Gudang Ilmu: Konsep Variabel Sampling

Saturday, 15 April 2017

Konsep Variabel Sampling



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Setelah auditor memutuskan pprosedur pengujian yang dipilih, auditor perlu menentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk pegujian tersebut disamping itu auditor haarus menentukan bagian populasi mana yang dipilih.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang representatif. Sampel yang representatif adalah sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan, seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang representatif apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung kesalahan. Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas yang dimaksudkan disini adalah apabila jumlah sampel ditambah maka hasilnya harus sama dan tidak berubah.
Pada kenyataannya auditor tidak akan dapat mengeathui apakah sampel yang diambil merupakan sampel yang representatif, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti sebagai sampel.

  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep variabel sampling?
2.      Bagaimana variabel sampling untuk uji hipotesis?
3.      Bagaimana variabel sampling untuk estimasi?

  1. Tujuan Makalah
1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan konsep variabel sampling
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan variabel sampling untuk uji hipotesis
3.      Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan variabel sampling untuk estimasi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Konsep Variabel Sampling
Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan:
1.      Melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun)
2.      Menguji kewajaran suatu jumlah
Jika variabel sampling digunakan untuk memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rerata sampel dikalikan dengan besarnya populasi) ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi:
a.       Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar (misalnya klien menerapkan secara keliru prinsip akuntansi yang lazim, atau klien banyak melakukan kekeliruan dalam pencatatan akuntansinya).
b.      Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling.[1]
Dalam pendekatan variabel sampling, distribusi normal digunakan auditor untuk mengevaluasi karakteristik populasi yang didasarkan pada hasil sampel yang diambil dari populasi. Variabel Sampling sangat berguna bagi auditor apabila tujuan audit berkaitan dengan pendeteksian kemungkinan saldo akun yang understatement atau overstatement.
Auditor menggunagakan variabel sampling untuk memperkirankan saldo akun dan mengusulkan penyesuaian saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Auditor juga dapat menggunakan variabel sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu item yang dicantumkan pada laporan keuangan. Variabel sampling digunakan auditor apabila ditemukan kondisi sebagai berikut:[2]
1.      Klien tidak dapat menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar.
2.      Suatu saldo akun ditentukan dengan sampling statistik

B.  Variabel Sampling untuk Uji Hipotesis
Baik dengan cara nonstatistik maupun dengan cara statistik pengambilan sampel dalam pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap barikut ini :
1.      Penentuan tujuan pengambilan sampel
Tujuan pengambilan sampel dalam pengujian substantif adalah :
a.       Untuk menentukan jumlah saldo akun yang dianggap benar oleh auditor dengan menggunakan teknik penaksiran atau estimasi berdasarkan hhasil pemeriksaan terhadap sampel.
b.      Untuk menentukan apakah auditor dapat menerima bahwa perbedaan antara jumlah yang ditaksir tersebut dengan jumlah yang bersangkutan didalam buku secara material benar atau menolaknya sebagai sesuatu yang secara material keliru. Contoh, menurut buku kliennya, jumlah sediaan yang dicatat dalam buku besar adalah RP 500.000.000. misalnya sebagai hasil pemeriksa terhadap sampel auditor memperkirakan saldo sediaan tersebut adalah Rp 490.000.000. dengan pertimbangan berbagai hal auditor harus mengambil keputusan apakah perbedaan sebesar Rp 10.000.000 tersebut material atau tidak.
Hipotesis 0 dan hipotesis alternatif. Uji hipotesis bertujuan untuk membedakan 2 kemungkinan yang saling meniadakan hipotesi 0 (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Dalam pengujian substantif, auditor harus memilih satu diantara dua alternatif berikut ini :
1)      Hipotesis 0, bahwa nilai yang tercatat didalam buku sacara material benar
2)      Hipotesis Alternatif, bahwa nilai yang tercatat dalam buku secara material tidak benar.
Dengan demikian untuk dapat memilih H0 atau H1, auditor harus menentukan sberapa besar perbedaan antara nilai yang tercantum dalam buku ( book Value) dengan nilai yang diperiksa oleh auditor yang dianggap material. Simbol untuk menyatakan pilihan satu diantara dua akternatif tersebut adalah sebagai berikut :
BV    =   Book Value, yaitu nilai yang tercantum dalam buku klien
AV   =  Audited Value, yaitu hasil audit yang ditaksir dari pemeriksaan terhadap sampel
A     =    Acceptable Precision, yaitu besarnya penyimpangan dari saldo populasi yang masih dapat diterima oleh auditor.
Dalam simbol, Ho dan H1 dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ho : |AV – BV| < A
H1 : |AV – BV| ≥ A
2.      Penetuan Populasi
Setelah tujuan pengambilan sampel dalam pengujian substantif ditentukan, auditor kemudian menentukan populasi yang akan di uji dan sampling unit yang akan diperiksa. Dalam penetuan populasi, auditor harus mempertimbangkan 3 kondisi berikut :
a.       Jika tujuan substantif di arahkan untuk mendeteksi kelengkapan unsur yang dicatat, maka populasi yang akan diperiksa oleh auditor bukan unsur yang dicatat dalam buku klien.
b.      Saldo debet dan saldo kredit dapat digolongkan secara terpisah untuk pengambilan pengujian sampel.
c.       Wujud fisik suatu populasi kemungkinan tidak mencakup semua unsur dalam populasi tersebut. Jika keadaannya demikian, maka suatu sampel unsur-unsur dari populasi secara fisik tidak mewakili populasi tersebut.
Dalam keadaan tertentu, ada kalanya auditor harus memeriksa 100% unsur yang membentuk saldo suatu akun. Jika suatu populasi terdiri dari nilai-nilai rupiah yang besar yang sedikit jumlahnya, auditor perlu melakukan pemeriksaan terhadap seluruh anggota populasi.
3.      Penentuan sampling Unit
Sampling unit adalah unsur-unsur secara individual yang terdapat dalam populasi, yang dapat berupa :
a.       Suatu saldo akun
b.      Suatu transaksi yang membentuk suatu saldo akun
c.       Suatu dokumen yang menjadi bukti terjadinya transaksi
Dalam menentukan sampling unit, auditor harus mempertimbangkan tujuan pengambilan sampel dan kemungkinan auditor memperoleh hasil yang bermanfaat. Auditor kemungkinan mempertimbangkan untuk memperoleh konfirmasi untuk setipa faktur daripada untuk setiap saldo akun piutang dari setiap debitur, jika ia memperkirakan akan terjadi banyak perbedaan antara jawaban konfirmasi dengan catatan piutang kilen yang perbedaannya sulit untuk dicari penyelesaiannya.
4.      Penentuan Besarnya sampel
Besarnya kekeliruan sampel, baik dalam metode non statistical sampling maupun statistical sampling, ditentukan oleh auditor dengan mempertimbangkan empat faktor berikut ini:
a.       Besarnya deviasi standar dalam populasi
b.      Tingkat resiko yang ditanggung oleh auditor
c.       Besar kekeliruan yang dapat diterima oleh auditor (acceptable precision)
d.      Kekeliruan rupiah yang diperkirakan akan dijumpai dalam populasi

5.      Penentuan metode pemilihan sampel
Seperti halnya dengan dalam pengujian kepatuhan, sampel dalam pengujian substantif harusdipilih oleh auditor dengan cara tertentu sehingga mewakili anggota populasi. Metode pemilihan sampel adalah:
a.       Jugment sampling
b.      Sistematik sampling
c.       Random sampling

6.      Pemeriksaan sampel
Prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa anggota sampel adalah sama, tidak dipengaruhi oleh teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh auditor (non statistical dan statistical sampling).

7.      Evaluasi hasil sampel
Evaluasi atas hasil pemeriksaan terhadap hasil sampel, ditetntukan oleh teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh auditor. Jika auditor menggunakan nonstatistical sampling, evaluasi hasil pemeriksaan sampel dilakukan tidak secara kuantitatif, namun berdasarkan pertimbangan auditor. Jika auditor menggunakan statistical sampling, evaluasi terhadap hasil pemeriksaan sampel dilakukan oleh auditor secara kuantitatif.

C.  Variabel Sampling untuk Estimasi
Pengujian substantif bertujuan untuk mengumpulkan bukti kewajaran saldo akun dan penjelasannya. Pengujian substantif dapat dilakukan dengan salah satu di antara tiga cara pengambilan sampel berikut ini:
1.      Non-statistical sampling
Auditor dalam memilih sampel dan mengevaluasi hasil pemeriksaan sampel berdasarkan pertimbangan pribadinya, sehingga hasil pengujian substantifnya sangat dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi auditor. Jika auditor memahami secara mendalam tujuan pengujian substantifnya dan memiliki dengan baik pengetahuan mengenai karakteristik populasi yang diperiksanya, penggunaan non-statistical sampling dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan. Non-statistical sampling digunakan oleh auditor dalam pengujian analitik (analytical test) dan dalam pengujian rinci seperti pembandingan biaya yang dicatat dalam tahun yang diaudit dengan biaya tahun sebelumnya dan pemeriksaan terhadap polis asuransi atau sertifikat saham.


2.      Classical statistical sampling
Auditor dalam pengujian substantif jika populasi yang dihadapinya berisi banyak perbedaan antara jumlah yang dicatat dalam buku dengan jumlah menurut pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Untuk menentukan besar sampel yang harus dipilih dari populasi dan untuk mengevaluasi hasil sampel, dalam classical statistical sampling, auditor menggunakan kombinasi pertimbangan pribadi dengan persamaan statistik atau tabel statistik.

3.      Probability proportional to size sampling
Teknik statistik yang digunakan dalam pengujian substantif terutama jika populasi berisi sedikit jumlah overstatement yang menyangkut nilai rupiah yang besar. Jika populasi berisi banyak jumlah overstatement atau understatement yang menyangkut nilai rupiah yang kecil, auditor lebih baik menggunakan classical statistical sampling atau nonstatistical sampling. Prnggunaan probability proportional to size sampling memerlukan pengetahuan teori statistik, namin formula yang digunakan relatif mudah da tersedia tabel statistik yang membantu penentuan jumlah sampel dan evaluasi secara kuantitatif terhadap hasil sampel.
Model statistik yang digunakan oleh auditor dalam memperkirakan suatu jumlah terdiri dari:
a.       Unstratified mean per unit
Untratified MPU digunakan untuk memperkirakan suatu jumalh berdasarkan hadil perhitungan rerata sampel. Metode ini seringkali disebut dengan istilah “perkalian sederhana” karena taksiran nilai populasi dihitung dengan mengalikan secara sederhana rerata hasil sampel dengan jumlah anggota populasi. Metode ini cocok digunakan jika nilai menurut catatan tiap unsur salam populasi tidak tersedia atau jika penjumlahan total nilai menurut catatan tidak teliti.


Tahap-tahap variable sampling untuk estimasi
1)      Menentukan tujuan pengambilan sampel. Jika uji hipotesis, penggunaan variable sampling ditujukan untuk menguji kewajaran saldo akun yang disajikan oleh klien di dalam catatan akuntansinya, penggunaan variable sampling ditujukan untuk menaksir saldo suatu akun yang seharusnya disajiakan oleh klien di dalam catatan akuntansinya berdasarkan rerata saldo yang dihitungdari sampel yang diambil oleh auditor.
2)      Menentukan populasi. Populasi yang akan diambil sampelnya adalah sediaaan yang tercantum di dalam tiap buku sediaan.
3)      Menentukan sampling unit. Dalam pengujian substantif ini auditor memilih saldo sediaan yang tercantum di dalam kartu sediaan sebagai sampling unit.
4)      Menentukan besarnya sampel.
5)      Menentukan metode pemilihan sampel.
6)      Memeriksa sampel
7)      Mengevaluasi hasil sampel.

b.      Stratified mean per unit
Jika variasi anggota populasi yang ditunjukkan dengan besarnya deviasi standar sangat besar, unstratified MPU mengharuskan auditor mengambil jumlah sampel yan sangat besar. Dengan demikian unstratified sampling menjadi tidak efesien jika digunakan untuk populasi yang deviasi standarnya tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, populasi dibagi menjadi beberapa strata, sehingga rerata  tertimbang deviasi standar tiap strata menjadi lebih kecil. Stratified MPU digunakan untuk populasi yang diperkirakan tidak memiliki variasi yang besar.
Variable sampling untuk estimasi stratified mean per unit
1.      Menentukan tujuan pengambilan sampel.
2.      Menentukan populasi.
3.      Menentukan sampling unit.
4.      Menentukan besarnya sampel.
5.      Menentukan metode pemilihan sampel.
6.      Memerikasa sampel.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain
Pengambilan sampel untuk menguji substantif dapat dilakukan oleh auditor dengan cara non statistik atau dengan cara statistik. Baik dengan cara non staistik maupun dengan cara statistik, pengmbilan sampel dalam pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap : (1) penentuan tujuan pengambilan sample (2) penentuan populasi (3) penentuan Sampling unit (4) penentuan besarnya sampel (5) penentuan metode pemilihan sampel (6) pemeriksaan sampel (7) evaluasi hasil sampel.
Penggunaan variabel sampling untuk uji hipotesis dalam pengujian substantif ditujukan untuk menilai kewajaran saldo akun yang dicantumkan oleh klien didalam laporan keuangan. Penggunaan variabel sampling dapat pula ditujukan untuk menaksir saldo suatu akun yang seharusnya dicantumkan oleh klien didalam catatan akuntansinya berdasarkan rerata saldo yang dihitung dari sampel yang diperiksa oleh auditor.
           

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah mengunjungi blog saya.