Macam Teknik
Pengambilan Sampel Padat, Gas dan Cair
Teknik
Pengambilan Sampel Padat
Beberapa istilah
yang sering digunakan dalam pengambilan sampel padat:
• Tanding/lot:
keseluruhan bahan yang diamati (populasi).
• Sampel primer: sampel
yang diambil dari tanding (lot).
• Sampel campuran:
kumpulan dari sampel-sampel yang diambil dari sampel primer.
• Sampel sekunder:
sampel yang diambil dari sampel campuran.
• Sampel laboratorium
adalah: sampel yang dikirim ke laboratorium yang mewakili lot/tanding.
• Kemasan karton :
wadah yang mengemas kemasan-kemasan kecil.
• Kemasan kecil: wadah
yang mengemas produk langsung dalam jumlah kecil.
• Bentuk curah: padatan
yang berbentuk butiran atau serbuk.
• Bentuk terkemas:
padatan atau cairan yang terkemas dalam kemasan kecil.
Aceptable Quality
Level (AQL)
• Merupakan tingkat
mutu yang dapat diterima atau
didefinisikan sebagai maksimum persen cacat yang diperbolehkan dalam satu lot yang akan diterima
sekitar 95% pada waktu
tersebut.
• Contoh: sampling plan
pada AQL 6,5 artinya akan menerima suatu lot atau produksi dengan cacat 6,5%
sebanyak 95% melalui inspeksi pada waktu tersebut.
Tingkat
Pemeriksaan
Tingkat
Inspeksi umum (General Inspection Levels)
• Terdapat tiga tingkat
pemeriksaan yaitu I, II dan III.
• Tingkat pemeriksaan I adalah ± setengah
jumlah pemeriksaan normal (tingkat
pemeriksaan II).
• Tingkat pemeriksaan
II adalah pemeriksaan normal.
• Tingkat pemeriksaan
III adalah ± dua kali pemeriksaan normal.
Tingkat
Inspeksi Khusus (Special Inspection Levels)
• Terdapat 4 tingkat
Inspeksi khusus yaitu S-1, S-2, S-3, S-4
diberikan untuk ukuran sampel relatif kecil dan toleransi terhadap
resiko tinggi pada penarikan sampel.
• Contoh: pengambilan sampel mutiara.
Pengambilan
Sampel Tunggal
ü Pengambilan sampel
hanya dilakukan satu kali, untuk memutuskan apakah lot diterima atau ditolak.
ü Terdapat persyaratan
minimal sampel rusak untuk dapat menerima atau menolak lot.
ü Jika jumlah kerusakan
(defect) ditemukan dalam sampel ≤ angka penerimaan maka lot atau batch dapat diterima.
ü Jika jumlah kerusakan
(defect) ditemukan calam sampel ≥ angka penolakan maka lot atau batch
dapat ditolak.
Pengambilan
Sampel Ganda
ü Pengambilan sampel
hanya dilakukan satu/dua kali, untuk memutuskan apakah lot diterima atau
ditolak.
ü Pada sampling pertama
dan kedua terdapat persyaratan minimal sampel rusak untuk dapat menerima atau
menolak lot.
ü Jika sampling pertama
tidak cukup baik diterima dan tidak cukup buruk ditolak, lakukan sampling
kedua.
ü Hasil sampling 1 dan
2 digunakan untuk penerimaan atau penolakan lot.
ü Single sampling
normal digunakan saat awal pemeriksaan dan dapat berubah menjadi diperketat
atau dikurangi tergantung mutu produk yang dihasilkan.
ü Keuntungan: lot yang
baik dan lot yang buruk dideteksi pada sampling pertama dan hanya lot yang mempunyai
spesifikasi tertentu yang
butuh sampling 2.
a). Pengambilan Sampel Menurut SNI 0428-1998-A
tentang Petunjuk Pengambilan Sampel Padatan
Ø Petunjuk pengambilan
sampel padatan digunakan untuk mendapatkan sampel yang mewakili tanding/lot
baik berbentuk curah maupun terkemas.
Ø Produk yang berbentuk
curah merupakan produk dalam bentuk tepung atau butiran.
Ø Produk yang berbentuk
terkemas adalah produk yang terkemas dalam kemasan kecil.
Cara Pengambilan Sampel Padat
- Pengambilan Sampel dari Lot yang Berbentuk Curah
Ø Dalam alat pengangkut
atau line produksi
• Sampel diambil pada
waktu bahan atau produk yang sedang bergerak melalui saluran yang mengangkut
bahan atau produk dari ruang produksi ke gudang atau sebaliknya atau dari alat
transportasi ke gudang atau sebaliknya.
• Sampel diambil beberapa kali yang bobotnya sama pada
periode yang sama.
Ø Dalam tumpukan atau
gudang
• Sampel diambil
berdasarkan jumlah lot dan sesuai dengan jenis uji yang akan dilakukan.
• Sampel diambil di
beberapa tempat dari seluruh lapisan secara acak dengan masing-masing bobotnya
kira-kira sama.
2. Pengambilan Sampel dari Lot yang Berbentuk Terkemas
Ø Dalam alat pengangkut
atau line produksi
• Sampel diambil dari
produk yang sedang bergerak melalui saluran pengangkut produk dari ruang
produksi ke gudang atau sebaliknya atau dari alat transportasi kegudang atau
sebaliknya.
• Sampel diambil dari
beberapa kemasan pada waktu yang sama.
Ø Dalam karung atau
kemasan karton
• Sampel-sampel primer
diambil dari beberapa karung/karton tergantung pada
banyaknya karung/karton.
• Apabila jumlah lot lebih dari 1000 kemasan, harus dibuat lot
dengan ukuran yang sama kemudian diambil dari akar dua jumlah karung/peti,
diambil secara acak dengan menggunakan tabel acak.
b).
Pengambilan Sampel Menurut Codex
Alimentarius Sampling Plans For Prepackaged Foods
Ø Untuk Kemasan
Kecil
Ø Rancangan pengambilan
sampel yang dapat digunakan jika tujuannya untuk inspeksi adalah berdasarkan
AQL 6,5 dari CODEX (FAO/WHO CODEX)
Ø Data-data yang
diperlukan:
- Ukuran wadah terkecil (container
size)
- Inspection level
- Lot size (jumlah lot) atau
N.
- Jumlah sampel yang diperlukan
- Kriteria jumlah unit sampel
cacat atau defect yang dibutuhkan untuk penerimaan/penolakan lot
- Parameter atau atribut
inspeksi yang digunakan yaitu
berhubungan dengan kualitas atau mutu produk atau klasifikasi defective
(cacat mutu).
- Atribut inspeksi adalah atribut yang diperoleh
dari hasil pengujian organoleptik dan fisik yang meliputi: ukuran, tekstur,
warna, cacat, cita-rasa, penampakan dan lain-lain.
Langkah-langkah
Pengambilan Sampel untuk Inspeksi
ü Tentukan level
inspeksi (inspection level) yang cocok, dimana:
• Inspection level I untuk
pengambilan sampel normal.
• Inspection level II
untuk adanya disputes (kondisi kritis karena adanya perselisihan sehingga
terjadi perdebatan antara produsen dan konsumen), keadaan memaksa atau keperluan untuk mengestimasi lot dengan lebih baik.
ü Tentukan ukuran lot
(N) yang merupakan jumlah wadah primer atau unit sampel.
ü Tentukan jumlah unit
sampel (ukuran size n) dari lot yang diinspeksi.
• Gunakan tabel
sampling plan I atau sampling II (tergantung inspection level yang digunakan).
• Gunakan data
inspection lot (I dan II), ukuran wadah dari unit sampel dan jumlah lot (N)
untuk menguntungkan n.
ü Tarik sejumlah unit
sampel yang diperlukan dari lot secara acak (gunakan tabel bilangan acak dan
penandaan yang diperlukan).
ü Periksa unit-unit sampel
tersebut sesuai dengan atribut mutu yang distandarkan (misalnya menggunakan Standar Codex). Kumpulkan wadah atau unit sampel yang sesuai dan yang gagal untuk memenuhi atribut mutu tersebut.
ü Berdasarkan Tabel
Sampling Plan (I atau II) tentukan apakah lot diterima/ditolak, dengan cara
yaitu:
• Lot diterima → Cacat
(defectif) atau wadah yang fails ≤ dengan acceptance number (c).
• Lot ditolak → Jumlah
unit sampel yang cacat > dari
acceptance number (c).
Langkah-langkah
Pengambilan Sampel untuk Pengujian Laboratorium
ü Semua wadah atau unit
sampel dikirim ke laboratorium dan diperiksa satu per satu atau wadah dibuka
dan isinya dijadikan satu.
ü Diaduk sampai
homogen.
ü Diambil sejumlah
sampel laboratorium.
ü Sampel laboratorium
atau wadah-wadah di atas dikemas sedemikian rupa sehingga selama pengangkutan dan penyimpanan terlindung
dari pengaruh benturan dan cuaca (cahaya, hujan, panas, dan lain-lain).
ü Kemasan disegel.
ü Sampel diberi label
dengan mencantumkan tanggal dan waktu pengambilan sampel, nama orang/petugas dan badan yang menugaskannya, merek/cap bahan yang diambil
sampelnya, simbol petunjuk atau identifikasi dan lain-lain dengan ketentuan
yang berlaku.
Ø Untuk Kemasan
Besar
- Metode Sampling
• Sampel primer diambil
dan dicampur sehingga diperoleh sampel yang siap untuk dianalisa.
• Semakin tidak homogen
batch atau produk dalam lot yang diambil sampelnya maka semakin banyak sampel
primer yang diambil untuk membuat sampel lebih mewakili keseluruhan populasi.
• Jumlah sampel pada
sampel primer tergantung dari jumlah karung dalam lot.
2. Metode
Pengambilan Sampel
• Pengambilan sampel
umumnya dilakukan dengan cara mengambil sebagian isi karung menggunakan alat
pengambil sampel yang sesuai.
• Keuntungannya:
Pengambilan sampel lebih cepat karena
tidak perlu membuka karung.
3. Rancangan Penarikan Sampel Berdasarkan Militery
Standard
• Pada mulanya
penarikan sampel militery standard digunakan
oleh militer Amerika Serikat untuk melakukan inspeksi peralatan militer.
• Peralatan militer
yang digunakan dilakukan inspseksi sangat ketat agar terjamin kualitasnya.
Karena metode inspeksi ini sangat
baik maka diterapkan pada produk makanan oleh FAO melalui Codex Alimentarius Comission (CAC).
• Pengambilan sampel (sampling) standar militer dapat digunakan untuk pemeriksaan atribut mutu: produk akhir,
bahan baku, bahan dalam proses, penyimpanan, dan pemeliharaan.
• Tipe-tipe sampling
plan berdasarkan militery standard
meliputi:
-
Pengambilan sampel tungal (single sampling) terdiri
dari normal, diperketat, dan dikurangi.
-
Pengambilan sampel ganda (double sampling) terdiri
dari normal, diperketat, dan dikurangi.
-
Pengambilan sampel majemuk (multiple sampling) terdiri
dari normal, diperketat dan dikurangi.
Prosedur
Pengambilan Sampel Bahan Pangan
a) Peralatan yang
digunakan harus steril, terutama yang akan digunakan untuk uji mikrobiologis.
b) Pengambilan sampel
dilakukan secara steril sesuai dengan standar opersional
prosedur (SOP).
c) Secara fisik, sampel
dapat berbentuk segar, beku, atau hasil olahan.
d) Bobot sampel yang
digunakan tergantung dari pengujian yang akan dilakukan.
e) Pengambilan sampel
untuk pengujian mikrobiologis dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
Ø Swab (ulas)
-
Kegunaan: untuk mengambil sampel pada permukaan bahan pangan segar.
-
Caranya:
• Kapas (cotton bud) steril diusapkan ke permukaan daging dengan luas 25-50 cm2.
• Kapas hasil usapan
dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan pengencer.
• Sampel siap untuk
diuji.
a) Peralatan yang
digunakan harus steril, terutama yang akan digunakan untuk uji mikrobiologis.
b) Pengambilan sampel
dilakukan secara steril sesuai dengan standar opersional
prosedur (SOP).
c) Secara fisik, sampel
dapat berbentuk segar, beku, atau hasil olahan.
d) Bobot sampel yang
digunakan tergantung dari pengujian yang akan dilakukan.
e) Pengambilan sampel
untuk pengujian mikrobiologis dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
Ø Swab (ulas)
-
Kegunaan: untuk mengambil sampel pada permukaan bahan pangan segar.
-
Caranya:
• Kapas (cotton bud) steril diusapkan ke permukaan daging dengan luas 25-50 cm2.
• Kapas hasil usapan
dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan pengencer.
• Sampel siap untuk
diuji.
Ø Excision (tusuk) atau rinse technique (diiris)
-
Kegunaan: dilakukan untuk bahan pangan dalam keadaan beku.
-
Dilakukan apabila bahan pangan yang akan diuji
relatif kecil (≤ 2 Kg).
-
Sampel ditimbang secara aseptis lalu dimasukkan ke
dalam plastik steril dan ditambahkan pengencer steril sebanyak 9 kali bobot
sampel.
-
Caranya:
• Sampel diambil dengan
menggunakan bor khusus (cork borrer) yang ditusukkan ke bahan pangan sedalam 2 mm dari
permukaan.
• Jumlah populasi
mikroba per mL dapat ditentukan dengan menghitung luas permukaan yang diambil
dan volume larutan pengencer.
Ø Tujuan pengambilan
sampel sesuai prosedur yaitu:
-
Jika sampel tidak mewakili lot hasilnya tidak
dapat digunakan untuk menggambarkan seluruh lot.
-
Penolakan bahan pangan karena kesalahan pengambilan
sampel akan merugikan perdagangan ekspor.
-
Hasil analisa dari sampel yang tidak mewakili lot
akan berdampak pada kesehatan.
-
Tidak ekonomis bila seluruh lot dianalisis.
Teknik
Pengambilan Sampel Gas
Lima kategori
pengambilan sampel udara, yaitu:
- Sampel Udara Emisi → Pengukuran aju alir gas, sifat fisika, serta
komposisi dan konsentrasi dari polutan pada gas buangan pabrik, cerobong asap, maupun sistem ventilasi.
- Sampel Udara Ambien → Pengukuran
tingkat polutan udara luar ruangan guna mengkarakterisasi tingkat polutan
di area yang cukup luas, dilakukan untuk penilaian terhadap efek kesehatan
atau memperkirakan efek dari sumber polutan baru yang diusulkan.
- Sample Udara Kebersihan Pabrik →
Pengukuran dalam ruangan di tempat kerja, baik pemantauan stasioner, area,
atau pemantauan pribadi untuk perlindungan pekerja.
- Sampel Perumahan → Pengukuran
kualitas kesehatan udara di area pemukiman penduduk.
- Quality Control → Pengambilan sampel
gas untuk memantau susunan dari proses produksi atau produk yang
diproduksi.
a). Pengambilan Sampel Udara Emisi
Ø Pengambilan
Sampel Partikulat (Debu) dalam Emisi Gas
Buang Sumber Tidak Bergerak
• Hasil pengukuran
partikulat yang representatif diperoleh dalam keadaan isokinetik.
• Isokinetik → Suatu kondisi kecepatan aliran udara dalam saluran pengambil contoh sama
dengan kecepatan aliran gas pada titik pengambilaan contoh uji dalam cerobong.
• Kecepatan aliran gas
dalam saluran pengambil contoh uji (nozzle) > kecepatan aliran gas dalam
cerobong → konsentrasi partikulat yang terukur <
konsentrasi partikulat yang sebenarnya.
• Kecepatan aliran gas
dalam saluran pengambil contoh uji (nozzle) < kecepatan aliran gas dalam
cerobong → konsentrasi partikulat yang terukur >
konsentrasi partikulat yang sebenarnya.
Ø Pengambilan Sampel
Gas dalam Emisi Gas Buang Sumber Tidak Bergerak
• Lebih mudah dilakukan
dibandingkan dengan sampling
partikulat.
• Kecepatan aliran gas dalam probe sampling tidak harus sama dengan kecepatan aliran gas dalam cerobong.
• Sampling gas cukup
representatif pada satu titik lintasan pengukuran.
• Perlu diperhatikan
mengenai gangguan yang mungkin timbul dalam sampling gas sehingga mutu hasil
samping dapat dikendalikan.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan :
• Partikulat dapat
bereaksi dengan gas yang akan diukur dan juga dapat menutupi pipa pengambilan
gas, sehingga proses sampling dapat terganggu.
ü Solusi: Menghilangkan
gangguan partikulat digunakan filter ketika sampling.
• Gas buang dapat
terkondensasi dalam saluran sampling sehingga gas yang diukur dapat terlarut
dalam air akibatnya terjadi kelarutan gas.
ü Solusi: Menghindari
gangguan perlu dilakukan pemanasan pada aliran gas.
• Saluran sampling dan
sistem pengumpulan gas harus terbuat dari bahan yang inert, yang tidak bereaksi dengan gas
yang akan diukur.
• Teknik pengumpulan
gas, seperti absorpsi dengan pereaksi kimia harus diketahui efisiensi
pengumpulannya.
• Metode analitik
pengukuran yang digunakan haruis spesifik, akurat, sensitif dan bebas dari senyawa-senyawa pengganggu.
Teknik
sampling gas yang digunakan dapat berupa :
Ø Absorpsi dengan
cairan kimia yang spesifik, dengan cara:
-
Gas buang dari cerobong dihisap dengan laju aliran
tertentu.
-
Kemudian dilewatkan ke dalam impinger yang berisi
cairan kimia yang spesifik, sehingga gas pencemar yang akan diukur larut dalam
larutan penyerap.
Ø Adsorpsi pada
permukaan padat adsorben.
- Teknik ini biasanya
digunakan untuk pengukuran gas organik.
Ø Teknik pendinginan,
dilakukan dengan cara:
-
Sejumlah gas buang dilewatkan dalam suatu
rangkaian trap pendingin.
-
Hasil: uap gas yang akan diukur menjadi cair.
Ø Teknik mengumpulkan
sejumlah gas buang dalam suatu kantung atau tabung sampel.
Ada 3 macam
pengambilan contoh gas dengan menggunakan larutan penyerap yang umum dilakukan,
seperti terlihat pada gambar 1 dan 2 berikut ini:
- Metoda sampling dengan bubbler → Pengambilan contoh gas dalam jumlah besar
(10-20 L).
- Metode labu vakum → Contoh gas diambil kedalam labu yang telah diisi larutan penyerap dan
telah divakumkan.
- Pengambilan
contoh dengan wadah/kontainer → Wadah dipakai untuk membawa gas yang telah diambil dari cerobong asap
ke laboratorium setelah pengambilan contoh dilapangan.
Ø Continuous Emission
Monitoring (CEM)
→ Pengukuran emisi secara langsung dari
cerobong menggunakan alat otomatis yang
yang dilakukan pada periode waktu yang lama secara terus menerus
(minimal 24 jam, umumnya lebih dari seminggu).
• Kegunaan: Bisa
melihat kecenderungan emisi
yang dihasilkan, bisa dilihat efektivitas alat pengendali emisi
yang digunakan, dan sebagai
evaluasi laju produksi dari suatu proses
yang dilakukan.
• Persyaratan
pemasangan CEM meliputi:
-
Mendeteksi minimal semua parameter yang adaa
didalam baku mutu emisi yang ditetapkan sesuai dengan jenis industrinya.
-
Mendeteksi laju alir volume emisi yang
dikeluarkan.
-
Berada pada lokasi yang relatif memudahkan dalam
pemeriksaan kualitas udara emisi, mudah terlihat.
-
Berada pada lokasi yang relatif kuat untuk menjaga
keamanan petugas pemeriksa atau alat CEM.
b). Pengambilan Sampel Udara Ambien
Berdasarkan sifat
fisik parameternya, teknik pengumpulan terbagi menjadi dua kategori yaitu
Ø Teknik Pengambilan
Sampel Gas di Udara Ambien
• Teknik absorpsi
Peralatan sampling umum yang menggunakan teknik
absorpsi yaitu:
- Bubblers dan impinger → Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 dan Kepmen 50 tahun 1996
adalah: Sulfur dioksida (SO2) dan Nitrogen dioksida (NO2).
-
Oksidan (Ox) → Parameter yang diukur sesuai Kepmen 50 tahun 1996 adalah: Amoniak (NH3)
dan Hidrogen sulfida (H2S).
-
Solid absorption → Parameter yang diukur sesuai PP 41 tahun 1999: indeks sulfat.
-
Filter Sampling → Parameter yang diukur menggunakan metoda Pasif Martin Ferm: SO2, NO2 dan
Ox.
-
Teknik adsorpsi → Parameter yang
diukur sesuai PP41 tahun 1999: Hidrokabon
-
Teknik pendinginan → Parameter yang diukur sesuai Kepmen 50 tahun 1998 adalah: Hidrogen
sulfida, Metil merkaptan, Metil sulfida, Dimetil sulfida, dan Stiren.
-
Pengumpulan dengan kantong udara → Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999: Hidrokarbon dan Karbon
monoksida (CO).
Ø Teknik Pengambilan
Sampel Partikulat dari Udara Ambien
Pengumpulan partikulat/aerosol di udara yang
umum dilakukan adalah:
• Settlement → Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999: Debu jatuh.
• Filtration → Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999: TSP, untuk PM10 dan PM2.5 diperlukan
alat dengan modifikasi terhadap inlet dan kapasitas pompa vakum.
• Impingement collector
→ Mengidentifikasi sumber pencemar partikulat dalam suatu kawasan.
• Particulate matter
analyzer→ Menggunakan metode gravimetri, pendaran
cahaya atau kemampuan
partikel dalam menahan cahaya.
Beberapa
Peralatan Pengambil Sampel Udara
a) Impinger: Rangkaian
peralatan pengambil contoh gas udara ambien.
b) Rangkaian peralatan
pengambil contoh uji debu menggunakan metode 5 USEPA.
c) High volume air
sampel.
d) Automatic gas
analyzer.
e) Pengukur aerosol di
udara.
Teknik
Pengambilan Sampel Cair
1. Pengambilan sampel air untuk mikrobiologi adalah :
• Aliran atau arus yang terjadi pada sampel, misalnya adanya
pengaduk dan kecepatan aliran.
• Biofilm yang terbentuk pada dinding wadah penampung air atau
pipa.
• Sedimen atau endapan yang terjadi .
• Selalu sisakan ruang udara dalam botol (minimal 2,5cm atau +/- 1
inchi dari tutup botol) untuk proses pengocokan.
• Umumnya volume sampel yang diambil tiap unit adalah 100ml (APHA)
atau 200ml (WHO). Sample size yang dipilih tergantung tujuan analisa.
Pengambilan sampel dapat menggunakan botol bervolume 125ml.
• Kedalaman pengambilan sampel .
• Benda yang mengapung atau melayang di badan air, misalnya sampah
.
• Kandungan senyawa antimikroba pada sampel, misalnya chlorine.
2. Pengambilan sampel cair yang berasal dari kran atau pipa
:
• Pilih pipa atau kran yang disuplai langsung atau paling
mendekati dari tanki utama.
• Semprot udara sekitar kemudian mulut kran dengan etanol 70%.
• Drain air selama 2-3 menit.
• Saat memasukkan air ke botol sampel, debit air dikecilkan sampai
air saat memasuki botol tidak terlalu deras dan menimbulkan cipratan.
3. Pengambilan Sampel Air Sungai, Air Kolam, Danau, Waduk,
Pantai, dan Laut:
• Buka tutup botol lalu botol dimasukkan ke dalam air dengan
posisi mulut botol kebawah.
• Celupkan botol sampai
kedalaman tertentu biasanya minimal 6 inchi. Udara yang ada di dalam botol akan
menekan dan mencegah air masuk. Hal ini bertujuan untuk menghindari terambilnya
sampel air yang berada dekat dengan permukaan.
• Miringkan botol sehingga air perlahan masuk.
• Angkat botol ke permukaan lalu buang sedikit air yang terambil
supaya terdapat ruang udara di dalam botol.
Beberapa
Peralatan Pengambil Sampel Cair
a) Van dorn horizontal water sampler
b) Kemmerer water sampler
c) Cooler box
d) Botol sampel plastik
e) Ekman grab
f) Surber sampler
g) Ayakan benthos
Peralatan pengambilan sampel terdiri dari beberapa jenis:
• Alat pengambil sampel sederhana (ember plastik, botol).
• Alat pengambil sampel setempat secara mendatar yang digunakan
untuk pengambilan sampel di sungai atau air mengalir pada kedalaman tertentu.
• Alat pengambil sampel secara tegak, untuk mengambil sampel pada
lokasi yang airnya tenang atau aliran sangat lambat pada kedalaman tertentu,
seperti di danau, waduk dan muara sungai.
• Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu, untuk
mendapatkan sampel yang mewakili semua lapisan air.
• Alat pengambil sampel secara otomatis, digunakan untuk sampel
gabungan waktu dari air limbah atau air sungai tercemar, agar diperoleh
kualitas air rata-rata selama periode tertentu.
• Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan gas terlarut yang
dilengkapi tutup sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh.
• Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan bakteri, yaitu botol
gelas yang ditutup kapas atau aluminium foil, tahan panas dan tekanan selama
proses sterilisasi.
• Alat pengambilan sampel untuk pemeriksaan plankton berupa
jaringan yang berpori 173 mesh/inchi.
• Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan hewan benthos, misalnya
Ekman grap, digunakan untuk pengambilan sampel pada sumber air yang alirannya
relatif kecil.
Daftar Pustaka
ü Day, R. A., Underwood, A.L. (1994). Quantitative Analysis. Penerjemah
Drs. R. Soendoro. Kimia Analisa
Kuantitatif. Edisi keempat. Cetakan kelima. Jakarta: Erlangga.
ü Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
ü Koswara, S. 2003. Teknik Pengambilan Sampel Benda Uji. Materi pelatihan Teknik Pengambilan Sampel, MBRIO Bogor 24-28 Maret 2003.
ü Methods of Air Sampling and Analysis, third Edition. James Lodge
(ed) 1988.
ü Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
ü Soedomo, M.
1999. Pencemaran Udara.
Bandung: ITB.
ü Standar Nasional
Indonesia (SNI) 0428-1998. Petunjuk Pengambilan Sampel Padatan.
ü Sudarmadji, Slamet, dkk. 1997. Prosedur untuk Bahan
Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
ü Winarno, F.G. 1986, Kimia
Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
ü Estien, Yazid, dan
Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis.
Yogyakarta: Andi.
ü Wagiono., Mengambil Contoh bahan Padatan, Cairan dan Semi padat,
2003. Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional.
ü Pedoman BSN No. 503 , 2000, Kriteria Petugas Pengambil Contoh,
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.