah.

Horizon O terbagi lagi menjadi dua yaitu horizon O1 yang terbentuk dari sisa sia tanaman yang masih terlihat berupa guguran bunga dan daun ataupun ranting pohon sedangkan horizon O2 terletak dibawah O1 yang terbentuk dari sisa sisa jasad bagian tanaman yang sudah tidak terlihat atau berbentuk lagi karena sudah mengalami pelapukan lanjutan.

b. Horizon A

Merupakan horizon yang masih berada dalam kesatuan top soil yang mengandung campuran bahan organik hasil pelapukan dan mineral. Horizon A juga disebut sebagai horizon pencucian bahan organik dan terbagi menjadi 3 bagian lagi meliputi:

  • A1 merupakan horizon yang menjadi tempat pencampuran bahan organik dan mineral tanah. Karena masih kaya akan bahan organik sehingga masih berwarna gelap. Bahan organik pada horizon A1 ini membentuk partikel khas atau bahan organik yang menyelimuti mineral.
  • A2 merupakan horizon yang dikenal sebagai zona pencucian atau eluviasi, pada lapisan ini bahan organik akan tercuci secama maksimal seperti kation organik dan unsur seperti besi, mangan, aluminium atau zat basa lainnya telah tercuci sehingga hanya menyisahkan bahan resisten yang bersifat kasar seperti kuarsa dan hal ini menyebabkan warna horizon A2 terang, memiliki tekstur kasar dan struktur lebih longgar daripada lapisan lain.
  • A3 merupakan horizon peralihan antara A ke B atau C, memiliki warna yang hampir sama dengan A2. Namun sering terjadi kondisi peralihan yang kurang jelas karena hanya memberikan tanda dan warna, oleh karena itu horizon A3 sering disebut horizon AB jika beralih ke horizon B, atau disebut AC jika  langsung beralih ke C.

c. Horizon E

Merupan horizon yang penampakan-nya hampir sama dengan A2 yakni berwarna terang, memiliki kadar organik rendah tetapi kadar pasir debu kuarsa tinggi. Hal ini dapat terjadi demikian karena horizon E juga merupakan zona eluviasi atau pencucian.

d. Horizon B

Berbeda dengan fungsi horizon A2 dan B yang merupakan zona pencucian, horizon B justru merupakan tempat dimana terjadi penimbunan atau pengendapan, oleh karena itu pada horizon ini terdapat akumulasi dari bahan bahan yang tercuci pada horizon diatasnya seperti Fe, Al, Mn dan materi organik lainnya.

Ciri atau tanda horizon B yaitu terdapat konsentrasi residu debu kuarsa (sesquioksida) dan lempung sebagai hasil dari pelarutan karbonat dan garam garam lainnya, selain itu terdapat perubahan bahan bahan dari kondisi asalnya atau proses alterasi sehingga terbentuk gumpalan (blocky), butiran (granule) dan dan tiang (prismatic).

Horizon B juga disebut sebagai horizon pencucian bahan organik dan terbagi menjadi 3 bagian lagi meliputi:

  • B1 merupakn horizon yang berada didekat dengan horizon A sehingga memiliki tanda tanda fisik yang hampir mirip dengan horizon A2 atau A3.
  • B2 terletak dibawah horizon B1, merupakan horizon yang memiliki ciri paling mencolok dari horizon B. Memiliki ciri atau tanda khas seperti warna paling kelam dan massa jenis paling berat dan lebih padat dibandingkan dengan B1
  • B3 merupakan peralihan antara horizon B dengan C atau R. Meskipun berada di zona perbatasan, horizon B3 memiliki ciri ciri mendekati tanda horizon B secara umum. Jika horizon peralihan ini sulit dibedakan dengan horizon lain maka bisa diberikan simbol BC jika berbatasan dengan horizon C dan simbol BR jika berbatasan langsung dengan horizon R.

e. Horizon C

Merupakan lapisan tanah yang bahan utama penyusunnya masih berupa batuan keras dan belum terjadi perubahan baik secara fisik ataupun struktur kimiawi-nya. Tidak bisa ditembus oleh akar-akar tanaman dan mengandung bahan organik yang sangat sedikit. Horizon C ini tidak terbagi lagi karena hanya memiliki satu sifat yang benar benar berbeda dibandingkan dengan horizon O, A dan B.

f. Horizon R

Merupakan lapisan terdalam yang masih berbentuk batuan induk yang sangat keras, tidak ada aktivitas organik didalamnya. Tidak terdapat tanah lagi dibawah horizon R ini yang ada hanyalah jenis jenis air tanah dalam atau artesis jika terus mengebor menembus batuan induk ini. Namun lambat laun seiring berjalannya waktu batuan induk yang ada di horizon R ini akan berangsur angsur menjadi tanah, namun memerlukan waktu ribuan hingga jutaan tahun,

Profil tanah terdiri atas beberapa horizon, diantara horizon tersebut ada batasan batasan yang pengelompokan-nya terbagi menjadi 4 batas peralihan jika dilihat secara visual jika seandainya penampang tanah dipotong secara vertikal yang penjelasan-nya sebagai berikut.

  • Batas horizon secara nyata jika area peralihan memiliki ketebalan dibawah 2.5 cm
  • Batas horizon jelas apabila area peralihan memiliki jarak atau ketebalan antara 2.5 cm hingga 6.5 cm.
  • Batas horizon berangsur apabila zona peralihan yang terjadi pada suatu lapisan tanah dengan jarak berkisar antara 6.5 cm hingga 12.5 cm
  • Batas horizon baur jika area peralihan terjadi pada jarak diatas 12.5 cm dan biasanya sudah sulit membedakan diantara dua buah horizon karena batas yang samar.

Manfaat Horizon Tanah

Pengelompokan lapisan tanah dalam sebuah profil tanah bukanlah tanpa tujuan, terdapat beberapa manfaat dari sebuah horizon tanah. Yang jelas untuk melihat sifat sifat suatu tanah haruslah melakukan pengamatan pada penampang vertikal tanah, berikut manfaatnya.

  • Untuk mengetahui kelengkapan dan penyebaran horizon tanah, dengan demikian dapat mengetahui pencirian dari tingkat perkembangan dan umur tanah. Semakin lengkap dan majemuk horizon suatu tanah maka akan semakin baik dan tua usia tanah tersebut.
  • Untuk mengetahui kedalaman top soil yang harus dilakukan sebelum mulai menanam tanaman berakar pendek seperti palawija, kacang tanah, kedelai dan padi. Sehingga akan diketahui tanaman yang cocok dengan keadaan suatu top soil.
  • Warna tanah dapat mencerminkan kondisi aerob dan anaerob, yang mana jika warna tanah terang menandakan kondisi aerob dan warna kelabu pada kondisi anaerob. Selain itu warna hitam juga dapat menandakan tingkat unsur organik sehingga melalui warna tanah akan diketahui tingkat kesuburannya.

Pentingnya tanah dalam kehidupan makhluk hidup

Tanah menjadi tempat bagi makhluk hidup untuk hidup dan bergerak diatasnya, menjadi rumah bagi sebagian hewan darat. Menurut bidang Klimatologi dan letak astronomis, tanah berperan dalam penyimpan cadangan air dan ada banyak air yang tersimpan dalam lapisan tanah dan menurut para ahli jumlah air tawar  pada lapisan tanah hingga kedalaman 4000 meter lebih banyak daripada volume air tawar permukaan seperti dari sungai dan danau. Selain bertindak penyuplai air, tanah juga berperan sebagai gudangnya unsur hara seperti Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnesium, Calsium, Besi, Mangan dan lainnya. Kelak semua unsur hara tersebut akan digunakan tumbuhan sebagai bahan untuk melakukan fotosintesis dan akan menghasilkan zat tepung dan oksigen yang akhirnya digunakan oleh manusia dan hewan sebagai penunjang kehidupan.

Horizon tanah merupakan suatu sampel yang dapat memberikan petunjuk mengenai kondisi dan karakteristik secara lengkap. Horizon tanah ibaratnya sebuah buku yang berisikan sejarah perkembangan tanah, karena dari sanalah semua proses kimiawi dan biologis tanah dapat diketahui. Selain itu horizon tanah juga memberikan petunjuk mengenai tingkat kesuburan dan ketersediaan unsur hara didalamnya.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah mengunjungi blog saya.