Gudang Ilmu: Makalah Aktiva Tetap Berwujud

Saturday, 15 April 2017

Makalah Aktiva Tetap Berwujud



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu investasi tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan  yang efektif  dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang telah diterapkan  oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun yang disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam  jumlah keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan. Namun untuk mendapatkan rincian yang baik terhadap aktiva tetap, diperlukan pengendalian terhadap aktiva berupa pengujian substantif.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah aktiva tetap berwujud?
2.      Bagaimanakah perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud?
3.      Bagaimanakah sistem pengendalian intern aktiva tetap berwujud?
4.      Bagaimanakah prosedur audit aktiva tetap berwujud?

C.  Tujuan
1.      Mahasiswa dapat memahami mengenai pengetian aktiva tetap berwujud
2.      Mahasiswa dapat memahami mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud.
3.      Mahasiswa dapat memahami mengenai sistem pengendalian intern aktiva tetap berwujud.
4.      Mahasiswa dapat memahami mengenai prosedur audit aktiva tetap berwujud.











BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Aktiva Tetap Berwujud
Aset tetap (Fixed Assets) disebut juga Property, Plant, and Equipment. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 14, Hal 16.2 & 16.3 – IAI, 2002), aset tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009; 68): aset tetap adalah aset berwujud yang:
1.      Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan
2.      Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap bila:
1.      Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa akan datang yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan, dan
2.      Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal.

Secara historis, aset tetap mengacu pada aset berwujud yang dimiliki untuk tujuan jangka panjang. Akan tetapi, definisi formal aset tetap harus memasukkan cara penggunaanya dan jangka waktu kepemilikan oleh suatu entitas. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk penggunaan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk penyewaan pada pihak lain, atau untuk tujuan-tujuan administratif dan diperkirakan akan digunakan selama lebih dari satu periode. (IAS 16.6)[2]
Standar akuntansi saat ini, termasuk IFRS dan IAS, belum mendefinisikan aset tetap dengan tepat. Aset tetap bukan satu-satunya ast berwujud dan hanya salah satu-satunya aset berwujud dan hanya salah satu jenis aset tidak lancar. Di beberapa tempat, sebagai contoh adalah Inggris dan Hong Kong, Istilah “aset tetap” dapat ditemukan di dalam hukum dan regulasi masing-masing yang mensyaratkan pengungkapan aset tetap pada neraca. Akan tetapi, tempat lain mungki tidak mempunyai definisi khusus mengenai masalah istilah ini. Praktik umum masih mengacu pasa aset tetap sebagai aset berwujud sementara beberapa praktik telah mengelompokkan selain aset berwujud sementara beberapa praktik telah mengelompokkan selain aset berwujud juga, properti investasi, dan atau sewa tanah sebagai aset tetap.[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umumnya lebih dari satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.

B.  Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Berwujud
Menurut Baridwan ada empat perlakuan aktiva tetap berwujud, yaitu :
1.      Penentuan harga perolehan aktiva tetap (acquisition)
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba ditempat dan siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan aktiva tetap.  
2.      Biaya selama aktiva tetap dipakai (utilization)
Biaya yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dimana biaya tersebut berpengaruh terhadap harga pokok yang akan mempengaruhi biaya penyusutan.
3.      Penyusutan aktiva tetap (depreciation)
Penyusutan menurut walter adalah pengalokasian sistematis atas biaya aktiva selama umur manfaatnya.
Ada beberapa metode penyusutan yang bisa digunakan yaitu[4] :
a)         Metode Garis Lurus ( Straight Line Method )
Merupakan metode yang membagi harga perolehan aset/aktiva (sesudah dikurangi nilai sisa, jika ada) dengan umur ekonomisnya, yang sama rata setiap tahun/ periode.
Depresiasi =         Harga Perolehan – Nilai Sisa
        Umur Ekonomis
b)      Metode Saldo Menurun ( Declining Balance Method )
Penyusutan dengan metode ini mengansumsikan bahwa nilai yang disusutkan pada tahun-tahun awal akan memiliki nilai yang lebih besar, kerana estimasi umur ekonomis lebih besar.
Depresiasi = Sisa Nilai Buku x Tarif Penyusutan

c)      Metode Unit Produksi
Metode ini menggunakan tarif per unit produk, atau tarif per jam kerja mesin, untuk menghitung penyusutan. Karena itu, aset atau aktiva tetap yang hendak disusutkan harus terlebih dahulu diestimasi jumlah unit total akan diproduksi, atau jumlah jam kerja mesin total sampai mesin berhenti beroperasi.
                        Depresiasi = Tarif x Unit (jam)

4.      Pertukaran aktiva tetap (exchange of fixed assets)
            Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan ada kemungkinan sebelum umur ekonomisnya habis akan ditukar dengan aktiva tetap yang lainnya yang sejenis atau tidak, apabila aktiva ditukar dengan aktiva lain maka nilai bukunya harus dihitung dengan akumulasi penyusutan aktiva yang bersangkutan.[5]
Perlakuan Akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Pengeluaran modal (Capital expenditures)
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva.
2.      Pengeluaran pendapatan (Revenue expenditures)
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
Jadi dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau lebih dari satu periode akuntansi.[6]
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16:7 (dalam buku Panduan Praktis SAK, 2012:340) menyatakan bahwa aset tetap harus diakui jika dan hanya jika:
1.      Besar kemungkinan manfaat ekonomis yang berhubungan dengan aktiva tersebutakan mengalir ke perusahaan: dan
2.      Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Menurut Kusnadi (dalam Chujainah, 2010:13) ada dua jenis dasar yang umum digunakan untuk mengakui suatu transaksi yaitu:
1.      Cash basis (Dasar Penerimaan Uang)
Konsep ini mengetahui suatu pendapatan pada saat uang atau kas diterima dan biaya pada saat uang tersebut dikeluarkan.
2.      Accrual basis (dasar akrual)
Pada konsep ini, suatu transaksi diakui pada saat terjadinya tanpa dikaitkan dengan transaksi kas.[7]

C.  SPI Aktiva Tetap Berwujud
Unsur-unsur utama dari sistem pengendalian intern atas aktiva tetap adalah:
1.      Adanya budget untuk pengeluaran bagi aktiva tetap yang disetujui oleh pejabat yang berwenang. Persetujuan ini biasanya dilakukan dalam berbagai tingkat tergantung dari jenis dan harga aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh : pembelian mesin pabrik yang baru harus mendapat persetujuan dari dewan komisaris terlebih dahulu sedangkan pembelian mesin tik atau mesin hitung cukup dengan persetujuan kepala bagian yang membutuhkan perlengkapan tersebut dan direktur keuangan, dst.
2.       Adanya kebijaksanaan kapitalisasi secara tertulis, yakni yang membedakan antara pengeluaran yang dianggap sebagai aktiva tetap dan pengeluaran bukan aktiva tetap.
3.      Kebijaksanaan mengenai penjualan aktiva tetap, prosedur pem-besi-tuan aktiva tetap, dan pemindahan suatu aktiva tetap dari suatu bagian kebagian yang lain, atau dari suatu  lokasi kelokasi yang lain atau dari suatu anak perusahaan keanak perusahaan lain.
4.       Adanya kartu-kartu aktiva tetap dan inventarisasi atas aktiva tetap secara berkala.
5.      Adanya pengendalian dan pengawasan atas aktiva-aktiva kecil dibawah tanggung jawab pejabat tertentu.
6.      Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena kabakaran atau bencana lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri.[8]

D.  Prosedur Audit Aktiva Berwujud
Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan jumlah yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun demikian waktu yang digunakan oleh akuntan publik untuk memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit dibandingkan waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti piutang, persediaaan, dan lain-lain.
Beberapa penyebabnya antara lain:
1.      Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.
2.      Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan mutasi piutang dan persediaan.
3.      Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting seperti pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemeriksaan pembelian dan penjualan persediaan.

Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku untuk repeat engagements (penugasan ulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode pemeriksaan).
Untuk first audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut:
a.       Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh kantor akuntan lain, saldo awal aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.
b.      Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta motode dan perhitungan penyusustan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di indonesia ( SAK / ETAP / IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara tes basis dengan mengutamakan jumlah yang material.

Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut :
a.    Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap
b.    Minta kepada klien top schedule serta supporting shcedule aset tetap, yang berisikan : saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya, dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
c.    Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan general ledger atau sub-ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu
d.   Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting dokumennya. Untuk pengurangannya kita lihat otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah dicatat dengan betul, misalnya bila da keuntungan atau kerugian atas penjualan aset tetap tersebut. Selain itu periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap tersebut.
e.    Periksa fisik dari aset tetap tersebut ( dengan cara tes basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dari aset tetap
f.     Periksa bukti pemilikan aset tetap.
g.    Pelajari dan periksa apakah capitalization policy dan depresiation policy yang dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.
h.    Buat analisis tentang perkiraan repair & maintenance, sehingga kita mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok capital expenditures tetapi dicatat sebagai revenue expenditures.
i.      Periksa apakah aset tetap tersebut sudah di asuransikan dan apakah insurance coveragenya cukup atau tidak.
j.      Tes perhitungan penyusutan, cross referance angka penyusutan dengan biaya penyusutan perkiraan laba rugi dan periksa alokasi / distribusi biaya penyusutan.
k.    Periksa apakah ada commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual aset tetap.
l.      Untuk construction in progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada construction in progress yang harus ditransfer ke aset tetap.
m.  Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
n.    Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.
o.    Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di indonesi (SAK/ETAP/IFRS).[9]












BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Yang dimaksud aktiva/asset tetap berwujud adalah aktiva yang berwujud yang sifatnya relative permanen atau dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama  dan digunakan dalam kegiatan perusahaan.
Menurut Baridwan ada empat perlakuan aktiva tetap berwujud, yaitu : penentuan harga perolehan aktiva tetap (acquisition) , biaya selama aktiva tetap dipakai (utilization), penyusutan aktiva tetap (depreciation),  pertukaran aktiva tetap (exchange of fixed assets). Sedangakan perlakuan akuntasi terhadap pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap ada 2 yaitu : pengeluaran modal (capital expenditures) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) .

B.  Saran
Karya yang penulis susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang lahir dari kerja keras. Penulis mengharapkan masukan dan kritikan Bapak Dosen Pembimbing, rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat menggali terus potensi yang kita miliki agar kita dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang “Audit aktiva Tetap berwujud” yang tentunya dengan izin Allah SWT. Mudah-mudahan dengan terciptanya makalah ini, khususnya bagi penulis dan umumnya untuk para pembaca bisa mengembangkan pengetahuan tentang Audit Aktiva Tetap Berwujud serta termotivasi dan terdorong terutama dalam mengmbangkan ilmu AUDITING II dihari yang akan datang.



No comments:

Post a Comment

terimakasih telah mengunjungi blog saya.