Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga
abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam
sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Awal
mula setelah suku Oghus diserang oleh bangsa Mongol, mereka meminta perlindugan
kepada Jalaluddin yang merupakan pemimpin terakhir dari dinasti Khawarizmi Syah
di Transoxiana, yang oleh Jalaluddin kemudian disuruh pindah ke Asia Kecil.
Bangsa Mongol selalu mengusik ketenangan suku Oghus. Karena merasa selalu
diganggu oleh Mongol, maka mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari
perlindungan pada saudara-saudara mereka, yaitu orang Turki Saljuk di dataran
tinggi Asia Kecil. Karena mereka meminta perlindungan pada orang Turki Saljuk
ini, praktis mereka berada di bawah kekuasaan kerajaan Saljuk dan mereka pun
mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II.
Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat
bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu,
Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota
Syuhud sebagai ibu kota. Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk
dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan kecil. Utsmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Utsmani
dinyatakan berdiri.
B.
Sistem Pemerintahan Pada Masa Turki Utsmani
Dinasti Turki Utsmani merupakan kekhalifahan yang
cukup besar dalam Islam dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam
perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki memiliki
peran yang sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam. Peran yang paling
menonjol terlihat dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk para khalifah
Bani Abbasiyyah. Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan yang sekalipun
independen, tetapi masih tetap mengaku loyal kepada khlaifah Bani Abbasiyah.
Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk.
Penguasa Kerajaan Utsmani
yang pertama adalah Utsman yang disebut juga dengan Utsman I. Setelah Utsman I
mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Utsman (raja besar keluarga Utsman)
tahun 669H (1300M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya.
Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkn kota Broessa tahun
1317M, kemudian tahun 1326M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki
Utsmaniyah. Selanjutnya pemerintahan oleh Orkhan (1326-1359M) Turki Utsmani
dapat menaklukkan Azumia, Tasasyani, Uskandar, Ankara, dan Gallipoli, bagian
ini adalah bumi Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Utsmani. Ketika Murad
I berkuasa (1359-1389M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan
perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel, Macedonia,
Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Karena merasa cemas
atas masuknya Turki ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang ntuk memukul
mundur Turki Utsmani. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403M) pengganti Murad I
dapat menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa
tersebut. Turki Utsmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat
menaklukkan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu
Konstantinopel. Konstantinopel
adalah ibu kota Bizantium dan merupakan pusat agama Kristen. Ibu kota Bizantium
itu akhirnya dapat ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah Turki Utsmani pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih, artinya
sang penakluk. Telah berkali-kali pasukan kaum muslimin sejak masa Dinasti
Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena
kokohnya benteng-benteng di kota tua itu. Baru pada tahun 1453 kota itu dapat
ditundukkan. Kaisar Konstantinopel IX mengancam sultan untuk membayar pajak
yang tinggi kepada pihaknya, dan jika tidak tunduk pada perintah tersebut maka
akan diganggu kedudukannya dengan menundukkan Orkhan, salah seorang cucu
Sulaiman, sebagai sultan. Ancaman tersebut dihadapi dengan kebulatan tekad,
yakni dengan membuat benteng-benteng di sekeliling Konstantinopel. Sultan
berkilah bahwa benteng-benteng itu dibangun untuk melindungi dan mengawasi
rakyatnya yang lalu lalang ke Eropa melalui wilayah Bosporusitu. Konstantinopel
akhirnya dapat dikepung dari segala penjuru oleh pasukan sultan Muhammad II
yang berjumlah kira-kira 250.000 di bawah pimpinan Sultan sendiri. Dalam masa itu meriam-meriam Turki dimuntahkan ke arah kota dan
menghancurkan benteng-benteng dan dinding-dindingnya sehingga menyerahlah
Konstantinopel pada tanggal 28 Mei 1453. Dalam Pertempuran itu Kaisar mati terbunuh, dan
Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Utsmani. Sultan Muhammad II memasuki kota,
kemudian mengganti nama Konstantinopel menjadi Istambul, dan menjadikannya
sebagai ibu kota. Sultan mengubah gereja Aya Sophia menjadi masjid. Dengan
jatuhnya Konstantinopel, pengaruhnya sangat besar bagi Turki Usmani.
Konstantinopel adalah kota pusat kerajaan
Bizantim yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen
Ortodoks. Kesemuanya itu diwariskan kepada Utsmani. Akan tetapi, ketika Sultan Salim I (1512-1520M) naik tahta, ia mengalihkan
perhatian ke arah Timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik
di Mesir. Usaha Sultan Salim ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni
(1520-1566M).
Setelah Sultan Sulaiman
meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang
menyebabkan kerajaan Turki Utsmani mundur. Akan tetapi, terus mengalami
kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai
negara yang kuat, terutama dalam bidang militer dan pemerintahan.
Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan Turki Utsmani senantiasa
bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa
tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-A’zham (Perdana Menteri) yang membawahi Pasya
( Gubernur ). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat
beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (Bupati). Untuk mengatur urusan
pemerintahan negara, di masa sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab Undang-undang
(Qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi
peganganhukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad
ke-19. Karena jasa sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya
ditambah gelar sultan Sulaiman Al-Qanuni. Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan
pemerintahan ini membawa Dinasti Turki Utsmani menjadi sebuah negara yang cukup
disegani pada masa kejayaan.
Secara garis besar kepemimpinan
kerajaan Utsmaniyyah dapat dikelompokan menjadi lima periode. Adapun kelima
periode itu adalah sebagai berikut:
1)
Periode pertama, yaitu masa pendirian dan pembentukan kekuasaan setelah
melepaskan diri dari dinasti saljuk. Pada masa ini Utsmaniyyah telah melakukan
ekspansi. Masa ini berlangsung dari tahun 1299 hingga tahun 1430-an M. Dengan
demikian pemimpin kerajaan yang termasuk pada periode ini adalah Utsman
I, Orkhan, Murad I, Bayazid I, dan Muhammad I.
2)
Periode kedua, yaitu masa pembenahan, pertumbuhan, dan ekspansi
besar-besaran. Di masa inilah puncak kejayaan dan kemenangan bagi kerajaan
Utsmaniyyah dengan ditandai takluknya kota Konstantinopel yang kemudian
dijadikan ibu kota dengan dirubah namanya menjadi Istambul. Periode ini
berlangsung selama satu setengah abad dengan enam sultan. Adapun sultan yang
memimpin pada periode ini adalah Murad II, Muhamad II, Bayazid II, dan Salim
II.
3)
Periode ketiga, merupakan periode dimana eksistensi kerajaan sudah mulai
terkoyak akibat serangan dari luar. Bahkan pada periode ini banyak wilayah yang
sudah lepas dari kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah, misalnya Hongaria. Pada
periode ini merupakan periode terpanjang karena dipimpin oleh 15 sultan, yaitu
Sulaiman I, Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Musthafa I, Utsman II,
Musthafa I, Murad IV, Ibrahim, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II, Musthafa II,
dan Ahmad III.
4)
Periode keempat, yaitu masa dimana banyaknya gerakan separatis yang mengakibatkan hilangnya secara perlahan-lahan kekuasaan
kerajaan Utsmaniyyah. Periode ini berlangsung pada tahun 1703 hingga 1839 M
dengan dipimpin oleh 8 sultan. Adapun kedelapan sultan tersebut adalah Ahmad
III, Mahmud I, Utsman III, Musthafa III, Abdul Hamid I, Salim III, Musthafa IV,
Mahmud II, dan Abdul Majid I.
5)
Periode kelima atau periode terakhir dari kerajaan Utsmaniyyah berlangsung
sekitar tahun 1839-1922 M dengan 5 sultan. Pada masa ini, pengaruh barat sudah
mulai nampak, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya kebudayaan, dan gaya
administrasi ala barat. Adapun kelima sultan tersebut adalah Abdul Aziz, Murad
V, Abdul Hamid II, Muhammad V, dan Muhammad VI.
C. Perkembangan IPTEK dan Kesenian Kerajaan Utsmani
Kerajaan Utsmaniyah awal mulanya merupakan sebuah suku yang nomaden, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan Utsmaniyah tidak dipengaruhi dan
didominasi oleh satu kebudayaan saja, melainkan hasil perpaduan antara budaya
Persia, Bizantium, dan Arab. Puncak
dari perkembangan peradaban Utsmani tatkala berhasil menaklukkan Constantinopel
di kota ini.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih
banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam
bidang ilmu pengetahuan, mereka tidak terlalu menonjol. Karena itulah di dalam
khasanah intelektual Islam, tidak ditemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Utsmani.
Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur
Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi,
Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari. Masjid-masjid tersebut
dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Pada masa Sulaiman, di kota-kota
besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit,
gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan
bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan, seorang
arsitek asal Anatolia. Selain itu, dalam bidang syair yang
menonjol adalah Nefi’ dan Syekh Al-Islam Zekeria Zade Yahyat Efend. Dalam
bidang sastra, prosa Kerajaan Utsmani pada masa tersebut melahirkan dua tokoh,
yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Katib Celebi mengarang buku Kasf
al-Zunun fii Asmaailkutub wal Punun. Sementara Evia Celebi mengarang
buku Seyahatname.
Dalam kaitannya dengan masalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Kerjaan
Turki Utsmani mengalami banyak kemunduran. Pada masa ini, filsafat, ilmu
sejarah, astronomi, kedokteran, mekanik, dan lain-lain tidak berkembang.
Sementara di Eropa pada saat itu mengalami kemajuan. Kerajaan Utsmani kurang
berhasil dalam IPTEK disebabkan karena hanya mengutamakan kekuatan militer.
Kekuatan militer tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi, tidak
sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju dan canggih.
Kemunduran IPTEK Kerajaan Utsmani ada kaitannya dengan perkembangan metode
berpikir yang kolot dan tradisional. Di kalangan ulama mereka cenderung
menutup diri dari pengaruh kemajuan Eropa dan ini juga diakibatkan dengan
menurunnya semangat berpikir bebas akibat pemahaman tasawuf. Demikianlah
keadaan IPTEK kerajaan Utsmani. Pada akhirnya Turki Utsmani runtuh karena
banyak diserang oleh Eropa yang didukung dengan kecanggihan yang terus menerus
berkembang di tengah-tengah mereka.
D.
Kondisi Keagamaan Pada
Masa Turki Utsmani
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah faktor penting dalam
transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat. Masyarakat digolongkan
berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga
fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama memiliki peranan penting dalam
kerajaan dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang
memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa
legitimasi Mufti. Keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
Dalam bidang keagamaan
kerajaanUtsmaniyah berpegang teguh pada syariat islam, sehingga tidak aneh
ketika fatwa ulama menjadi sesuatu hal yang urgen dalam menjawab problematika
keagamaan umat. Selain itu pada masa kerajaan Utsmaniyah muncul banyak aliran
tarekat misalnya tarekat Bektasyi dan Maulawi yang mempunyai banyak pengikut,
baik dari kalangan sipil maupun militer. Tarekat Bektasyi memiliki pengaruh yang sangat
dominan di kalangan Yeniseri, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi.
Di pihak lain,
kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadits
boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham
(mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan
Abd Al-Hamid II, misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa
perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritikan-kritikan aliran lain. Ia
memerintahkan kepada Syaikh Husein Al-Jisri menulis kitab Al-Hushun
Al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abdul Hamid) untuk melestarikan aliran
yang dianutnya itu. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang
berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam
bentuk Syarah (penjelasan) dan Hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya
masa klasik. Bagaimanapun Kerajaan Turki Utsmani
banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua
Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke
Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan
tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal
bersifat fisik, perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka,
bukan saja negeri-negeri yang sudah ditaklukkan akhirnya melepaskan diri dari
kekuasaan pusat, tetapi juga masyarakatnya tidak banyak yang memeluk agama
Islam
BAB III
KESIMPULAN
Dinasti Utsmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang
berkuasa cukup lama hampir tujuh abad lamanya dan merupakan kerajaan besar.
Kerajaan Utsmani didirikan oleh Utsman I putra Ertoghol bangsa Turki dari
Kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina.
Dinasti Turki
Utsmani mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam ekspansi atau
perluasan agama Islam sebagai bangsa yang terkenal dengan militer yang kuat,
wilayah kekuasaannya meliputi tiga Benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.
http://henker17.blogspot.com/2013/09/perkembangan-kebudayaan-islam-pada-masa.html
Peradaban Islam di Turki Utsmani mengalami kemajuan antara
lain di berbagai bidang kemiliteran dan pemerintahan dimana militer dan
pemerintahan Turki sangat kuat. Dalam segi budaya, sastra, dan arsitek bangunan
sangat berhasil. Dalam bidang keagamaan, suasana keagamaan Islam juga cukup
berhasil dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit
Amzah.
Malik, Maman A. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Pokja
UIN Sunan Kalijaga.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka
Setia.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN
TURKI USMAN
Bangsa Turki tercatat dalam
http://www.abdain.com/khalifah-fatimiah-di-mesir.html”>sejarah
atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan
Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol
merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang
utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu
sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium
(romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian
wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung
thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim
belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali
usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun
463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang
aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka
saat itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan
Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan
antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah
kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir
Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai
pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan
utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada
kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam
dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu,
kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak.
Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah.
Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama
dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari
nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir
pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki
Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari
Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina,
kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi
ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh
Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium.
Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin
dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat
sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari
Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka
mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan
Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di
Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu
kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun
1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman
(1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol
Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa
Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim
Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak
langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar
“Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya
sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia
memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan
Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek
taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan
sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk
Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon
pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan
kemampuan dan bakat anaknya masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang
potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan
kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin
(kakaknya) lebih potensial dalam bidang
http://www.abdain.com/karakteristik-ajaran-islam.html”>agama dan
hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran
Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti
Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada
tahun 1338 M.
RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad
(1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang
yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa
raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726
H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan
perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan
Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar
keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman
berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil
dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil
yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.
Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/
1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman
I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan
ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia
berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru
yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini
dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama
kali dipergunakan senjata meriam.
Sultan Murad I bin Urkhan (761-791
H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah
Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga
meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia
menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang
baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus
dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh
wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang
ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya
raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum
muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen
Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad
I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I
merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan
Saloniki.
Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805
H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia
meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden,
Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani
saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus
Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan
inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri
dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada
peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat
ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama
putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu
membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di
Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini
berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
Sultan Muhammad I bin Bayazid
(816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat
buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan
Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan
Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir
setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I
berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu
kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal
lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat
bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan
memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan
kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad
I meninggal.
Sultan Murad II bin Muhammad (
824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I,
pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah
melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah
untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani
sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika
Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah
yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang
Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan
tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat
dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan
menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya
bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/
1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal
dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II
atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan
Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat
Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium.
Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai
raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti
Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi
perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad
menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan
semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan
ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat
kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya
strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk
menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir
Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng
Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam
pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang
untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup,
dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke
tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara
Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya
Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat
ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki
Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota
Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh
penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan
Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam
dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/
1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/
1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/
1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad
III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik
Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar
kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka
bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam.
Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti
Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan
berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya
adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki
Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki
Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan
Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah
kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang
kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut kami akan tampilkan sejumlah
nama raja-raja serta tahun pengangkatannya dalam table dibawah ini:
No.
|
Nama Khilafah
|
Tahun
Pengangkatan (Masehi)
|
1
|
Utsman I
|
1281
|
2
|
Orhan
|
1324
|
3
|
Murad I
|
1306
|
4
|
Bayazid I
|
1389
|
Peralihan Kekuasaan
|
1402
|
|
5
|
Muhammad I
|
1413
|
6
|
Murad II
|
1421
|
7
|
Muhammad II
|
1444
|
8
|
Murad II (menjabat yang kedua
kalinya)
|
1446
|
9
|
Muhammad II (menjabat ketiga
kalinya)
|
1451
|
10
|
Bayazid II
|
1481
|
11
|
Saim I
|
1512
|
12
|
Sulaiman I
|
1520
|
13
|
Salim II
|
1566
|
14
|
Murad III
|
1574
|
15
|
Muhammad III
|
1594
|
16
|
Ahmad I
|
1603
|
17
|
Musthofa I
|
1617
|
18
|
Utsman II
|
1618
|
19
|
Musthofa I (menjabat kedua
kalinya)
|
1622
|
20
|
Murad IV
|
1623
|
21
|
Ibrahim
|
1640
|
22
|
Muhammad IV
|
1648
|
23
|
Sulaiman II
|
1678
|
24
|
Ahmad II
|
1691
|
25
|
Musthofa II
|
1695
|
26
|
Ahmad III
|
1703
|
27
|
Mahmud I
|
1730
|
28
|
Utsman III
|
1754
|
29
|
Musthofa III
|
1757
|
30
|
Abdul Hamid I
|
1774
|
31
|
Salim III
|
1789
|
32
|
Musthofa IV
|
1807
|
33
|
Mahmud II
|
1808
|
34
|
Abdul Majid I
|
1839
|
35
|
Abdul Aziz
|
1861
|
36
|
Murad V
|
1876
|
37
|
Abdul Hamid II
|
1876
|
38
|
Muhammad Rasyid V
|
1909
|
39
|
Muhammad Wahid al-Din
|
1918
|
40
|
Abdul Majid II (hanya bergelar
sebagai khalifah saja)
|
1914
|
KEMAJUAN TURKI USMANI
ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun
1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M).
Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan
pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan
dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa
yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M,
Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389
M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negri dan
melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang
kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan
Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi
kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh
dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid
naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai
Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M,
memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi
musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu
dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M
pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan
Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di
tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia
memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal,
terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan
sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421
M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali
kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol,
terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad
meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M)
hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al
Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun
1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah
Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan
Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada
penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia
mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I
(1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga
menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal ,
Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang
mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil
menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis.
Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah,
Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado,
Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju
dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain
sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat
produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat
perdagangan dunia pada saat itu.
ASPEK ILMU PENGETAHUAN
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti
usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan,
sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol,
tidak seperti Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik
kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu
pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak
kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan
desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum
serta bersistem jurusan.
Disamping pembangunan
sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga
terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana
pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan
catatan peminjan.
Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah
dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia
dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah
masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang
diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi
al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi.
Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi
pasien tatkala terjadi operasi bedah
RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah
Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574)
telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman
keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya
semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani
menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam
pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada
tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar
Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani,
Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan
kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam
serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan
laut putih
Apabila dikategorikan, maka
faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani adalah:
Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta
buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi
dan meningkatnya kriminalitas.
Heterogenitas penduduk dan agama.
Kehidupan istimewa yang bermegahan.
Merosotnya perekonomian negara
akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki mengalami
kekalahan.
Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme.
Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit
untuk melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di
barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena
mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti
eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang
menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini berawal dari orang-orang arab
yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada dalam dilema yaitu mereka
di sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan persatuan kaum muslimin,
di sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin memerdekakan diri dari
kerajaan turki tersebut.
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa,
kerajaan turki usmani telah diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar
dan terlama disbanding dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa hal penting sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya.
Penulis ingin menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu
kunci kesuksesan dan keberhasilan turki usmani adalah adanya persatuan di
antara masyarakatnya yang begitu banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk
kerajaan turki usmani adalah 11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah
diwadahi dalam bentuk organisasi keagamaan bernama millet. Millet adalah
kelompok agama yang diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah
peraturan dan perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan
pada rakyatnya mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai
wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu. Namun pada
akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan munnculnya paham nasionalisme yang
disebarkan oleh bangsa barat, yang memang bertujuan menyerang dari dalam
masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang ditaklukannya
mulai memberontak dari dalam atas semangat nasionalisme mereka, masyarakat
kerajaan turki usmani pun kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu,
bahkan kerajaan turki usmani mendapat julukan “The Sickman Europe”
(Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan
paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun paham
ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut dengan paham pan-islamisme oleh
Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat islam bersatu secara politik,
persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah
umat islam, gagasan ini berhasil mendapat simpati umat islam untuek beberapa
tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir
mereka adalah mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki
usmani dan memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal
attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan
kerajaan-kerajaan islam sebelumnya, kerajaan turki usmani, mulai dari raja
pertamanya Usman hingga raja terhebatnya Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan
pada perkembangan militer. Hal ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga
bangsa yang berdarah militer, sehingga semangat militernya sangat kuat, untuk
itu sebagian besar APBN kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang
daripada untuk keperluan lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain.
Bahkan untuk memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat
Bangsa-bangsa non-Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih
kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.
Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang
disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah
negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan
yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan
kerajaan ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin
banyak wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru
yang dapat dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani
kerajaan yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah
semakin luas, tentunya sistem pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola
wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas.
Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan,
sehingga dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi,
dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya
(gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa
orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan turki
usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian
besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan
turki usmani hebat dalam hal sistem militer dan sistem pemerintahan, namun
mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih
memperkuat tenaga militer. APBN Negara sebagian besar dipergunakan untuk
membiayai pendidikan militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit
islam yang kuat, sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan
ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda
dengan kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan perhatian pada ilmu
pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang
kemudian memperkuat militer dengan senjata-senjata api baru, yang tidak
dimiliki oleh turki usmani. ketika bangsa turki usmani diserang oleh bangsa
barat dengan senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan.
Sehingga pasca kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit
kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam
kerajaan (pemberontak).
Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja
setelah sulaiman al qanuni, kurang bisa mengatur pemerintahannya, bahkan
ditambah lagi munculnya kaum elit kapitalis di wilayah pemerintahan, sehingga
individualitas antar pemimpin dan golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang
berlanjut dengan penumpukan harta umtuk kepentingan masing-masing, hal ini
dimanfaatkan oleh Negara-negara yang telah dikuasainya untuk memerdekakan diri,
mereka tidak mau lagi dimanfaatkan tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan
tentara, disamping itu serangan-serangan barat pada wilayah terluar kerajaan
juga semakin memperburuk suasana pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya
dipergunakan untuk memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar
dikuasai dan dimonopoli oleh kaum elit kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat
berperang prajurit melemah karena tidak adanya dana untuk peperangan yang
memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah kerajaan mulai mengalami penyusutan,
hingga pada tahun 1924 kerajaan turki usmani berubah menjadi republik turki.
KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan
kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang
paling bersejarah bagi bangsa arab, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam
segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani
yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke
Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan
kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah
satu hal yang terpenting yang harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan
orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk
menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini
membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan
perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah
mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian
bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah
hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual
sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat
mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir
paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat
menghalangi mereka.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat,
kami menyadari tentunya makalah ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik
itu kesalah tulisan atau kesalahan materi, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari segenap pembaca dan dosen pengampu senantiasa kami
harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
Peta Wilayah Kekuasaan Turki Usmani
DAFTAR PUSTAKA
C.E. Bosworth, Dinasti-dinasti
Islam,(Bandung: Mizan, 1980),
Edyar, Busman dan Ilda Hayati,
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, Pustaka Asatruss,2009).
Hitti, Philip K. History of the
Arabs, (London: The Mac Millan Press, 1974),
Nasution, Harun. Pembaharuan
Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan
Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban
Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Al Usairi, Ahmad, terjemah Tarikhl
Al Islamiy “Sejarah Islam”, Akbar, Jakarta 2008
Syalaby,Ali Muhammad, Bangkit Dan
Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah,pustaka Al kautsar, Jakarta 2008
Latar belakang masalah
Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.Latar belakang berdirinya Kerajaan
Turki Usmani dan perkembangan Islam pada masa Turki Usmani
B.Pemimpin-pemimpin kerajaan Turki
Usmani dan masa periodenya
C.Kemajuan terpenting dalam berbagai
bidang di Kerajaan Turki Usmani
D.Faktor-faktor yang menyebabkan
mundurnya Kerajaan Turki Usmani
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
A.LATAR BELAKANG
Sejarah islam sekarang telah
berjalan lebih dari empat belas abad lamanya. Sebagaimana hanya sejarah setiap
umat, sejarah islam pun mengalami pasang surut. Pada periode tertentu islam
mengalami pertumbuhan dan perkembangan, pada periode selanjutnya Islam
mengalami kemajuan dan kejayaan dan pada periode lain islam mengalami
kemunduran bahkan kehancuraan.
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad
runtuh akibat serangan tentara mongol, kekuatan politik Islam mengalami
kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa
kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa
peninggalan budaya dalam peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan
bangsa Mongol itu.
Keadaan politik umat Islam
secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan
berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani di Turki, Mughal di India, dan
Safawi di Persia. Kerajaan Usmani,disamping yang pertama berdiri, juga yang
terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
Makalah ini berusaha memaparkan
kembali sejarah peradaban Islam masa Turki Usmani yang penuh dengan
suasana politik, makalah ini akan berusaha menjelaskan bagaimana latar belakang
kerajaan Turki Usmani berdiri dan perkembangan Islam pada Masa Turki Usmani,
bagaimana sikap kepemimpinan pada raja-raja Kerajaan Turki Usmani dan
keberhasilan yang dicapai, kemajuan serta runtuhnya Kerajaan Turki Usmani.
Rumusan masalah
1.Bagaimana latar belakang
berdirinya Kerajaan Turki Usmani dan perkembangan Islam pada masa Turki Usmani?
2.Siapa saja pemimpin-pemimpin
kerajaan Turki Usmani dan masa periodenya?
3.Apa saja kemajuan terpenting dalam
bidang-bidang kerajaan Turki Usmani?
4.Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan mundurnya kerajaan Turki Usmani?
B.PEMBAHASAN
1.Latar belakang berdirinya kerajaan
Turki Usmani dan perkembangan Islam pada masa Turki Usmani
Hamka mengemukakan bahwa nama
kerjaan Turki Usmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang
pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogul Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia
Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Turki Usmani berkuasa sejak abad ke-13
sampai abad ke 19. (Didin Saepudin, 2007 : 248)
Lahirnya kerajaan turki Usmani
adalah warisan kepemimpinan Erthrogul ke anaknya Usman. Usman memproklamirkan
kemerdekaan atas daerah yang diduduki setelah kerajaan Saljuk terpecah-pecah
akibat serangan dari bangsa Mongol. Sebelum itu, bangsa Turki dari khabilah
oghuz dibawah pimpinan Erthogrul menetap di Asia Tengah dibawah
serangan-serangan bangsa Mongol. Pada abad ke-13 bangsa Turki dari khabilah
oghuz melarikan diri ke Asia kecil (Bangsa Turki Saljuk) dibawah pimpinan
Al-Thugril dan mengabdikan diri kepada Sultan Aliudin II. Kemunculan bangsa
Turki dari khabilah oghuz membantu Sultan Saljuk memenangkan perang melawan
Bizantium. Atas kemenangan tersebut, mereka dihadiahkan sebidang tanah di Asia
kecil berbatasan dengan Bizantium.
Kerajaan Turki Usmani muncul ketika
Islam mengalami masa kemunduran ditandai dengan jatuhnya Abbasiyah di Baghdad.
Namun, Turki Usmani dikatakan sebagai kerjaan yang paling berpengaruh dan
membangkitkan peradaban Islam setelah kemunduran Islam. Kerajaan Turki Usmani
berlangsung selama enam abad sekaligus menjadi kekuatan Islam paling besar kala
itu.
Sejarah Turki Usmani tidak bisa
lepas dari persentuhan dengan barat. Momentum pertama kontak antara Turki
dengan dunia barat ialah jatuhnya kota Konstatinopel, ibukota Bizantium
ketangan pasukan Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II Al-Fatih pada tahun
1453. Inilah titik awal massa keemasan Turki Usmani, yang terus cemerlang
hingga abad ke-18 sebelum akhirnya jatuh karena ekspansi barat dalam merebut
wilayah kekuasaan Turki dan berkembangnya ideology yang terus menggerogoti
kerajaan Turki Usmani.
Perang dunia ke-1 abad ke 19
melahirkan gerakan Turki muda yang terjadi ketika kolonialisme barat menguasai
wilayah Turki. Ide-ide barat mulai masuk dalam aspek mencari format
pemerintahan yang konstutisional hingga Mustafa Kemal Attaturk menggagas
nasionalisme demi memerdekakan Turki dari ekspansi Barat. Memang biacar tentang
Turki tidak bisa terlepas dari founding father Turki modern. Mustafa Kemal
Attatruk beliau mendirikan Negara Republik Turki diatas puing-puing reruntuhan
kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip pembaharuannya Westwenelisme,
Sekularisme, dan Nasioalisme.
Perlu dipahami, Sekulerisasi yang
dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak sampai menghilangkan agama. Sekulerisasinya
berpusat pada kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan dalam soal
politik. Yang pertama ditentangnya adalah ide negara Islam dan pembentukan
negara Islam. Negara mesti dipisahkan dari agama. Namun, negara tetap menjamin
kebebasan beragama bagi rakyat.
Terlepas dari sikap kemal Attaturk
yang menelanjangi simbol-simbol islam, sebenarnya ia tidaklah bermaksud
menyirnakan Islam dari masyarakat Turki, yang mereka kehendaki adalah
de-ideology Islam, yaitu memisahkan kekuasaan (lembaga) Isalam dari bidang
politik dan pemerintahan. Sebab ideologisasi Islam yang pernah dikembangkan
penguasa Turki Usmani dan mampu mengantarkan Turki Usmani pada puncak
kejayaannya dinilai pada pembeharu Turki tidak cukup efektif lagi untuk
mendongkrak kelumpuhan Turki Usmani dalam menghadapi barat. Oleh karena itu,
langkah ini adalah langkah terbaik yang dapat mereka tempuh dalam rangka
mengembalikan kejayaan Islam di Turki.
2.Pemimpin-pemimpin Kerajaan Turki
Usmani dan masa periodenya
Periode pertama (1299 M-1422
M)
Dimulai dengan awal berdirinya
perluasan pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur Lenk. Pada
periode ini sultannya adalah :
1.Usman (1300 M-1326 M)
Usman adalah pendiri kerajaan Turki
Usmani. Ia mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga
Usman) tahun 699 H (1300M). Iya banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan
kebehasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota
Broessa. Setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang
daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, dan pada
tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan.
2.Orkhan (1326 M-1359 M)
Menaklukan Azmir (Smirna)1327 M.
Thawalyani 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M, dan Gallipoli 1356 M. Daerah
ini bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
3.Murad I (1359 M-1389 M)
Ia memantapkan keamanan dalam negeri
dan ia melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Ia dapat menaklukan Andrinopel
(dijadikan sebagai ibukota kerajaan baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh wilayah bagian utara Yunani. Pada saat kepemimpinan Murad I Paus merasa
cemas karena kemajuan ekspansi ke wilayah Eropa sangat berkembang sangat pesat.
Oleh karena itu Paus mengobarkan semangat perang untuk menghancurkan Turki
Usmani.
4.Sultan Bayazid I (1389 M-1403 M)
Sultan Bayazid I pengganti Murad
satu,ia melanjutkan perjuangan Murad I untuk bisa melawan pasukan kristen Paus.
Dan akhirnya bisa menaklukan pasukan sekutu kristen tersebut dan peristiwa ini
merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Periode kedua (1403 M-1566 M)
(ditandai dengan restorisasi
kerajaan percepatan pertumbuhan serta perluasannya yang terbesar). Pada periode
ini sultannya adalah :
1.Muhammad I (1403 M-1421 M)
Dapat menyatukan Turki Usmani
kembali karena setelah meninggalnya Sultan Bayazid I Turki Usmani mengalami
kemunduran karena disini putranya saling berebut kekuasaan dan saling terjadi
pertikaian. Dan Muhammad I juga berhasil mengambil wilayah yang sempat di ambil
oleh Timur Lenk.
2.Murad II ( 1421 M-1451 M)
Dipandang Eropa sebagai penguasa
yang tidak berbahaya karena usianya yang masih sangat muda, dan ia terlebih
dahulu melakukan konsolodasi kedalam sebelum melakukan perluasan wilayah.
3.Sultan Muhammad Ali Fath (1451
M-1512M)
Dapat mengalahkan Bizantium dan
menaklukan Konstatinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstatinopel sebagai
benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, lebih mudahlah arus ekspansi
Turki Usmani ke Benua Eropa.
4.Sultan Salim I (1512 M-1520 M)
Sultan Salim memiliki kemampuan
memerintah dalam memimpin peperangan. Ia mengalihkan perhatian ketimur dengan
menaklukan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir.
5.Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520
M-1566 M)
Daerah ekspansinya Asia kecil,
Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libya, Tunis, dan
Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yogoslavia, Albania, Hongaria, dan
Rumania di Eropa.Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan
kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mundur.
Akan tetapi, meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa
beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang
militer. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah itu. (Yatim
Badri, 2008 : 130-133)
3.Kemajuan terpenting dalam
bidang-bidang kerajaan Turki Usmani
a.Kemajuan militer
Keberhasilan Khalifah Turki Usmani
memperluas kekuasaan keberbagai wilayah yang begitu luas ditentukan oleh
militernya yang tangguh. Kekuatan militer Turki terletak pada mesin perangnya
bernama Jenissary dan inkisyariyah. Faktor utama yang mendorong kemajuan di
bidang militer adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer,
berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.Untuk pertama kali, kekuatan militer
kerajaan ini mulai di organisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi
kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi.
Pengoranisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Usmani
berlangsung tanpa halangan berati.
b.Bidang kebudayaan
Kebudayaan Turki Usmani merupakan
perpadaun bermacam-macam kebudayaan, di antaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium, dan Arab. Orang-orang Turki Usmani memang dikenal sebagai
bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan menerima
kebudayaan luar.
c.Bidang IPTEK
Kerjaaan Turki Usmani kurang
berhasil dalam IPTEK disebabkan hanya mengutamakan kekuatan militer. Kemandegan
ilmu pengetahuan dan teknologi Kerajaan Turki Usmani ada kaitannya dengan
metode berpikir yang kolot dan tradisional, dikalangan ulama mereka cenderung
menutup diri dari pengaruh kemajuan Eropa dan ini juga diakibatkan dengan
menurunnya semangat berpikir bebas akibat pemahaman tasawuf.
d.Bidang keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki
mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat
digolongkan berdasarkan agama, dan kerjaan sendiri sangat terikat dengan
syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.
Yang tak kalah pentingnya dalam
masalah keagamaan di Turki Usmani adalah perkembangan terekat. Nama terekat
yang mengalami kemajuan adalah tarekat Bektasyi dan terekat Maulawi. Menariknya
kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Terekat
Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissary,
sehingga mereka sering disebut sebagai tentara Bektasyi. Sementara terekat
Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari
Bektasyi. (Dedi Supriyadi, 2008: 167).
e.Kemajuan seni dan arsitektur
Kemajuan seni dan arsitektur dapat
dilihat dari bangunan-bangunan besar yang bernilai artistik, terutama bangunan
masjid. Salah satunya adalah masjid Aya Sophia yang dahulunya gereja. Masjid
lainnya yang juga angat artistik adalah masjid Raya Sultan Muhammad Al-Fatih
dan juga masjid Abu Ayyub al-Anshary. Masjid yang terkahir ini biasa digunakan
sebagai tempat pelantikan sultan-sultan Usmani ysng baru. (Yatim Badri, 2008 :
133-137)
4.Faktor-faktor penyebab kemunduran
Kerajaan Turki Usmani
1.Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administarsi pemerintahan bagi suatu
negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara
administrasi pemerintahan kerjaan tidak beres. Dipihak lain, para penguasa
sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas. Sehingga mereka terlibat
perang terus menerus dengan berbagai bangsa.
2.Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni,
Kerajaan Usmani di perintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam
kepribadian terutama dalam kepemimpinannya.
Akibatnya pemerintahan menajdi
kacau. Kekacauan ini tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin
lama menjadi semakin parah.
3.Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Usmani
banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Jenissari. Dengan demikian, dapat
dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara
Jenissari terjadi ebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M,
dan 1826 M.
4.Krisis ekonomi
Ketidaksetabilan politik Kerajaan
Turki Usmani memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi negara.
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perokonomian merosot, pendapatan
berkurang, sementara belanja negara sangat besar termasuk biaya perang.Krisis
keuangan timbil sejak 1580 M yang disebabkam oleh perak Amerika yang berharga
murah membanjiri kerajaan Usmani. Nilai mata uang menjadi turun dan harga
barang menjadi naik.
5.Perang yang berkesinambungan
Perang yang berkesinambungan
menyebabkan menelan banyak korban jiwa, dan harta benda yang tidak sedikit.
Perang yang berkepanjangan ini juga selalu ditandai dengan kekalahan demi
kekalahan dari pihak tentara Usmani, dan diakhiri dengan perjanjian-perjanjian
yang sangat merugikan kerjaan Usmani.(Yatim Badri, 2008 : 167-168)
C.KESIMPULAN
Lahirnya kerajaan turki Usmani
adalah warisan kepemimpinan Erthrogul ke anaknya Usman.Kerajaan Turki Usmani
muncul ketika Islam mengalami masa kemunduran ditandai dengan jatuhnya
Abbasiyah di Baghdad. Namun, Turki Usmani dikatakan sebagai kerjaan yang paling
berpengaruh dan membangkitkan peradaban Islam setelah kemunduran Islam.
Kerajaan Turki Usmani berlangsung selama enam abad sekaligus menjadi kekuatan
Islam paling besar kala itu.
Sejarah Turki Usmani tidak bisa
lepas dari persentuhan dengan barat. Momentum pertama kontak antara Turki
dengan dunia barat ialah jatuhnya kota Konstatinopel, ibukota Bizantium
ketangan pasukan Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II Al-Fatih pada tahun
1453. Inilah titik awal massa keemasan Turki Usmani, yang terus cemerlang
hingga abad ke-18 sebelum akhirnya jatuh karena ekspansi barat dalam merebut
wilayah kekuasaan Turki dan berkembangnya ideology yang terus menggerogoti
kerajaan Turki Usmani.
Pemimpin-pemimpin Kerajaaan Turki
Usmani terbagi menjadi dua periode. Periode pertama adalah diimulai dengan awal
berdirinya perluasan pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur
Lenk dan periode kedua adalah ditandai dengan restorisasi kerajaan percepatan
pertumbuhan serta perluasannya yang terbesar. Bidang-bidang terpenting yang
mengalami kemajuan pada Kerajaan Turki Usmani adalah bidang militer, budaya,
IPTEK, agama, seni dan arsitektur. Faktor penyebab runtuhnya adalah wilayah
kekuasaan yang sangat luas, kelemahan para penguasa, pemberontakan tentara
Jenissari, krisis ekonomi dan perang yang berkesinambungan. Kejayaan dan
runtuhnya suatu kerjaan sangat di pengaruhi oleh pemimpinnya dan kekuatan
militernya.
Daftar Pustaka
Badri, Yatim. 2008. Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah
Peradaban Islam. Cetakan I. Jakarta: UIN Jakarta
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.