Gudang Ilmu: Laporan Praktikum Kimia Dasar Pemisahan dan Pemurnian

Thursday 17 March 2022

Laporan Praktikum Kimia Dasar Pemisahan dan Pemurnian

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara atau metode untuk memisahkan atau memurnikan suatu zat dari campurannya, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Pada dasarnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian dilakukan untuk memurnikan suatu zat yang tercemar oleh zat lain.

Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki peran yang penting dalam ilmu kimia, industri, maupun kehidupan sehari-hari titik dalam skala industri, misalnya pemurnian logam dari mineralnya, pengolahan minyak bumi mentah menjadi berbagai minyak dan gas, pemurnian bahan tambang seperti batubara pemurnian air dari pencemarnya, dan sebagainya. Sedangkan, dalam skala kecil di masyarakat juga banyak pemisahan dan pemurnian yang sebenarnya sudah sangat lazim kita temui, misalnya pemisahan ampas kelapa dari santan nya, menjemur pakaian basah, pembuatan garam, menyeduh teh dari teh bubuk, dan sebagainya.

Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan keterampilan, terutama untuk memisahkan zat yang tercampur yang memiliki ukuran partikel sangat kecil. Semakin kecil ukuran partikel dari campuran yang ingin dipindahkan maka semakin sulit untuk memisahkannya. untuk itu, ilmu kimia menyediakan berbagai macam metode pemisahan dan pemurnian suatu zat tercampur mulai dari yang sederhana yang sudah banyak diterapkan sehari-hari sampai metode yang kompleks dan tidak sederhana.

Pada prinsipnya zat-zat yang ingin dipisahkan dari campuran yang memiliki perbedaan sifat, itulah yang mendasari pemisahan dan pemurnian zat dari campurannya dengan pengetahuan tersebut kita dapat memisahkan dan memurnikan zat dari campurannya sesuai dengan metode yang tepat titik.

Oleh karena itu, praktikum kali ini perlu dilaksanakan untuk mengetahui hal-hal fundamental dari pemisahan dan pemurnian diantaranya Bagaimana pemisahan campuran menjadi zat-zat murni penyusunnya, mengetahui metode-metode yang dapat digunakan dalam pemisahan dan pemurnian, serta mengetahui prinsip dari metode-metode pemisahan dan pemurnian campuran.

1.2 Tujuan Percobaan

  1. Untuk mengetahui perbedaan antara pemisahan dan pemurnian pada praktikum kali ini.
  2. Untuk mengetahui metode-metode pemisahan dan pemurnian zat zat dalam campuran.
  3. Untuk mengetahui perbedaan antara pemisahan dan pemurnian pada praktikum kali ini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah suatu contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi. Campuran dapat berupa homogen dan heterogen (Petrucci, 1996).

Larutan adalah campuran homogen. Suatu campuran dikatakan homogen jika antar komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga terbedakan lagi walaupun dengan menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Komponen larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Komponen larutan dibedakan atas pelarut dan zat terlarut. Proses pelarut dipengaruhi oleh pengadukan atau jika zat terlarut lebih halus (Keenan, 1980).

Suspensi adalah campuran dasar dan tampak heterogen antar komponennya masih terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan tanpa menggunakan mikroskop. Istilah suspensi biasanya dimasukkan untuk campuran heterogen dan suatu zat padat dalam zat cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil. Zat tersuspensi lambat lalu terpisah karena adanya gravitasi suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Suspensi cairan atau padatan (dalam jumlah kecil) di dalam gas disebut sebagai aerosol. Koloid adalah suatu campuran yang keberadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Secara mikroskopis, koloid tampak homogen tetapi jika diamati dengan menggunakan mikroskop ultra maka akan tampak heterogen. Koloid masih dapat dibedakan atas komponennya. Koloid umumnya keruh tetapi stabil, dan campuran koloid tidak dapat disaring (Keenan, 1980).

Campuran homogen merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam campuran homogen mempunyai sifat yang sama. Campuran homogen (larutan) adalah campuran unsur atau senyawa yang mempunyai susunan seragam. Selain itu juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fase (Petrucci, 1996).

Campuran heterogen adalah campuran yang komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tak sama di berbagai bejana. Campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika antar komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop hanya dengan mata telanjang serta campuran yang memiliki dua fase sehingga sifat-sifatnya menjadi tidak seragam lagi (Petrucci, 1996).

Zat terlarut berjumlah lebih sedikit daripada zat pelarut. Pada larutan, semua zat terlarut akan larut dalam air. Zat terlarut dibagi menjadi dua golongan, yaitu elektrolit dan non elektrolit. Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang dicampur adalah zat terlarut dan zat pelarut (Chang, 2004).

Like dissolves like sangat umum digunakan dalam bidang kimia. Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul terlarut mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solute, maka gaya-gaya tarik yang terjadi adalah kuat. Bila tidak ada kesamaan, maka gaya tarik akan lemah. Dengan menggunakan alasan ini, suatu senyawa yang polar seperti  biasanya menggunakan solvent yang baik untuk senyawa yang polar seperti alkohol tetapi merupakan solvent yang jelek untuk senyawa yang nonpolar seperti gajolin (Hardjono, 2005).

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antara elektron pada unsur-unsurnya ini terjadi karena unsur yang berkaitan tersebut mempunyai nilai elektronegativitasnya berbeda. Sedangkan senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berkaitan mempunyai nilai elektronegativitas yang sama (Raleh, 1987).

Campuran dapat dibedakan melalui peristiwa fisika atau kimia. Peristiwa secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan.cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya, jika komponen berwujud padat dan cair. Misalnya pasir dan air dapat dipisahkan dengan saringan bermacam-macam mulai yang pasirnya besar sampai yang sangat halus (Syukri, 1999).

Sifat fisik dan kimia bahan pada percobaan kali ini adalah yang pertama garam (NaCl) yang memiliki rasa asin dan berbentuk kristal putih, memiliki massa molar 50,44 g/mol, dan  berbahaya jika tercampur dengan air yang akan bereaksi terbentuk unsur lainnya. Yang kedua adalah minyak goreng yang berwujud cair, tidak larut dalam air, tidak bisa mongering hidrolisis, oksidasi, hidrogenisasi, dan berbahaya jika dikonsumsi secara lebih bagi tubuh. Yang ketiga kapur tulis yang berbentuk padatan, volume berubah massa tetap, rapuh dan berbahaya jika debu kapur tulis masuk kedalam organ pernapasan. Yang keempat naftalena larut dalam air dan berbahaya jika ekspor dalam jumlah besar dan dapat mengakibatkan kerusakan pada sel darah. Yang kelima ialah pasir yang berbentuk solid, berwarna putih bening, atau karena lain bergantung pada senyawa pengotorannya. Yang keenam adalah aquades yang berbentuk cair dan tidak berwarna, memiliki titik didih C, tidak berbau, tidak dapat terbakar dan merupakan produk stabil. Yang ketujuh ialah CuSO4 berbentuk Kristal, berwarna biru, berbau, memiliki titik didih C dan berat molekul 249,68 g/mol. Padatan ini berbahaya jika tertelan dan akan mengalami gangguan pencernaan iritasi pada bagian organ tubuh (Raleh, 1987).

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah suatu contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi. Campuran dapat berupa homogen dan heterogen (Petrucci, 1996).

Larutan adalah campuran homogen. Suatu campuran dikatakan homogen jika antar komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga terbedakan lagi walaupun dengan menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Komponen larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Komponen larutan dibedakan atas pelarut dan zat terlarut. Proses pelarut dipengaruhi oleh pengadukan atau jika zat terlarut lebih halus (Keenan, 1980).

Suspensi adalah campuran dasar dan tampak heterogen antar komponennya masih terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan tanpa menggunakan mikroskop. Istilah suspensi biasanya dimasukkan untuk campuran heterogen dan suatu zat padat dalam zat cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil. Zat tersuspensi lambat lalu terpisah karena adanya gravitasi suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Suspensi cairan atau padatan (dalam jumlah kecil) di dalam gas disebut sebagai aerosol. Koloid adalah suatu campuran yang keberadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Secara makroskopis, koloid tampak homogen tetapi jika diamati dengan menggunakan mikroskop ultra maka akan tampak heterogen. Koloid masih dapat dibedakan atas komponennya. Koloid umumnya keruh tetapi stabil, dan campuran koloid tidak dapat disaring (Keenan, 1980).

Campuran homogen merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam campuran homogen mempunyai sifat yang sama. Campuran homogen (larutan) adalah campuran unsur atau senyawa yang mempunyai susunan seragam. Selain itu juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fase (Petrucci, 1996).

Campuran heterogen adalah campuran yang komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tak sama di berbagai bejana. Campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika antar komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop hanya dengan mata telanjang serta campuran yang memiliki dua fase sehingga sifat-sifatnya menjadi tidak seragam lagi (Petrucci, 1996).

Zat terlarut berjumlah lebih sedikit daripada zat pelarut. Pada larutan, semua zat terlarut akan larut dalam air. Zat terlarut dibagi menjadi dua golongan, yaitu elektrolit dan non elektrolit. Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang dicampur adalah zat terlarut dan zat pelarut (Chang, 2004).

Like dissolves like sangat umum digunakan dalam bidang kimia. Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul terlarut mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solute, maka gaya-gaya tarik yang terjadi adalah kuat. Bila tidak ada kesamaan, maka gaya tarik akan lemah. Dengan menggunakan alasan ini, suatu senyawa yang polar seperti  biasanya menggunakan solvent yang baik untuk senyawa yang polar seperti alkohol tetapi merupakan solvent yang jelek untuk senyawa yang nonpolar seperti gasolin (Harjono, 2005).

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antara elektron pada unsur-unsurnya ini terjadi karena unsur yang berkaitan tersebut mempunyai nilai elektronegativitasnya berbeda. Sedangkan senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berkaitan mempunyai nilai elektronegativitas yang sama (Raleh, 1987).

Campuran dapat dibedakan melalui peristiwa fisika atau kimia. Peristiwa secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan.cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya, jika komponen berwujud padat dan cair. Misalnya pasir dan air dapat dipisahkan dengan saringan bermacam-macam mulai yang pasirnya besar sampai yang sangat halus (Syukri, 1999).

Sifat fisik dan kimia bahan pada percobaan kali ini adalah yang pertama garam (NaCl) yang memiliki rasa asin dan berbentuk
kristal putih, memiliki massa molar 50,44 g/mol, dan  berbahaya jika tercampur dengan air yang akan bereaksi terbentuk unsur lainnya. Yang kedua adalah minyak goreng yang berwujud cair, tidak larut dalam air, tidak bisa mongering hidrolisis, oksidasi, hidrogenisasi, dan berbahaya jika dikonsumsi secara lebih bagi tubuh. Yang ketiga kapur tulis yang berbentuk padatan, volume berubah massa tetap, rapuh dan berbahaya jika debu kapur tulis masuk kedalam organ pernapasan. Yang ke-empat naftalena larut dalam air dan berbahaya jika ekspor dalam jumlah besar dan dapat mengakibatkan kerusakan pada sel darah. Yang kelima ialah pasir yang berbentuk solid, berwarna putih bening, atau karena lain bergantung pada senyawa pengotorannya. Yang keenam adalah aquades yang berbentuk cair dan tidak berwarna, memiliki titik didih C, tidak berbau, tidak dapat terbakar dan merupakan produk stabil. Yang ketujuh ialah CuSO4 berbentuk Kristal, berwarna biru, berbau, memiliki titik didih C dan berat molekul 249,68 g/mol. Padatan ini berbahaya jika tertelan dan akan mengalami gangguan
pencernaan iritasi pada bagian organ tubuh (Raleh, 1987).



                                    BAB III 

                METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

  • Spatula
  • Gelas kimia 100 mL
  • Corong kaca
  • Corong pisah
  • Cawan penguap
  • Batang pengaduk
  • Kompor listrik
  • Mortar dan alu
  • Labu Erlenmayer
  • Tabung reaksi

3.1.2 Bahan-bahan

  • Garam dapur
  • Minyak goreng
  • CaCO3 (kapur tulis)
  • Naftalena
  • Pasir
  • Kertas saring
  • Aquadest
  • Padatan CuSO4

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Dekantasi

  1. Dimasukkan 20 gram pasir ke dalam gelas kimia yang telah diisi aquadest dan diaduk.
  2. Dibiarkan pasir hingga mengendap kemudian dituang cairan bagian atas.

3.2.2 Filtrasi

  1. Digerus kapur tulis menggunakan mortar dan alu.
  2. Dimasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia yang telah diisi aquadest dan diaduk.
  3. Disiapkan corong kaca yang telah dilapisi dengan kertas saring, kemudian dillakukan penyaringan.

3.2.3 Kristalisasi

  1. Dimasukkan sebanyak 10 Ml aquadest kedalam gelas kimia.
  2. Dimasukkan sedikit padatan CuSO4  (±0.5 gram), kemudian diaduk hingga padatan larut kedalam aquadest.

3.2.4 Sublimasi

  1. Dimasukkan 1 gram naftalena yang telah dihaluskan kedalam cawan penguap.
  2. Ditambahkan 1 gram NaCl ke dalam cawan penguap kemudian diaduk.
  3. Ditutup cawan penguap dengan menggunakan kertas saring yang telah di beri lubang-lubang kecil dan ditiup dengan posisi terbalik dengan corong disumbat dengan kertas.
  4. Dipanaskan hingga kedua zat mengalami penyubliman.

3.2.5 Ekstraksi

  1. Dimasukkan 100 Ml aquadest dan 100 Ml minyak goreng ke dalam corong pisah.
  2. Dihomogenkan dan dibiarkan hingga cairan tersebut kembali terpisah.
  3. Dipisahkan cairan lapisan bawah dengan cara membuka kran pada corong pisah.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

No.PerlakuanPengamatan
1.Dekantasi Pada percobaan ini, warna larutan aquades awalnya berwarna bening. Namun, setelah dicampur dengan pasir, warna aquades pun kemudian  berubah menjadi keruh. Pada percobaan dekantasi kali ini menggunakan prinsip massa jenis. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pasir yang massa jenisnya lebih besar, sehingga  pasir pun menjadi mengendap di bawah air.
2.Filtrasi                Sebelum diaduk air tetap bening, kapur didasar gelas dan air diatas kapur, setelah diaduk dan diamati kapur dan air butuh proses lebih lama untuk memisah setelah difiltrasi atau penyaring air yang awalnya keruh berubah kembali  menjadi bening dikarenakan partikel atau molekul kapur tulis lebih besar daripada partikel air lebih kecil daripada pori kertas saring,sedangkan partikel kapur lebih besar daripada pori-pori kertas saring.
3.KristalisasiCiri-ciri  fisik CuSO4 berupa padatan CuSO4 berwarna biru. Setelah diaduk dan diamati larutan tampak homogen berwarna biru. Setelah dipanaskan air menguap dan yang tersisa padatan dari CuSO4 dan air tidak ada karena titik didihnya lebih rendah sehingga lebih cepat menguap dibandingkan padatan CuSO4 yang memiliki titik didih lebih tinggi sehingga lebih lama untuk menguap.
4.SublimasiSaat dipanaskan dinding kaca yang awalnya bening lalu berubah menjadi keruh lalu saat keluar asap, sudah cukup penyubliman, lau didinginkan , ada kristal naftalena yang menempel pada corong kaca, sedangkan garam menguap menjadi air titi uap air lebih rendah dibandingkan garam.
5.EkstraksiSaat dihomogenkan larutan minyak dan air menjadi keruh berwarna kuning telur. Lalu, saat didiamkan larutan kembali berpisah dikarenakn massa jenis air lebih berat daripada massa jenis minyak dan adanya larutan yamg polar dan non-polar maka minyak dan air tidak akan menyatu.

4.2 Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan dengan menggunakan metode tentang pemisahan dan pemurnian.Adapun yang pembahasan yang telah dilakukan pada setiap percobaan adalah pertama, dekantasi, pada dekantasi digunakan bahan berupa air aquadest dengan pasir, pada awalnya pasir dicampur dengan 50 Ml aquadest pada gelas kimia, dan sebelum diaduk, air masih dalam keadaan bening dan mengendap pada dasar gelas kimia, setelah diaduk atau dihomogenkan air menjadi keruh untuk sesaat dan kemudian didiamkan, air kembali menjadi bening dan pasir mengendap, hal ini disebabkan pengaruh gaya gravitasi dan juga massa pasir lebih berat dibandingkan massa air sehingga pasir mengendap dan air benar-benar berada diatas pasir.

Pada percobaan kedua dengan metode titrasi atau penyaringan menggunakan bahan kapur tulis dan air, awalnya kapur tulis dihancurkan dengan alu dan mortar, air yang digunakan sebanyak 50 ml dan kapur tulis yang digunakan adalah satu batang kapur tulis. Sesudah dihancurkan , dan menjadi bubuk kapur dicampurkan dengan air. Sebelum diaduk atau dihomogenkan, terlihat kapur mengendap dan air diatas kapur, namun setelah diaduk atau dihomogenkan secara merata, kapur terlarut di air dan butuh proses lama untuk memisah, sehingga air yang bening jadi keruh. Disebabkan adanya padatan yang tersuspensi . Setelah itu dilakukan penyaringan dengan kertas saring hasilnya kapur tulis tertahan pada kertas saring dan air lolos melewati kertas saring sehingga menjadi bening kembali, hal ini disebabkan karena partikel kapur lebih besar dibandingkan dengan pori-pori kertas saring dan partikel atau molekul air lebih kecil dibandingkan pori-pori kertas saring sehingga air lolos dan kapur tulis tertahan pada kertas saring.

Pada percobaan ketiga dalam praktikum menggunakan metode kristalisasi, pada metode ini ,menggunakan bahan padatan CuSO4 berwarna biru dengan air (aquadest), pengamatan dilakukan setelah larutan diaduk atau dihomogenkan , dan tampak larutan setelah dihomogenkan berwarna biru kemudian larutan dipanaskan, karena larutan harus sampai atau hampir habis semua, dan yang tersisa adalah padatan dari CuSO4 .Saat sudah selesai dipanaskan terlihat bahwa yang tersisa hanya kristal padatan CuSO4 berwarna biru dan air habis menguap. Disebabkan titik didih air lebih tinggi, sehingga lebih lama untuk menguap.

Pada percobaan keempat dalam praktikum menggunakan metode sublimasi, pada metode kali ini menggunakan bahan garam dan naftalena, serta penggunaan alat corong kaca dan kertas saring, pengamatan dilakukan setelah dipanaskan dengan kompor listrik. Ketika dipanaskan kaca corong atau dinding leher corong yang awalnya bening, berubah menjadi keruh, seperti ada butir halus yang menempel. Setelah keluar asap dan dirasa penyubliman telah cukup, kemudian garam dan naftalena bubuk (dihancurkan dengan alu dan mortar) didinginkan, saat diamati ada kristal naftalena yang menempel pada corong kaca ,  dan garam menguap menempel pada kertas saring (karena corong kaca disumbat dengan kertas tisu). Garam menguap menjadi air dikarenakan titik uap garam lebih rendah dibandingkan titik uap dari naftalena.

Pada percobaan kelima dalam praktikum, menggunakan metode ekstraksi, pada metode ini menggunakan bahan minyak dan air (aquadest). Minyak dan air (aquadest) masing-masing sebanyak 50 ml. Sebelum dihomogenkan minyak dan air tidak menyatu, air dibawah dan minyak diatas. Namun, setelah dihomogenkan untuk sesaat larutan menjadi keruh berwarna kuning telur. Dan, saat didiamkan kembali larutan minyak dan air kembali terpisah ini dikarenakan massa jenis air lebih berat dibandingkan massa jenis minyak dan adanya prinsip larutan yang polar dan larutan yang polar dalam larutan yang non-polar.

Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa maupun sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan. Pada prinsipnya dilakukan untuk mendapatkan suatu zat atau lebih yang murni. Sedangkan pemisahan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang telah bercampur.

Like dissolvess like. Sebuah prinsip kelarutan dimana suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang sesuai. Dengan kata lain, zat yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar dan zat yang bersifat non polar akan larut pada pelarut yang polar seperti pada percobaan ekstraksi antara minyak dan air.

Teknik pada metode ini, dalam praktikum ini yaitu yang pertama, dekantasi didasarkan pada pengendapan zat yang memiliki berat lebih besar dari pelarutnya. Jika pada suatu campuran mengandung zat yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari pelarutnya, maka campuran tersebut dapat dipisahkan kedua zatnya, dengan cara diendapkan zat padatnya kemudian dibuang fase atasnya. Kedua metode filtrasi adalah berdasarkan pada perbedaan ukuran partikel suatu zat yang berbeda. Partikel zat yang penyusunnya lebih kecil akan melewati media saring sebaliknya zat yang ukurannya lebih besar dari pori-pori tidak dapat menembus media saring. Ketika metode kristalisasi didasarkan pada perbedaan titik beku komponen. Dimana perbedaan itu harus cukup besar dan sebaliknya komponen yang akan dipisah harus berwujud padat dan cair pada suhu kamar. Keempat metode sublimasi adalah partikel bercampur yang harus memiliki perbedaan titik didih yang tinggi atau besar, sehingga dapat dihasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Kelima metode ekstraksi adalah atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dalam komponen-komponen campuran. Selain itu juga karena perbedaan kepolaran. Non polar hanya bisa melarutkan zat non polar dan zat polar hanya bisa melarutkan zat polar, apabila berbeda seperti non polar dengan polar maka kedua zat yang berbeda kepolarannya tidak akan larut. Istilah ini dikenal sebagai “like dissolvess like”.

Metode dekantasi biasanya diterapkan dalam industri pembuatan tahu, kedelai hancur dibiarkan mengendap dahulu dahulu lalu nanti kedelai sari  kedelai yang mengendap dicetak menjadi tahu. Metode filtrasi biasanya diterapkan dalam industri untuk mendapatkan bahan yang lebih bersih dari sebelum disaring atau difiltrasi. Metode kristalisasi biasanya digunakan dalam pembuatan garam , air laut dipanaskan hingga habis dan tersisa kristal garam. Sublimasi dalam industri dalam pembuatan atau pemisahan iodin dari campurannya. Metode ekstraksi dalam penerapannya dalam industri yaitu untuk pembuatan makanan/bahan makanan asam laktat dan flavor atau rasanya.

Dalam percobaan ini, garam dapur digunakan sebagai bahan untuk melakukan percobaan kristalisasi dan sublimasi. Garam dapur dipilih sebagai bahan untuk melakukan percobaan ini karena garam dapur dapat bercampur secara homogen dengan air. Minyak goreng digunakan sebagai bahan untuk melakukan percobaan ekstraksi, karena minyak goreng bersifat non polar dan tidak dapat bercampur dengan air. Naftalena digunakan sebagai bahan dalam percobaan sublimasi. Naftalena merupakan zat padat yang dapat menyublim sehingga dipilih dalam percobaan ini.

Adapun fungsi alat-alat yaitu spatula yang berfungsi untuk memindahkan bahan yang ingin digunakan kedalam gelas kimia. Gelas kimia dalam percobaan berfungsi untuk menampung zat kimia, memanaskan zat kimia, dan mengukur volume larutan. Corong kaca berfungsi sebagai alat penyaring dan memindahkan larutan ke tempat yang lebih kecil. Tabung reaksi dalam percobaan ini berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia. Cawan penguap berfungsi sebagai alat untuk menguapkan suatu zat atau bahan yang ada didalamnya. corong pisah berfungsi untuk memisahkan cairan yang saling bercampur tapi tidak saling larut satu sama lain. Batang pengaduk berfungsi sebagai alat pengaduk cairan dalam gelas kimia. Kompor listrik berfungsi untuk memanaskan larutan atau zat-zat kimia dengan aquades agar zat kimia cepat larut dalam aquades. Fungsi dari mortar dan alu yaitu untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu bahan maupun zat yang bersifat padat atau kristal. Fungsi dari Erlenmeyer adalah untuk proses titrasi yaitu untuk menampung larutan yang akan dititrasi, fungsi dari neraca analitik yaitu menimbang bahan kimia dengan ketelitian  4 digit.

Ada beberapa fungsi perlakuan yang dilakukan, yang pertama adalah diaduk. Hal ini dilakukan agar larutan menjadi tercampur. Yang kedua adalah penyaringan, fungsi penyaringan adalah agar residu berpisah dengan filtratnya. Yang ketiga adalah penyumbatan, fungsi penyumbatan pada corong kaca dilakukan agar uap Kristal tidak keluar. Yang keempat pemanasan, fungsi pemanasan adalah untuk menguapkan zat terlarut sehingga terpisah dengan pelarutnya. Yang kelima adalah pengocokan, fungsi pengocokan adalah untuk mencampurkan minyak dan air. Yang keenam didiamkan, fungsi didiamkan adalah untuk melihat proses pemisahannya dan agar dapat mudah diamati. Yang ketujuh dilubangi kecil-kecil pada percobaan sublimasi agar zat yang menguap dapat melewati kertas dan tidak tertahan.

Proses pemisahan dan pemurnian banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam pemurnian garam dapur. Air laut banyak mengandung mineral terutama NaCl. Petani dapur memisahkan garam dapur dengan menjemur air laut pada sebuah bangunan yang datar dan lapang. Garam yang diperoleh kemudian diolah di industri untuk dicuci dan ditambah iodium. Saat memeras kelapa yang telah diparut, juga telah terjadi proses pemisahan dan pemurnian secara sederhana. Dengan menggunakan metode penyaringan, ampas kelapa akan tertahan pada alat saring, dan santannya lolos dari alat saring.

Faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu pada saat percobaan filtrasi, aquades dan kapur tulis yang sudah dihaluskan, seharusnya diaduk menggunakan batang pengaduk, tetapi praktikan menggunakan spatula sebagai pengaduknya. Hal ini terjadi karena praktikan yang kurang fokus dan kurang teliti untuk menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

  1. Untuk mendapatkan zat zat murni dari suatu campuran dapat dilakukan dengan metode pemisahan dan pemurnian. Terdapat perbedaan antara pemisahan dan pemurnian titik yaitu pada pemisahan zat-zat penyusunnya masih memiliki sifat awalnya dan tidak mengalami perubahan wujud zat. Seperti pada percobaan pertama di mana air dan pasir hanya dipisahkan. Pada percobaan ke-2, di mana campuran hanya di filtrasi dan hanya memisahkan kedua zat tetapi masih seperti sifat pada awalnya. Dan pada percobaan kelima di mana minyak dan air hanya sekedar dipisah tempatkan titik. Sedangkan, pemurnian yaitu kita melakukan suatu proses untuk mendapatkan hanya salah satu dari zat penyusun suatu campuran. Seperti pada percobaan ke tiga, di mana kita mendapatkan hasil akhir CuSO4. Dan pada percobaan keempat, di mana kita mendapatkan hasil akhir garam.
  2. Terdapat berbagai macam metode untuk memisahkan campuran. Tidak semua metode pemisahan dan pemurnian dapat selalu digunakan. Dalam praktikum ini menggunakan beberapa metode. Yang pertama pemisahan aquades dan pasir dengan metode dekantasi, yaitu membiarkannya mengendap dan menuang bagian atas. Yang kedua pemisahan aquades dan kapur dengan metode filtrasi, yaitu dengan menggunakan filter. Yang ketiga pemisahan aquades dan CuSO4 dengan metode kristalisasi, yaitu menguapkan pelarut dan mendinginkan terlarut. Yang keempat pemisahan naftalena dan garam dengan metode sublimasi yaitu menyublim kan salah satu zat penyusun campuran. Yang kelima, pemisahan aquades dan minyak goreng dengan metode ekstraksi yaitu membiarkannya terpisah dan atas prinsip like dissolvess like. Metode yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian tergantung dari sifat dan penyusun campuran itu sendiri.
  3. Metode dekantasi didasarkan pada prinsip perbedaan massa jenis antara zat murni penyusun campuran. Metode filtrasi didasarkan pada prinsip perbedaan ukuran partikel antara zat murni penyusun campuran. Metode kristalisasi didasarkan pada perbedaan titik didih antara zat murni penyusun campuran. Metode sublimasi didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat murni penyusun campuran metode ekstraksi didasarkan pada perbedaan massa jenis dan prinsip like dissolvess like antara molekul polar dan nonpolar.

5.2 Saran

Sebaiknya, tidak hanya menggunakan aquades, pasir, garam, naftalena dan minyak goreng karena masih banyak zat lain yang memiliki sifat yang berbeda dan perlu metode yang berbeda pula titik seperti misalnya memisahkan lemak dari susu sapi dengan metode sentrifugasi.


DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.

Petrucci, Ralph L.1 996. Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.

Syukri.1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB.

Raleh.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta:Erlangga. Keenan, Charles W.1980. Kimia untuk Universitas Jilid II. Jakarta: Erlangga.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah mengunjungi blog saya.