BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah
perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah
ditanamkan dan dapat mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang
panjang. Salah satu investasi tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam
kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari
satu tahun. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang efektif
dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis
suatu aktiva tetap tersebut harus dapat dibebankan secara tetap dan salah satu
caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui
apakah metode penyusutan yang telah diterapkan
oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang
menurun yang disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang
diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi
yang cukup besar dalam jumlah
keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva
tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya
yang biasanya mencakup perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan
aktiva tetap, serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci
tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara
demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva
tetap sebuah perusahaan. Namun untuk mendapatkan
rincian yang baik terhadap aktiva tetap, diperlukan pengendalian terhadap
aktiva berupa pengujian substantif.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah aktiva tetap berwujud?
2. Bagaimanakah perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud?
3. Bagaimanakah sistem pengendalian intern aktiva tetap berwujud?
4. Bagaimanakah prosedur audit aktiva tetap berwujud?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami mengenai pengetian aktiva tetap berwujud
2. Mahasiswa dapat memahami mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap
berwujud.
3. Mahasiswa dapat memahami mengenai sistem pengendalian intern aktiva tetap
berwujud.
4. Mahasiswa dapat memahami mengenai prosedur audit aktiva tetap berwujud.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Aktiva Tetap Berwujud
Aset tetap (Fixed Assets) disebut juga
Property, Plant, and Equipment. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.
14, Hal 16.2 & 16.3 – IAI, 2002), aset tetap adalah asset berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009; 68): aset tetap adalah aset
berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan
2. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai
suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap bila:
1. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa akan datang
yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan, dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal.
Secara historis, aset tetap mengacu pada aset
berwujud yang dimiliki untuk tujuan jangka panjang. Akan tetapi, definisi
formal aset tetap harus memasukkan cara penggunaanya dan jangka waktu
kepemilikan oleh suatu entitas. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk penggunaan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
penyewaan pada pihak lain, atau untuk tujuan-tujuan administratif dan
diperkirakan akan digunakan selama lebih dari satu periode. (IAS 16.6)[2]
Standar akuntansi saat ini, termasuk IFRS dan
IAS, belum mendefinisikan aset tetap dengan tepat. Aset tetap bukan
satu-satunya ast berwujud dan hanya salah satu-satunya aset berwujud dan hanya
salah satu jenis aset tidak lancar. Di beberapa tempat, sebagai contoh adalah
Inggris dan Hong Kong, Istilah “aset tetap” dapat ditemukan di dalam hukum dan
regulasi masing-masing yang mensyaratkan pengungkapan aset tetap pada neraca.
Akan tetapi, tempat lain mungki tidak mempunyai definisi khusus mengenai
masalah istilah ini. Praktik umum masih mengacu pasa aset tetap sebagai aset
berwujud sementara beberapa praktik telah mengelompokkan selain aset berwujud
sementara beberapa praktik telah mengelompokkan selain aset berwujud juga,
properti investasi, dan atau sewa tanah sebagai aset tetap.[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa Aktiva tetap
merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan
melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umumnya lebih dari
satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.
B.
Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Berwujud
Menurut
Baridwan ada empat perlakuan aktiva tetap berwujud, yaitu :
1.
Penentuan
harga perolehan aktiva tetap (acquisition)
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai
tiba ditempat dan siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga
perolehan aktiva tetap.
2.
Biaya
selama aktiva tetap dipakai (utilization)
Biaya yang
digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan bertujuan agar dapat memenuhi
kebutuhan perusahaan dimana biaya tersebut berpengaruh terhadap harga pokok
yang akan mempengaruhi biaya penyusutan.
3.
Penyusutan
aktiva tetap (depreciation)
Penyusutan menurut walter adalah pengalokasian sistematis atas
biaya aktiva selama umur manfaatnya.
Ada beberapa metode penyusutan yang bisa digunakan yaitu[4] :
a)
Metode
Garis Lurus ( Straight Line Method )
Merupakan
metode yang membagi harga perolehan aset/aktiva (sesudah dikurangi nilai sisa,
jika ada) dengan umur ekonomisnya, yang sama rata setiap tahun/ periode.
Depresiasi = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Umur Ekonomis
b)
Metode
Saldo Menurun ( Declining Balance Method )
Penyusutan dengan metode ini mengansumsikan bahwa nilai yang
disusutkan pada tahun-tahun awal akan memiliki nilai yang lebih besar, kerana
estimasi umur ekonomis lebih besar.
Depresiasi = Sisa
Nilai Buku x Tarif Penyusutan
c)
Metode
Unit Produksi
Metode
ini menggunakan tarif per unit produk, atau tarif per jam kerja mesin, untuk
menghitung penyusutan. Karena itu, aset atau aktiva tetap yang hendak
disusutkan harus terlebih dahulu diestimasi jumlah unit total akan diproduksi,
atau jumlah jam kerja mesin total sampai mesin berhenti beroperasi.
Depresiasi = Tarif x Unit (jam)
4.
Pertukaran
aktiva tetap (exchange of fixed assets)
Aktiva
tetap yang dimiliki perusahaan ada kemungkinan sebelum umur ekonomisnya habis
akan ditukar dengan aktiva tetap yang lainnya yang sejenis atau tidak, apabila
aktiva ditukar dengan aktiva lain maka nilai bukunya harus dihitung dengan
akumulasi penyusutan aktiva yang bersangkutan.[5]
Perlakuan Akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Pengeluaran
modal (Capital expenditures)
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan
dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti
ini dicatat dalam rekening aktiva.
2.
Pengeluaran
pendapatan (Revenue expenditures)
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfat yang hanya
dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu
pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
Jadi dasar
pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah
berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode
atau lebih dari satu periode akuntansi.[6]
Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No.16:7 (dalam buku Panduan Praktis SAK, 2012:340)
menyatakan bahwa aset tetap harus diakui jika dan hanya jika:
1.
Besar
kemungkinan manfaat ekonomis yang berhubungan dengan aktiva tersebutakan
mengalir ke perusahaan: dan
2.
Biaya
perolehan aset dapat diukur secara andal.
Menurut Kusnadi (dalam Chujainah, 2010:13) ada dua jenis dasar yang
umum digunakan untuk mengakui suatu transaksi yaitu:
1.
Cash
basis (Dasar Penerimaan Uang)
Konsep ini mengetahui suatu pendapatan pada saat uang atau kas
diterima dan biaya pada saat uang tersebut dikeluarkan.
2.
Accrual
basis (dasar akrual)
Pada konsep ini, suatu transaksi diakui pada saat terjadinya tanpa
dikaitkan dengan transaksi kas.[7]
C.
SPI Aktiva Tetap Berwujud
Unsur-unsur utama dari
sistem pengendalian intern atas aktiva tetap adalah:
1. Adanya budget untuk pengeluaran bagi aktiva tetap yang disetujui oleh
pejabat yang berwenang. Persetujuan ini biasanya dilakukan dalam berbagai
tingkat tergantung dari jenis dan harga aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh
: pembelian mesin pabrik yang baru harus mendapat persetujuan dari dewan
komisaris terlebih dahulu sedangkan pembelian mesin tik atau mesin hitung cukup
dengan persetujuan kepala bagian yang membutuhkan perlengkapan tersebut dan
direktur keuangan, dst.
2. Adanya kebijaksanaan kapitalisasi
secara tertulis, yakni yang membedakan antara pengeluaran yang dianggap sebagai
aktiva tetap dan pengeluaran bukan aktiva tetap.
3. Kebijaksanaan mengenai penjualan aktiva tetap, prosedur pem-besi-tuan
aktiva tetap, dan pemindahan suatu aktiva tetap dari suatu bagian kebagian yang
lain, atau dari suatu lokasi kelokasi
yang lain atau dari suatu anak perusahaan keanak perusahaan lain.
4. Adanya kartu-kartu aktiva tetap dan
inventarisasi atas aktiva tetap secara berkala.
5. Adanya pengendalian dan pengawasan atas aktiva-aktiva kecil dibawah
tanggung jawab pejabat tertentu.
6. Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena kabakaran
atau bencana lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri.[8]
D. Prosedur Audit Aktiva Berwujud
Di banyak perusahaan, terutama perusahaan
industri, aset tetap merupakan jumlah yang sangat besar dari total aset
perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan oleh akuntan publik untuk
memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan waktu yang digunakan
untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaaan, dan lain-lain.
Beberapa penyebabnya antara lain:
1. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.
2. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit
dibandingkan mutasi piutang dan persediaan.
3. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off
bukan merupakan hal yang penting seperti pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan penjualan
persediaan.
Prosedur audit yang akan disebutkan berikut
ini berlaku untuk repeat engagements
(penugasan ulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun
berjalan (periode pemeriksaan).
Untuk first
audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut:
a. Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh kantor akuntan lain,
saldo awal aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan
kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.
b. Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan
publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal
berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan
perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta motode dan
perhitungan penyusustan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di indonesia ( SAK / ETAP / IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi
tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara tes basis dengan mengutamakan jumlah
yang material.
Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut :
a. Pelajari dan evaluasi internal control
atas aset tetap
b. Minta kepada klien top schedule
serta supporting shcedule aset tetap,
yang berisikan : saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya, dan
saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
c. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya
dengan general ledger atau sub-ledger,
saldo awal dengan working paper tahun
lalu
d. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap
tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting dokumennya. Untuk
pengurangannya kita lihat otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah dicatat
dengan betul, misalnya bila da keuntungan atau kerugian atas penjualan aset
tetap tersebut. Selain itu periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap
tersebut.
e. Periksa fisik dari aset tetap tersebut ( dengan cara tes basis) dan periksa
kondisi dan nomor kode dari aset tetap
f. Periksa bukti pemilikan aset tetap.
g. Pelajari dan periksa apakah capitalization
policy dan depresiation policy
yang dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.
h. Buat analisis tentang perkiraan repair
& maintenance, sehingga kita mengetahui apakah ada pengeluaran yang
seharusnya masuk dalam kelompok capital
expenditures tetapi dicatat sebagai revenue
expenditures.
i. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah di asuransikan dan apakah insurance coveragenya cukup atau tidak.
j. Tes perhitungan penyusutan, cross
referance angka penyusutan dengan biaya penyusutan perkiraan laba rugi dan
periksa alokasi / distribusi biaya penyusutan.
k. Periksa apakah ada commitment yang
dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset tetap.
l. Untuk construction in progress,
kita periksa penambahannya dan apakah ada construction
in progress yang harus ditransfer ke aset tetap.
m. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease
agreement dan periksa apakah accounting
treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
n. Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di
bank.
o. Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di indonesi (SAK/ETAP/IFRS).[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Yang dimaksud aktiva/asset tetap berwujud
adalah aktiva yang berwujud yang sifatnya relative permanen atau dapat digunakan
dalam jangka waktu yang lama dan
digunakan dalam kegiatan perusahaan.
Menurut Baridwan ada empat perlakuan aktiva tetap berwujud, yaitu :
penentuan harga perolehan aktiva tetap (acquisition) , biaya selama
aktiva tetap dipakai (utilization), penyusutan aktiva tetap (depreciation), pertukaran aktiva tetap (exchange of fixed
assets). Sedangakan perlakuan akuntasi terhadap pengeluaran yang
berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap ada 2 yaitu :
pengeluaran modal (capital expenditures) dan pengeluaran pendapatan (revenue
expenditures) .
B.
Saran
Karya yang penulis susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang
lahir dari kerja keras. Penulis mengharapkan masukan dan kritikan Bapak Dosen
Pembimbing, rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat
menggali terus potensi yang kita miliki agar kita dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan tentang “Audit
aktiva Tetap berwujud” yang tentunya dengan
izin Allah SWT. Mudah-mudahan dengan terciptanya makalah ini, khususnya bagi
penulis dan umumnya untuk para pembaca bisa mengembangkan pengetahuan tentang Audit Aktiva Tetap Berwujud serta termotivasi dan terdorong terutama dalam mengmbangkan ilmu AUDITING II dihari yang akan
datang.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.