Gudang Ilmu: Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmani

Friday, 14 April 2017

Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmani



Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmani
   Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
            Awal mula setelah suku Oghus diserang oleh bangsa Mongol, mereka meminta perlindugan kepada Jalaluddin yang merupakan pemimpin terakhir dari dinasti Khawarizmi Syah di Transoxiana, yang oleh Jalaluddin kemudian disuruh pindah ke Asia Kecil. Bangsa Mongol selalu mengusik ketenangan suku Oghus. Karena merasa selalu diganggu oleh Mongol, maka mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari perlindungan pada saudara-saudara mereka, yaitu orang Turki Saljuk di dataran tinggi Asia Kecil. Karena mereka meminta perlindungan pada orang Turki Saljuk ini, praktis mereka berada di bawah kekuasaan kerajaan Saljuk dan mereka pun mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II.
   Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai ibu kota. Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Utsmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri.



B.     Sistem Pemerintahan Pada Masa Turki Utsmani
           Dinasti Turki Utsmani merupakan kekhalifahan yang cukup besar dalam Islam dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk para khalifah Bani Abbasiyyah. Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan yang sekalipun independen, tetapi masih tetap mengaku loyal kepada khlaifah Bani Abbasiyah. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk.
Penguasa Kerajaan Utsmani yang pertama adalah Utsman yang disebut juga dengan Utsman I. Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Utsman (raja besar keluarga Utsman) tahun 669H (1300M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkn kota Broessa tahun 1317M, kemudian tahun 1326M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Utsmaniyah. Selanjutnya pemerintahan oleh Orkhan (1326-1359M) Turki Utsmani dapat menaklukkan Azumia, Tasasyani, Uskandar, Ankara, dan Gallipoli, bagian ini adalah bumi Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Utsmani. Ketika Murad I berkuasa (1359-1389M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Karena merasa cemas atas masuknya Turki ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang ntuk memukul mundur Turki Utsmani. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403M) pengganti Murad I dapat menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa tersebut. Turki Utsmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat menaklukkan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Konstantinopel adalah ibu kota Bizantium dan merupakan pusat agama Kristen. Ibu kota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah Turki Utsmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih, artinya sang penakluk. Telah berkali-kali pasukan kaum muslimin sejak masa Dinasti Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng-benteng di kota tua itu. Baru pada tahun 1453 kota itu dapat ditundukkan. Kaisar Konstantinopel IX mengancam sultan untuk membayar pajak yang tinggi kepada pihaknya, dan jika tidak tunduk pada perintah tersebut maka akan diganggu kedudukannya dengan menundukkan Orkhan, salah seorang cucu Sulaiman, sebagai sultan. Ancaman tersebut dihadapi dengan kebulatan tekad,  yakni dengan membuat benteng-benteng di sekeliling Konstantinopel. Sultan berkilah bahwa benteng-benteng itu dibangun untuk melindungi dan mengawasi rakyatnya yang lalu lalang ke Eropa melalui wilayah Bosporusitu. Konstantinopel akhirnya dapat dikepung dari segala penjuru oleh pasukan sultan Muhammad II yang berjumlah kira-kira 250.000 di bawah pimpinan Sultan sendiri. Dalam masa itu meriam-meriam Turki dimuntahkan ke arah kota dan menghancurkan benteng-benteng dan dinding-dindingnya sehingga menyerahlah Konstantinopel pada tanggal 28 Mei 1453. Dalam Pertempuran itu Kaisar mati terbunuh, dan Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Utsmani. Sultan Muhammad II memasuki kota, kemudian mengganti nama Konstantinopel menjadi Istambul, dan menjadikannya sebagai ibu kota. Sultan mengubah gereja Aya Sophia menjadi masjid. Dengan jatuhnya Konstantinopel, pengaruhnya sangat besar bagi Turki Usmani. Konstantinopel adalah kota pusat kerajaan Bizantim yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen Ortodoks. Kesemuanya itu diwariskan kepada Utsmani. Akan tetapi, ketika Sultan Salim I (1512-1520M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah Timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir. Usaha Sultan Salim ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566M).
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Utsmani mundur. Akan tetapi, terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer dan pemerintahan. Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-A’zham (Perdana Menteri) yang membawahi Pasya ( Gubernur ). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (Bupati). Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab Undang-undang (Qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi peganganhukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar sultan Sulaiman Al-Qanuni. Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan ini membawa Dinasti Turki Utsmani menjadi sebuah negara yang cukup disegani pada masa kejayaan.

Secara garis besar kepemimpinan kerajaan Utsmaniyyah dapat dikelompokan menjadi lima periode. Adapun kelima periode itu adalah sebagai berikut:
1)        Periode pertama, yaitu masa pendirian dan pembentukan kekuasaan setelah melepaskan diri dari dinasti saljuk. Pada masa ini Utsmaniyyah telah melakukan ekspansi. Masa ini berlangsung dari tahun 1299 hingga tahun 1430-an M. Dengan demikian pemimpin kerajaan yang termasuk pada periode ini  adalah Utsman I, Orkhan, Murad I, Bayazid I, dan Muhammad I.
2)        Periode kedua, yaitu masa pembenahan, pertumbuhan, dan ekspansi besar-besaran. Di masa inilah puncak kejayaan dan kemenangan bagi kerajaan Utsmaniyyah dengan ditandai takluknya kota Konstantinopel yang kemudian dijadikan ibu kota dengan dirubah namanya menjadi Istambul. Periode ini berlangsung selama satu setengah abad dengan enam sultan. Adapun sultan yang memimpin pada periode ini adalah Murad II, Muhamad II, Bayazid II, dan Salim II.
3)        Periode ketiga, merupakan periode dimana eksistensi kerajaan sudah mulai terkoyak akibat serangan dari luar. Bahkan pada periode ini banyak wilayah yang sudah lepas dari kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah, misalnya Hongaria. Pada periode ini merupakan periode terpanjang karena dipimpin oleh 15 sultan, yaitu Sulaiman I, Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Musthafa I, Utsman II, Musthafa I, Murad IV, Ibrahim, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II, Musthafa II, dan Ahmad III.
4)        Periode keempat, yaitu masa dimana banyaknya gerakan separatis yang mengakibatkan hilangnya secara perlahan-lahan kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah. Periode ini berlangsung pada tahun 1703 hingga 1839 M dengan dipimpin oleh 8 sultan. Adapun kedelapan sultan tersebut adalah Ahmad III, Mahmud I, Utsman III, Musthafa III, Abdul Hamid I, Salim III, Musthafa IV, Mahmud II, dan Abdul Majid I.
5)        Periode kelima atau periode terakhir dari kerajaan Utsmaniyyah berlangsung sekitar tahun 1839-1922 M dengan 5 sultan. Pada masa ini, pengaruh barat sudah mulai nampak, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya kebudayaan, dan gaya administrasi ala barat. Adapun kelima sultan tersebut adalah Abdul Aziz, Murad V, Abdul Hamid II, Muhammad V, dan Muhammad VI.

          C. Perkembangan IPTEK dan Kesenian Kerajaan Utsmani
               Kerajaan Utsmaniyah awal mulanya merupakan sebuah suku yang nomaden, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan Utsmaniyah tidak dipengaruhi dan didominasi oleh satu kebudayaan saja, melainkan hasil perpaduan antara budaya Persia, Bizantium, dan Arab. Puncak dari perkembangan peradaban Utsmani tatkala berhasil menaklukkan Constantinopel di kota ini.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka tidak terlalu menonjol. Karena itulah di dalam khasanah intelektual Islam, tidak ditemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Utsmani. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Pada masa Sulaiman, di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia. Selain itu, dalam bidang syair yang menonjol adalah Nefi’ dan Syekh Al-Islam Zekeria Zade Yahyat Efend. Dalam bidang sastra, prosa Kerajaan Utsmani pada masa tersebut melahirkan dua tokoh, yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Katib Celebi mengarang buku Kasf al-Zunun fii Asmaailkutub  wal Punun. Sementara Evia Celebi mengarang buku Seyahatname.
           Dalam kaitannya dengan masalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Kerjaan Turki Utsmani mengalami banyak kemunduran. Pada masa ini, filsafat, ilmu sejarah, astronomi, kedokteran, mekanik, dan lain-lain tidak berkembang. Sementara di Eropa pada saat itu mengalami kemajuan. Kerajaan Utsmani kurang berhasil dalam IPTEK disebabkan karena hanya mengutamakan kekuatan militer. Kekuatan militer tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi, tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju dan canggih. Kemunduran IPTEK Kerajaan Utsmani ada kaitannya dengan perkembangan metode berpikir yang kolot dan tradisional. Di kalangan ulama mereka cenderung menutup  diri dari pengaruh kemajuan Eropa dan ini juga diakibatkan dengan menurunnya semangat berpikir bebas akibat pemahaman tasawuf. Demikianlah keadaan IPTEK kerajaan Utsmani. Pada akhirnya Turki Utsmani runtuh karena banyak diserang oleh Eropa yang didukung dengan kecanggihan yang terus menerus berkembang di tengah-tengah mereka.

D.    Kondisi Keagamaan Pada Masa Turki Utsmani
           Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah faktor penting dalam transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama memiliki peranan penting dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti. Keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
Dalam bidang keagamaan kerajaanUtsmaniyah berpegang teguh pada syariat islam, sehingga tidak aneh ketika fatwa ulama menjadi sesuatu hal yang urgen dalam menjawab problematika keagamaan umat. Selain itu pada masa kerajaan Utsmaniyah muncul banyak aliran tarekat misalnya tarekat Bektasyi dan Maulawi yang mempunyai banyak pengikut, baik dari kalangan sipil maupun militer. Tarekat Bektasyi memiliki pengaruh yang sangat dominan di kalangan Yeniseri, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi.
Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadits boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abd Al-Hamid II, misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritikan-kritikan aliran lain. Ia memerintahkan kepada Syaikh Husein Al-Jisri menulis kitab Al-Hushun Al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abdul Hamid)  untuk melestarikan aliran yang dianutnya itu. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk Syarah (penjelasan) dan Hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik. Bagaimanapun Kerajaan Turki Utsmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal bersifat fisik, perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka, bukan saja negeri-negeri yang sudah ditaklukkan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi juga masyarakatnya tidak banyak yang memeluk agama Islam



BAB III
KESIMPULAN
Dinasti Utsmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir tujuh abad lamanya dan merupakan kerajaan besar. Kerajaan Utsmani didirikan oleh Utsman I putra Ertoghol bangsa Turki dari Kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina.
Dinasti Turki Utsmani mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam ekspansi atau perluasan agama Islam sebagai bangsa yang terkenal dengan militer yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi tiga Benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.
http://henker17.blogspot.com/2013/09/perkembangan-kebudayaan-islam-pada-masa.html
Peradaban Islam di Turki Utsmani mengalami kemajuan antara lain di berbagai bidang kemiliteran dan pemerintahan dimana militer dan pemerintahan Turki sangat kuat. Dalam segi budaya, sastra, dan arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang keagamaan, suasana keagamaan Islam juga cukup berhasil dengan baik



DAFTAR PUSTAKA

Amir, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah.
Malik, Maman A. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Pokja UIN Sunan Kalijaga.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USMAN
Bangsa Turki tercatat dalam http://www.abdain.com/khalifah-fatimiah-di-mesir.html”>sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung  thurus  sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya  masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang http://www.abdain.com/karakteristik-ajaran-islam.html”>agama dan hukum.  Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.

Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.


Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya. 
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut kami akan tampilkan sejumlah nama raja-raja serta tahun pengangkatannya dalam table dibawah ini:
No.
Nama Khilafah
   Tahun Pengangkatan  (Masehi)
1
Utsman I
1281
2
Orhan
1324
3
Murad I
1306
4
Bayazid I
1389

Peralihan Kekuasaan
1402
5
Muhammad I
1413
6
Murad II
1421
7
Muhammad II
1444
8
Murad II (menjabat yang kedua kalinya)
1446
9
Muhammad II (menjabat ketiga kalinya)
1451
10
Bayazid II
1481
11
Saim I
1512
12
Sulaiman I
1520
13
Salim II
1566
14
Murad III
1574
15
Muhammad III
1594
16
Ahmad I
1603
17
Musthofa I
1617
18
Utsman II
1618
19
Musthofa I (menjabat kedua kalinya)
1622
20
Murad IV
1623
21
Ibrahim
1640
22
Muhammad IV
1648
23
Sulaiman II
1678
24
Ahmad II
1691
25
Musthofa II
1695
26
Ahmad III
1703
27
Mahmud I
1730
28
Utsman III
1754
29
Musthofa III
1757
30
Abdul Hamid I
1774
31
Salim III
1789
32
Musthofa IV
1807
33
Mahmud II
1808
34
Abdul Majid I
1839
35
Abdul Aziz
1861
36
Murad V
1876
37
Abdul Hamid II
1876
38
Muhammad Rasyid V
1909
39
Muhammad Wahid al-Din
1918
40
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah saja)
1914

KEMAJUAN TURKI USMANI

ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri  Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar  dan dengan mudahnya dapat menaklukan  Sebagian daerah benua  Eropa  yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli  1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan  dalam negri dan melakukan perluasan ke benua  Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan  Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh  kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan  Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil  menyatukan kembali  kekuatan  dan daerahnya  dari  bangsa  mongol,  terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II.  Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial  akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan   ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus  Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
ASPEK ILMU PENGETAHUAN
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan  kurang begitu menonjol, tidak seperti  Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan  akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum serta  bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjan.
Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah
RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani adalah:
Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
Heterogenitas penduduk dan agama.
Kehidupan istimewa yang bermegahan.
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.

Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini berawal dari orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada dalam dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan persatuan kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin memerdekakan diri dari kerajaan turki tersebut.
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama disbanding dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan turki usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya yang begitu banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah 11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk organisasi keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama yang diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu. Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang memang bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani pun kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani mendapat julukan “The Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut dengan paham pan-islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat islam bersatu secara politik, persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini berhasil mendapat simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya, kerajaan turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja terhebatnya Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer, sehingga semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar APBN kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk keperluan lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang dapat dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem militer dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer. APBN Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat, sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian memperkuat militer dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani. ketika bangsa turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja setelah sulaiman al qanuni, kurang bisa mengatur pemerintahannya, bahkan ditambah lagi munculnya kaum elit kapitalis di wilayah pemerintahan, sehingga individualitas antar pemimpin dan golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang berlanjut dengan penumpukan harta umtuk kepentingan masing-masing, hal ini dimanfaatkan oleh Negara-negara yang telah dikuasainya untuk memerdekakan diri, mereka tidak mau lagi dimanfaatkan tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan tentara, disamping itu serangan-serangan barat pada wilayah terluar kerajaan juga semakin memperburuk suasana pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya dipergunakan untuk memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai dan dimonopoli oleh kaum elit kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat berperang prajurit melemah karena tidak adanya dana untuk peperangan yang memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah kerajaan mulai mengalami penyusutan, hingga pada tahun 1924 kerajaan turki usmani berubah menjadi republik turki.
KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri.  Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan materi, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan dosen pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
Peta Wilayah Kekuasaan Turki Usmani

DAFTAR PUSTAKA
C.E. Bosworth, Dinasti-dinasti Islam,(Bandung: Mizan, 1980),
Edyar, Busman dan Ilda Hayati, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, Pustaka  Asatruss,2009).
Hitti, Philip K. History of the Arabs, (London: The Mac Millan Press, 1974),
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Al Usairi, Ahmad, terjemah Tarikhl Al Islamiy “Sejarah Islam”, Akbar, Jakarta 2008
Syalaby,Ali Muhammad, Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah,pustaka Al kautsar, Jakarta 2008


Latar belakang masalah
Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.Latar belakang berdirinya Kerajaan Turki Usmani dan perkembangan Islam  pada masa Turki Usmani
B.Pemimpin-pemimpin kerajaan Turki Usmani dan masa periodenya
C.Kemajuan terpenting dalam berbagai bidang di Kerajaan Turki Usmani
D.Faktor-faktor yang menyebabkan mundurnya Kerajaan Turki Usmani
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

A.LATAR BELAKANG
Sejarah islam sekarang telah berjalan lebih dari empat belas abad lamanya. Sebagaimana hanya sejarah setiap umat, sejarah islam pun mengalami pasang surut. Pada periode tertentu islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan, pada periode selanjutnya Islam mengalami kemajuan dan kejayaan dan pada periode lain islam mengalami kemunduran bahkan kehancuraan.
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dalam peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.
Keadaan politik umat Islam  secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani,disamping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
Makalah ini berusaha memaparkan kembali  sejarah peradaban Islam masa Turki Usmani yang penuh dengan suasana politik, makalah ini akan berusaha menjelaskan bagaimana latar belakang kerajaan Turki Usmani berdiri dan perkembangan Islam pada Masa Turki Usmani, bagaimana sikap kepemimpinan pada raja-raja Kerajaan Turki Usmani dan keberhasilan yang dicapai, kemajuan serta runtuhnya Kerajaan Turki Usmani.
Rumusan masalah
1.Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Turki Usmani dan perkembangan Islam pada masa Turki Usmani?
2.Siapa saja pemimpin-pemimpin kerajaan Turki Usmani dan masa periodenya?
3.Apa saja kemajuan terpenting dalam bidang-bidang kerajaan Turki Usmani?
4.Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mundurnya kerajaan Turki Usmani?

B.PEMBAHASAN
1.Latar belakang berdirinya kerajaan Turki Usmani dan perkembangan Islam pada masa Turki Usmani
Hamka mengemukakan bahwa nama kerjaan Turki Usmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogul Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Turki Usmani berkuasa sejak abad ke-13 sampai abad ke 19. (Didin Saepudin, 2007 : 248)
Lahirnya kerajaan turki Usmani adalah warisan kepemimpinan Erthrogul ke anaknya Usman. Usman memproklamirkan kemerdekaan atas daerah yang diduduki setelah kerajaan Saljuk terpecah-pecah akibat serangan dari bangsa Mongol. Sebelum itu, bangsa Turki dari khabilah oghuz dibawah pimpinan Erthogrul menetap di Asia Tengah dibawah serangan-serangan bangsa Mongol. Pada abad ke-13 bangsa Turki dari khabilah oghuz melarikan diri ke Asia kecil (Bangsa Turki Saljuk) dibawah pimpinan Al-Thugril dan mengabdikan diri kepada Sultan Aliudin II. Kemunculan bangsa Turki dari khabilah oghuz membantu Sultan Saljuk memenangkan perang melawan Bizantium. Atas kemenangan tersebut, mereka dihadiahkan sebidang tanah di Asia kecil berbatasan dengan Bizantium.
Kerajaan Turki Usmani muncul ketika Islam mengalami masa kemunduran ditandai dengan jatuhnya Abbasiyah di Baghdad. Namun, Turki Usmani dikatakan sebagai kerjaan yang paling berpengaruh dan membangkitkan peradaban Islam setelah kemunduran Islam. Kerajaan Turki Usmani berlangsung selama enam abad sekaligus menjadi kekuatan Islam paling besar kala itu.
Sejarah Turki Usmani tidak bisa lepas dari persentuhan dengan barat. Momentum pertama kontak antara Turki dengan dunia barat ialah jatuhnya kota Konstatinopel, ibukota Bizantium ketangan pasukan Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II Al-Fatih pada tahun 1453. Inilah titik awal massa keemasan Turki Usmani, yang terus cemerlang hingga abad ke-18 sebelum akhirnya jatuh karena ekspansi barat dalam merebut wilayah kekuasaan Turki dan berkembangnya ideology yang terus menggerogoti kerajaan Turki Usmani.
Perang dunia ke-1 abad ke 19 melahirkan gerakan Turki muda yang terjadi ketika kolonialisme barat menguasai wilayah Turki. Ide-ide barat mulai masuk dalam aspek  mencari format pemerintahan yang konstutisional hingga Mustafa Kemal Attaturk menggagas nasionalisme demi memerdekakan Turki dari ekspansi Barat. Memang biacar tentang Turki tidak bisa terlepas dari founding father Turki modern. Mustafa Kemal Attatruk beliau mendirikan Negara Republik Turki diatas puing-puing reruntuhan kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip pembaharuannya Westwenelisme, Sekularisme, dan Nasioalisme.
Perlu dipahami, Sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak sampai menghilangkan agama. Sekulerisasinya berpusat pada kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan dalam soal politik. Yang pertama ditentangnya adalah ide negara Islam dan pembentukan negara Islam. Negara mesti dipisahkan dari agama. Namun, negara tetap menjamin kebebasan beragama bagi rakyat.
Terlepas dari sikap kemal Attaturk yang menelanjangi simbol-simbol islam, sebenarnya ia tidaklah bermaksud menyirnakan Islam dari masyarakat Turki, yang mereka kehendaki adalah de-ideology Islam, yaitu memisahkan kekuasaan (lembaga) Isalam dari bidang politik dan pemerintahan. Sebab ideologisasi Islam yang pernah dikembangkan penguasa Turki Usmani dan mampu mengantarkan Turki Usmani pada puncak kejayaannya dinilai pada pembeharu Turki tidak cukup efektif lagi untuk mendongkrak kelumpuhan Turki Usmani dalam menghadapi barat. Oleh karena itu, langkah ini adalah langkah terbaik yang dapat mereka tempuh dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam di Turki.

2.Pemimpin-pemimpin Kerajaan Turki Usmani dan masa periodenya
Periode pertama  (1299 M-1422 M)
Dimulai dengan awal berdirinya perluasan pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur Lenk. Pada periode ini sultannya adalah :
1.Usman (1300 M-1326 M)
Usman adalah pendiri kerajaan Turki Usmani. Ia mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300M). Iya banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan kebehasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, dan pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan.
2.Orkhan (1326 M-1359 M)
Menaklukan Azmir (Smirna)1327 M. Thawalyani 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M, dan Gallipoli 1356 M. Daerah ini bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
3.Murad I (1359 M-1389 M)
Ia memantapkan keamanan dalam negeri dan ia melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Ia dapat menaklukan Andrinopel (dijadikan sebagai ibukota kerajaan baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Pada saat kepemimpinan Murad I Paus merasa cemas karena kemajuan ekspansi ke wilayah Eropa sangat berkembang sangat pesat. Oleh karena itu Paus mengobarkan semangat perang untuk menghancurkan Turki Usmani. 
4.Sultan Bayazid I (1389 M-1403 M)
Sultan Bayazid I pengganti Murad satu,ia melanjutkan perjuangan Murad I untuk bisa melawan pasukan kristen Paus. Dan akhirnya bisa menaklukan pasukan sekutu kristen tersebut dan peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Periode kedua (1403 M-1566 M)
(ditandai dengan restorisasi kerajaan percepatan pertumbuhan serta perluasannya yang terbesar). Pada periode ini sultannya adalah :
1.Muhammad I (1403 M-1421 M)
Dapat menyatukan Turki Usmani kembali karena setelah meninggalnya Sultan Bayazid I Turki Usmani mengalami kemunduran karena disini putranya saling berebut kekuasaan dan saling terjadi pertikaian. Dan Muhammad I juga berhasil mengambil wilayah yang sempat di ambil oleh Timur Lenk.
2.Murad II ( 1421 M-1451 M)
Dipandang Eropa sebagai penguasa yang tidak berbahaya karena usianya yang masih sangat muda, dan ia terlebih dahulu melakukan konsolodasi kedalam sebelum melakukan perluasan wilayah.
3.Sultan Muhammad Ali Fath (1451 M-1512M)
Dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstatinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstatinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa.
4.Sultan Salim I (1512 M-1520 M)
Sultan Salim memiliki kemampuan memerintah dalam memimpin peperangan. Ia mengalihkan perhatian ketimur dengan menaklukan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir.
5.Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520 M-1566 M)
Daerah ekspansinya Asia kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libya, Tunis, dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yogoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mundur. Akan tetapi, meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah itu. (Yatim Badri, 2008 : 130-133)

3.Kemajuan terpenting dalam bidang-bidang kerajaan Turki Usmani
a.Kemajuan militer
Keberhasilan Khalifah Turki Usmani memperluas kekuasaan keberbagai wilayah yang begitu luas ditentukan oleh militernya yang tangguh. Kekuatan militer Turki terletak pada mesin perangnya bernama Jenissary dan inkisyariyah. Faktor utama yang mendorong kemajuan di bidang militer adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai di organisasi dengan baik dan teratur ketika  terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengoranisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Usmani berlangsung tanpa halangan berati.
b.Bidang kebudayaan
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpadaun bermacam-macam kebudayaan, di antaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Orang-orang Turki Usmani  memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan menerima kebudayaan luar.
c.Bidang IPTEK
Kerjaaan Turki Usmani kurang berhasil dalam IPTEK disebabkan hanya mengutamakan kekuatan militer. Kemandegan ilmu pengetahuan dan teknologi Kerajaan Turki Usmani ada kaitannya dengan metode berpikir yang kolot dan tradisional, dikalangan ulama mereka cenderung menutup diri dari pengaruh kemajuan Eropa dan ini juga diakibatkan dengan menurunnya semangat berpikir bebas akibat pemahaman tasawuf.
d.Bidang keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerjaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.
Yang tak kalah pentingnya dalam masalah keagamaan di Turki Usmani adalah perkembangan terekat. Nama terekat yang mengalami kemajuan adalah tarekat Bektasyi dan terekat Maulawi. Menariknya kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Terekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissary, sehingga mereka sering disebut sebagai tentara Bektasyi. Sementara terekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi. (Dedi Supriyadi, 2008: 167).
e.Kemajuan seni dan arsitektur
Kemajuan seni dan arsitektur dapat dilihat dari bangunan-bangunan besar yang bernilai artistik, terutama bangunan masjid. Salah satunya adalah masjid Aya Sophia yang dahulunya gereja. Masjid lainnya yang juga angat artistik adalah masjid Raya Sultan Muhammad Al-Fatih dan juga masjid Abu Ayyub al-Anshary. Masjid yang terkahir ini biasa digunakan sebagai tempat pelantikan sultan-sultan Usmani ysng baru. (Yatim Badri, 2008 : 133-137)

4.Faktor-faktor penyebab kemunduran Kerajaan Turki Usmani
1.Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administarsi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerjaan tidak beres. Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas. Sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa.
2.Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani di perintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya.
Akibatnya pemerintahan menajdi kacau. Kekacauan ini tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.
3.Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi ebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
4.Krisis ekonomi
Ketidaksetabilan politik Kerajaan Turki Usmani memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi negara. Akibat perang yang tak pernah berhenti, perokonomian merosot, pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar termasuk biaya perang.Krisis keuangan timbil sejak 1580 M yang disebabkam oleh perak Amerika yang berharga murah membanjiri kerajaan Usmani. Nilai mata uang menjadi turun dan harga barang menjadi naik. 
5.Perang yang berkesinambungan 
Perang yang berkesinambungan menyebabkan menelan banyak korban jiwa, dan harta benda yang tidak sedikit. Perang yang berkepanjangan ini juga selalu ditandai dengan kekalahan demi kekalahan dari pihak tentara Usmani, dan diakhiri dengan perjanjian-perjanjian yang sangat merugikan kerjaan Usmani.(Yatim Badri, 2008 : 167-168)

C.KESIMPULAN
Lahirnya kerajaan turki Usmani adalah warisan kepemimpinan Erthrogul ke anaknya Usman.Kerajaan Turki Usmani muncul ketika Islam mengalami masa kemunduran ditandai dengan jatuhnya Abbasiyah di Baghdad. Namun, Turki Usmani dikatakan sebagai kerjaan yang paling berpengaruh dan membangkitkan peradaban Islam setelah kemunduran Islam. Kerajaan Turki Usmani berlangsung selama enam abad sekaligus menjadi kekuatan Islam paling besar kala itu.
Sejarah Turki Usmani tidak bisa lepas dari persentuhan dengan barat. Momentum pertama kontak antara Turki dengan dunia barat ialah jatuhnya kota Konstatinopel, ibukota Bizantium ketangan pasukan Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II Al-Fatih pada tahun 1453. Inilah titik awal massa keemasan Turki Usmani, yang terus cemerlang hingga abad ke-18 sebelum akhirnya jatuh karena ekspansi barat dalam merebut wilayah kekuasaan Turki dan berkembangnya ideology yang terus menggerogoti kerajaan Turki Usmani.
Pemimpin-pemimpin Kerajaaan Turki Usmani terbagi menjadi dua periode. Periode pertama adalah diimulai dengan awal berdirinya perluasan pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur Lenk dan periode kedua adalah ditandai dengan restorisasi kerajaan percepatan pertumbuhan serta perluasannya yang terbesar. Bidang-bidang terpenting yang mengalami kemajuan pada Kerajaan Turki Usmani adalah bidang militer, budaya, IPTEK, agama, seni dan arsitektur. Faktor penyebab runtuhnya adalah wilayah kekuasaan yang sangat luas, kelemahan para penguasa, pemberontakan tentara Jenissari, krisis ekonomi dan perang yang berkesinambungan. Kejayaan dan runtuhnya suatu kerjaan sangat di pengaruhi oleh pemimpinnya dan kekuatan militernya.

Daftar Pustaka
Badri, Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Cetakan I. Jakarta: UIN Jakarta
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah mengunjungi blog saya.