MEMBERANTAS KORUPSI
DEMI KESEJAHTERAAN BANGSA
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah…
Korupsi merupakan salah
satu bentuk masalah terbesar yang dihadapi oleh pemerintahan kita saat ini.
Triliunan uang rakyat habis di babat oleh koruptor yang tak punya hati nurani,
dibalik meja dan kursi para pemimpin yang berdasi, menikmati fasilitas elit
didampingi oleh wanita- wanita seksi, mereka asyik melobi demi mulusnya
transaksi, aparat penegak hukum di buat tak berdaya dengan uang upeti,
sementara koruptor yang sudah dipenjara diberi remisi, rakyat yang tak punya
apa- apa hanya bisa geleng- geleng kepala sambil gigit jari.
Korupsi adalah salah satu pengkhianatan. Khianat terhadap
diri sendiri, khianat terhadap rakyat yang di pimpin bahkan khianat terhadap
Allah dan Rasul- Nya. Pengkhianat ibarat musuh dalam selimut, menggunting dalam
lipatan, pepat diluar pancung di dalam,tidak mengenal lawan maupun kawan yang
penting nafsu serakahnya tersalurkan. Walaupun KPK sudah bekerja keras, namun
koruptor semakin mengganas, biar demo mahasiswa semakin meluasa, aksi
koruptorpun semakin beringas. Sepak terjang koruptor tidak lagi pandang bulu,
dimulai dari kasus BLBI, Bank Centuri, minyak dan gas bumi, kasus hambalang,
simulator SIM, impor daging, bahkan pengadaan Al- Qur’an turut jadi sasaran
para koruptor yang tak punya hati nurani. Na’uzubillah…..
Sebagai
rujukan, Al- Qur’an surah Al- Anfal ayat 27;
“Hai orang- orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul- Nya, dan janganlah kamu mengkhianati amanah yang dipercayakan
kepad mu, sedang kamu mengetahui nya.”
Ibnu jazak dalam tafsirnya Tafhiilul
tamzil jus 1 halaman 563 menjelaskan: laatakhunullah ai laataquulu
bighulu. Janganlah mengkhianati Allah dengan melakukan ghulul. Ghulul
menurut Syekh Al- Qudrawi dalam kamusnya Al- Bathul Islamiyah: stealing of
the war booty its distribution. Pengelapan harta rampasan perang sebelum
didibustribusikan.
Rafikul A’la dalam bukunya “suap
dalam perspektif islam”, halaman 199 menjelaskan “ghulul adalah
pengkhianatan dengan menggelapkan uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri,
aqlu amwaalinnasi bil baatil, memakan harta manusia secara bathil, selanjutnya
watakuulu amaanatikum, ai annahyu ankhiyanaatiba’dihim ba’da, jangan
mengkhianati amanah diantara sesama manusia.” Demikianlah penjelasan
Al- Hanafi dalam tafsirnya Ruhul Ma’ani jus 7 halaman 60.
Akibat semua itu, Negara kita yang kaya raya ini mengalami
kemunduran, semakin banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, banyak
anak- anak Indonesia mengalami busung lapar, banyak rakyat yang hidup di kolong
jembatan dengan beralaskan Koran, mereka rela mengemis, tinggal di sudut
emperan, malam mereka kedinginan, siang mereka kepanasan, mereka tak lagi
peduli dengan kesehatan, hanya satu harapan mereka asalkan perut dan mulut
mereka bisa makan.
Oleh karena itu kaum muslimin korupsi,
kolusi dan nepotisme harus di lenyapkan dan di enyahkan dari bumi Indonesia
ini, jika di biarkan, pelan namun pasti akan menghacurkan bangsa dan Negara
yang kita cintai ini.
Menurut biro perencanaan kejaksaan
Agung, rata- rata perkara korupsi di Indonesia mencapai angka 1600 sampai 1700
perkara pertahun, sehingga Indonesia menduduki peringkat terbesar kedua setelah
China. Disamping itu, menurut data yang di keluarkan transparansi internasional,
pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke 118 dari 174 negara terkurup
di Dunia. Rimawan Pradityo, seorang ekonom dan dosen UGM memperkirakan, nilai
kerugian Negara akibat korupsi mencapai 153,1 triliun rupiah sampai bulan maret
2013 ini.
Mau jadi apa Negara kita ini…. Uang Negara yang seharusnya di
gunakan untuk kemakmuran Rakyat, justru
jatuh dan mengalir ke kantong dan rekening para koruptor bagaikan saluran
tersumbat, sementara itu rakyat yang seharusnya mendapatkan kesejahteraan malah
mendapatkan kehidupan yang jauh dari garis kesetaraan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Allah melaknat orang yang memberi dan menerima suap”
(H.R. Ahmad, Tirmdzi dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya).
Coba kita bayangkan, jika kekayaan Negara kita dikelola
dengan benar, dipimpin oleh pemimpin yang amanah, di kawal oleh penegak hukum
yang adil dan bijaksana, pasti…. Tidak akan ada lagi rakyat Indonesia hidup
melarat, tidak akan lagi anak- anak Indonesia mengalami busung lapar dan tidak
akan ada lagi kita mendengar jeritan di kolong jembatan. Untuk itu mari kita
satukan langkah untuk memberantas korupsi, perketat pengawalan agenda
reformasi, tegakkan keadilan melalui penegak hukum yang adil dan berbudi, kita
pilih pemimpin berdasarkan hati nurani kita,, untuk menuju terwujudnya
masyarakat yang Madani.
Lalu, apa langkah yang harus kita lakukan untuk memberantas
korupsi demi kesejahteraan Bangsa..?? sebagai jawabannya, Allah jelaskan
melalui firman- Nya dalam surah An- Nisa’ ayat 58.
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia
hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh Allah sebaik- baik yang
memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah Maha mendengar, Maha Melihat.”
Ayat tadi memberikan penjelasan kepada kita, untuk
memberantas korupsi dapat kita lakukan melalui pemimpin dan penegak hukum yang
berbudi:
Pertama; menyerahkan kepemimpinan kepada pemimpin yang amanah.
Menurut
Muhammad Mutawalli Assa’rawi, dalam tafsir Assa’rawi halaman 1307, bahwa
pemimpin harus menjalankan tiga macam amanah;
a. Amanah kepada
Allah (Amanatul’ Ulya)
b. Amanah kepada
sesama manusia (Amanatul’ Abdi)
c. Amanah kepada
diri sendiri (Amanatullikulli’ Ajnas)
Kedua: Tegakan hukum secara adil dan merata. Demikianlah penjelasan Syekh Ibnu
Katsir, dalam Tafsirnya Al- Qura’nul’ Azhim, jilid pertama halaman 638.
Selanjutnya,
mari kita pilih pemimpin yang bertaqwa kepada Allah SWT, karena pemimpin yang
bertaqwa adalah pemimpin yang dapat membedakan antar haq dan Bhatil.
Q.S. Al- Anfal ayat 29
“Wahai orang- orang yang beriman
jika seandainya kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menganugrahkan
kepadamu Al- furqana (mampu membedakan Antara yang Haq dan Bhatil) didalam
hatimu”.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.