BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Just In Time
merupakan filosofi yang memiliki implikasi penting dalam menajemen kos ( cost management ). Ide dasar just in
time sangat sederhana, yaitu membeli bahan jika ada order produksi, memproduksi
jika ada pesanan customer. Prinsip
dasar just-in time adalah meningkatkan kemampuan perusahaan secara terus
menerus untuk merespon perubahan customer dengan meminimalkan pemborosan.
Just-in time
bertujuan untuk meningkatkan customer value melalui eliminasi non value added activities. Persediaan
merupakan sumber pemborosan, sehingga just-in time menargetkan zero inventory.
Secara
tradisional perubahan menufactur telah memperkirakan permintaaan untuk produk
yang dihasilkan, dan berusaha menyesuaikan tingkat produksi dengan tingkat
permintaan. Pada saat yang bersamaan mereka mengkondisikan bahwa setiap orang
dan setiap bagian akan berusaha sesibuk mungkin untuk mengahsilkan output dan
memaksimalkan efesiensi serta mengurangi biaya.sayangnya pendekatan ini
memiliki kelemahan besar termasuk jumlah persediaan yang berlebih. Lamanya
waktu produksi, tingginya produk cacat, produk yang kadaluarsa, ketidakmampuan
untuk memenuhi jadwal pengiriman barang, dan ironisnya biaya yang lebih tinggi.
Memang pemecahannya tidakmudah. Bila mudah sudah sejak lama perusahaan akan
membuang pendekatan ini. Manager toyota mendapat pengakuan dengan penggunaan
pendekatan yang benar-benar baru yang disebut just in time.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaiman konsep Just In Time (JIT) ?
2. Bagaimana Implikasi Konsep JIT ?
3. Apakah Elemen-elemen Kunci Sistem JIT ?
4. Apakah Perbedaan Sistem JIT dan Sistem
Tradisional ?
5. Apakah Manfaat dan Kelemahan Sistem JIT
?
C.
Tujuan Makalah
1. Mahasiswa dapat memahami konsep JIT.
2. Mahasiswa dapat memahami implikasi JIT.
3. Mahasiswa dapat memahami elemen-elemen
kunci JIT.
4. Mahasiwa dapat memahami perbedaan JIT
dan Tradisional.
5. Mahasiswa dapat memahami manfaat dan
kelemahan sistem JIT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Just in Time (JIT)
Konsep
Just in Time (JIT) dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan otomotif di Jepang
sejak tahun 1950-an. Pesatnya perkembangan JIT di perusahaan manufaktur Jepang
mengakibatkan konsep ini diadopsi oleh perusahaan-perusahaan di Amerika.
Dalam
pengertian luas, JIT adalah filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas
yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya di dalam organisasi.
Dalam
pengertian sempit, JIT adalah filosofi yang yang berpusat pada pengurangan
biaya melalui peniadaan persediaan (
stockless production/ lean production/ zero inventory production) yang
merupakan konsentrasi JIT.
JIT
mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut :
a. Semua aktivitas yang tidak bernilai
tambah terhadap produk atau jasa harus dieliminasi. Aktivitas yang tidak
bernilai tambah ini meningkatkan biaya yang tidak perlu, misalnya persediaan
sedapat mungkin nol.
b. Adanya komitmen untuk selalu
meningkatkan mutu yang lebih tinggi sehingga produk rusak dan cacat sedapat
mungkin nol, tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk
cacat, dan kepuasaan pembeli dapat meningkat.
c. Selalu diupayakan penyempurnaan yang
berkelanjutan (continuous improvement) untuk meningkatkan efisiensi kegiatan.
d. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas
dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
Bila
perusahaan menggunakan sistem pengendalian persediaan dan produksi Just in Time
(JIT), perusahaan membeli bahan baku dan memproduksi unit output sesuai dengan
permintaan aktual dari pelanggan. Dalam sistem JIT, persediaan dikurangi sampai
tingkat minimum, dan dalam beberapa kasus sampai menjadi nol.
Sebagai contoh, salah satu divisi
produksi Stolle Corporation yang berkedudukan di Sydney, Ohio, dapat menurunkan persediaan dalam prosesnya dari
10.000 unit menjadi hanya 250 unit dengan menerapkan metode JIT.
Sistem JIT akan menimbulkan dampak yang
signifikan pada operasi perusahaan manufaktur yang memiliki tiga kelas
persediaan, yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Bahan baku (raw material) adalah bahan mentah atau
bahan dasar yang digunakan untuk membuat suatu produk. Barang dalam proses (work in process) adalah persediaan
barang yang proses produksinya baru diselesaikan sebagian dan masih membutuhkan
pekerjaan lebih lanjut sebelum siap untuk dilempar kepasar. Barang jadi (finished goods) adalah unit produk yang
telah selesai sepenuhnya tetapi belum dijual kepada pelanggan.
Dengan kaca mata tradisional, perusahaan
manufaktur harus memiliki ketiga jenis persediaan tersebut dalam jumlah besar
sebagai penyangga sehingga operasi dapat dijalankan mulus meskipun ada gangguan
yang tidak terantisipasi. Bahan baku dalam jumlah besar digunakan untuk
mengantisipasi kalau pemasok terlambat mengantar barang yang diminta. Barang
dalam proses dicadangkan dalam jumlah yang cukup tinggi untuk mengantisipasi
bila ada stasiun kerja (workstation) yang tidak beroperasi normal atau ada
gangguan yang lain. Bahan jadi ditumpuk untuk mengantisipasi adanya fluktuasi
permintaan.
Persediaan yang berfungsi sebagai
penyangga terhadap kondisi-kondisi yang tidak terduga ini adalah biaya. Selain
uang yang harus digunakan untuk persediaan ini, bahwa adanya persediaan ini
mengakibatkan adanya inefesiensi dan pekerjaan yang berlebihan, mengakibatkan
banyak produk yang cacat, dan konsumsi waktu sangat berlebihan untuk menyelesaikan
produk.
Dalam kondisi yang ideal, perusahaan
yang menjalankan sistem JIT akan membeli bahan baku hanya untuk kebutuhan hari
itu saja. Lebih lanjut, perusahaan tidak memiliki persediaan barang dalam
proses pada akhir hari tersebut, dan semua barang jadi yang diselesaikan hari
itu telah dikirimkan kepada pelanggan begitu produksi selesai. Dengan pola
seperti itu, JIT bearti bahwa bahan baku diterima segera masuk ke proses
produksi, bahan-bahan produksi yang lain segera digabungkan dan dikerjakan, dan
produk yang telah jadi segera dikirimkan kepada pelanggan.
Contoh lain yaitu restoran cepat saji
seperti McDonald’s, menggunakan sistem tarikan permintaan untuk mengendalikan
persediaan barang jadi mereka. Ketika pelanggan memesan Humburger, maka hamburger
akan diambil dari rak yang tersedia. Ketika jumlah humburger menjadi terlalu
sedikit, koki membuat humburger baru. Permintaan pelanggan menarik bahan baku
melalui sistem. Prinsip yang sama ini digunakan dalam pengaturan manufaktur.
Tiap operasi hanya memproduksi apa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan
operasi selanjutnya. Bahan baku atau bahan rakitan tiba tepat pada waktu
dibutuhkan agar produksi dapat berjalan, sehingga permintaan dapat terpenuhi.
B.
Implikasi Konsep JIT
1. JIT sederhana dalam teori, namun sangat
sulit diwujudkan.
2. Salah satu alasan utama banyak
perusahaan enggan menerapkan JIT adalah dengan ketiadaan barang dalam proses,
disertai kekhawatiran seluruh proses produksi akan terhenti bilamana suatu
masalah muncul pada salah satu rantai proses produksi.
3. Perusahaan yang hendak menerapkan JIT
hendaknya terlebih dahulu menghilangkan seluruh hal yang berpotensi menjadi
penyebab kegagalan sistem antara lain dengan cara :
a. Mendesain kembali proses produksi
sehingga tidak menimbulkan biaya tinggi bila hendak memproduksi satu atau
sejumlah kecil item produk pada saat tertentu.
b. Alternatif yang biasa dilakukan untuk
mengurangi biaya adalah dengan memperpendek jarak antar proses, memperkerjakan
pegawai yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan tuntutan tugas baru dan
menggunakan peralatan yang serba guna.
4. Inti utama dari sistem JIT adalah para
pegawai yang sangat terlatih dan senantiasa mampu memenuhi tuntutan untuk
mencapai standar kualitas produk barang / jasa tertinggi.
5. Bilamana seorang pekerja menjumpai
masalah pada komponen produk yang diterima, maka pekerja yang bersangkutan
berkewajiban untuk segera melaporkan hal tersebut pada atasannya agar segera
dapat diambil tindakan yang diperlukan.
6. Para pemasok dituntut agar mampu
memproduksi sekaligus mengirimkan produk yang bebas cacat (free defect) kapan
saja diperlukan.
7. Implikasi JIT pada sistem akuntansi
manajemen :
a. Bagian akuntansi manajemen wajib
mendukung peralihan dari sistem konvensional menuju sistem JIT dengan cara
melakukan pemantauan. Identifikasi dan komunikasi pada para pengambil keputusan
mengenai asal-muasal / sumber penundaan (delay), kesalahan (error) dan
pemborosan (waste).
b. Kegiatan klerikal akuntansi manajemen
menjadi lebih sederhana, kerena berkurangnya mutasi persediaan yang harus
dipantau.
C.
Elemen-elemen Kunci Sistem JIT
1. Hubungan dengan Pemasok dan Distribusi
Situasi
JIT yang optimal adalah dengan memiliki satu vendor untuk setiap barang
tertentu. Faktor-faktor yang biasanya dipertimbangkan dalam memilih pemasok
termasuk realibilitas dan ketanggapan vendor, kinerja pengiriman, kemampuan
untuk menyediakan pelayanan, kualifikasi sumber daya manusia, kekuatan
penelitian dan pengembangan serta kapasitas produksi. Evaluasi terhadap vendor
baru dan tidak berkala lebih sulit dikerenakan sedikitnya track record yang mana tim analisis vendor perusahaan pembeli dapat
membuat penilaian yang diinformasikan.
Membentuk
kemitraan dengan lebih sedikit vendor dalam basis jangka panjang memberikan
kesempatan untuk terus meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya yang sangat
besar. Kemitraan seperti ini melibatkan perjanjian formal dimana baik vendor
maupun perusahaan pembeli berkomitmen untuk tanggung jawab spesifik terhadap
satu sama lain demi keuntungan bersama. Perjanjian ini biasanya melibatkan
pengaturan pembelian jangka panjang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
dan dapat menyediakan kesempatan untuk saling berbagi keahlian dan informasi.
Kemitraan seperti itu memungkinkan anggota rantai suplai untuk mengeliminasi
kelebihan dalam pergudangan, pengepakan, pelabelan, transportasi dan
persediaan.
2. Desain Produk
Produk
harus didesain untuk menggunakan sedikit mungkin bagian-bagian yang tidak sama
dan untuk meminimalisasi tahapan dan risiko produksi.
Misalnya,
satu perusahaan menemukan bahwa mereka menggunakan 29 jenis sekrup yang berbeda
untuk menghasilkan satu jenis produk. Waktu henti menjadi berlebih karena obeng
sering berpindah tangan diantara para pekerja. Mengubah ke satu jenis sekrup
akan mengurangi waktu produksi dengan signifikan.
Contoh
lainnya, disebuah restoran ditemukan bahwa mereka menghabiskan banyak waktu
untuk mencuci selada segar dikarenakan bahaya keamanan jika selada tersebut tidak
dicuci dengan benar. Membeli selada yang sudah dicuci dan dipotong
menyelesaikan masalah tersebut dengan menyederhanakan operasi in-house dan mengurangi ancaman
kontaminan.
Produk
harus didesain sesuai dengan kualitas yang diharapkan dan harus memerlukan nol
atau sejumlah minimal, pesanan perubahan teknis setelah desain tersebut
dikeluarkan untuk produksi. Pengaturan yang efektif untuk hubungan
vendor-pembeli adalah dengan meminta teknisi vendor berpartisipasi dalam tahap
desain produk perusahaan pembeli, alternatif lainnya adalah dengan menyediakan
spesifikasi produk dan memperkenankan perusahaan vendor dalam mengonsep desain
untuk disetujui.
Dari
sudut pandang lain, desain produk yang baik harus mengatasi semua kekhawatiran
konsumen yang dituju, bahkan kemampuan daur ulang produk tersebut. Sebagai
contoh, pabrik mobil dapat dilengkapi untuk menerima dan mengambil terpisah
model yang sudah digunakan, memproduksi ulang berbagai bagian, dan kemudian
mengirimkannya kembali ke pasar. Dengan demikian, perusahaan mempertimbangkan
produksi ulang sebagai bagian dari desain dan kemampuan pengolahan mereka.
Dampak lingkungan dari produk dapat secara dramatis berubah jika produk
tersebut didesain untuk diproduksi ulang atau didaur ulang pada akhir masa
manfaatnya.
3. Pengolahan Produk
Dalam
tahap pengolahan produk, salah satu pertimbangan utama JIT adalah pengurangan
waktu konfigurasi mesin sehingga proses dapat berpindah antara produk lebih
sering dan dengan biaya yang lebih sedikit. Biaya pengurangan waktu pengaturan
lebih besar dari yang diperbaiki dengan penghematan dari pengurangan waktu
henti, persediaan dalam proses, dan menyerahkan bahan-bahan juga dengan
meningkatkan keamanan, fleksibilitas, dan kemudahan operasi.
Kebanyakan
perusahaan yang menerapkan prosedur konfigurasi alat yang cepat telah mampu
meraih waktu konfigurasi 10 menit atau kurang. Perusahaan seperti itu
menggunakan sejumlah besar konfigurasi rendah biaya dibandingkan pendekatan
tradisional dari sejumlah kecil konfigurasi yang lebih mahal.
Di
bawah JIT, biaya konfigurasi dianggap hampir murni variabel dan bukan tetap
sebagaimana dalam lingkungan manufaktur tradisional. Salah satu cara mengurangi
waktu konfigurasi mesin adalah dengan memiliki pekerja melakukan sebanyak
mungkin tugas konfigurasi ketika mesin tersebut online dan berjalan.
Bagian
penting lain dalam proses produksi adalah standar kualitas tinggi perusahaan
karena JIT memiliki tujuan ketiadaan cacat. Di bawah sistem JIT, kualitas
ditentukan dalam basis berkelanjutan daripada pos pemeriksaan kualitas.
Kualitas berkelanjutan didapatkan dari pertama memastikan kualitas produk
penjual saat pembelian. Pekerja dan mesin memonitor kualitas selama produksi.
Mengendalikan kualitas dalam basis yang sedang berlangsung secara signifikan
mengurangi biaya penilaian dalam pencapaian kualitas tinggi. Filosofi JIT
menyadari bahwa akan lebih murah jika tidak membuat kesalahan dibandingkan
memperbaiki kesalahan. Sayangnya. Pengendalian kualitas dan biaya sisa sering
kali dikubur dalam standar biaya produksi, membuat biaya seperti itu sulit
untuk diidentifikasi.
Kemampuan
untuk menstandarisasi kerja sehingga setiap pekerja bekerja sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan tanpa variasi, tepat waktu, setiap waktu penting dalam
proses apapun. Prosedur standar mengindikasikan cara yang paling efisien untuk
melaksanakan tugas tertentu dan juga memungkinkan perencanaan, pengawasan, dan
pelatihan tugas agar dikerjakan lebih efisien dan efektif.
4. Tata Ruang Pabrik
Secara
tradisional, pabrik manufaktur didesain sesuai dengan area fungsional, mesin
yang mirip dan pekerja dengan keahlian yang mirip ditempatkan bersama-sama.
Agar JIT bekerja secara efektif, pabrik fisik harus kodusif dengan jalur barang
dan lokasi pekerja dan untuk meningkatkan nilai tambah dari ruang kosong
pabrik. Pabrik manufaktur harus didesain untuk meminimalisasi waktu pengerjaan
bahan-bahan, lead time, dan
pergerakan barang-barang dari input bahan baku sampai penyelesaian barang jadi.
D.
Perbedaan Sistem JIT dan Sistem Tradisional
1. Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan
permintaan, bertujuan untuk memproduksi hanya jika ada permintaan dari pembeli /
pelanggan. Jadi perbedaan meliputi:
a. Persediaan rendah
b. Sel-sel pemanufakturan dan tenaga kerja
interdisipliner
c. Filosofi pengendalian Mutu/Total Quality
Control (TQC)
2. Dalam JIT, beberapa aktivitas overhead
yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini produk, sekarang
dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk
sel-sel tenaga kerja yang terinterdisipliner dan aktivitas jasa yang
terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
3. Konsekuensi dari penurunan biaya tidak
lansung dan kenaikan biaya lansung adalah meningkatkan keakuratan penentuan
biaya (harga pokok produk). Pemanufakturan JIT, mengurangi kelompok biaya tidak
lansung menjadi biaya lansung atau sebaliknya, sehingga dapat menurunkan
penafsiran yang sulit.
4. Dalam manufaktur tradisional,
sentralisasi jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam
JIT, banyak jasa didesentralisasikan. Hal ini dicapai dengan membebankan
pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih
tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktifitas jasa
yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tak langsung.
5. Perusahaan yang menerapkan JIT dan
otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara
signifikan, oleh karena itu ada dua akibat:
a. Persentase biaya tenaga kerja lansung
dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang.
Perbedaan
JIT dengan pemanufakturan tradisional dapat juga dilihat pada tabel dibawah
ini:
Perbedaan
Sistem Just In Time dan Tradisional
No
|
Aspek
|
Just
In Time
|
Tradisional
|
1
|
Persediaan
|
Persediaan tidak signifikan
|
Persediaan signifikan
|
2
|
Pemasok
|
Jumlah pemasok kecil
|
Jumlah pemasok banyak
|
3
|
Kontrak Pemasok
|
Kontrak jangka panjang dengan
pemasok, pemasok adalah patner yang dibina
|
Kontrak jangka pendek dengan
pemasok, pemasok adalah pihak yang dieksploitir
|
4
|
Tenaga Kerja
|
Tenaga kerja multi-ahli, para
pekerja adalah orang-orang ahli. Manajer dan insinyur melayani mereka.
|
Tenaga kerja terspesialisasi,
manajer dan insinyur adalah orang ahli. Para pekerja melayani apa yang mereka
inginkan
|
5
|
Kesalahan
|
Kesalahan merupakan pelajaran
untuk dapat menghasilkan perbaikan. Zero defect merupakan standar yang harus
dipenuhi.
|
Keasalahan adalah hal yang tidak
dapat dihindari dan harus selalu ditelaah.
|
6
|
Keterlibatan pegawai
|
Keterlibatan pegawai tinggi, loyalitas tinggi,
kerja sepanjang masa
|
Keterlibatan pegawai rendah, kerja mencari upah,
tidak ada loyalitas, sering pindah kerja
|
7
|
Gaya manajemen
|
Gaya manajemen partisipatif
|
Gaya manajemen otoriter
|
8
|
Pengendalian mutu
|
Pengendalian mutu total
|
E.
Manfaat dan Kelemahan Sistem JIT
Banyak
perusahaan, baik besar dan kecil yang mengalami kesuksesan besar dengan
menggunakan sistem JIT. Beberapa perusahaan yang menggunakan JIT antara lain,
Bose, Goodyear, Westinghouse, General Motors, Hughes Aircraft, Ford Motor
Company, Black and Decker, Chrysler, Borg-Wagner, John Deere, Xerox, Tektronix,
dan Intel. Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan JIT antara lain :
a. Modal kerja yang semula terikat dalam bentuk
persediaan dapat digunakan untuk tujuan lain.
b. Lokasi yang semula digunakan untuk
menyimpan persediaan, dapat digunakan untuk aktivitas lain sehingga
produktivitas meningkat.
c. Waktu untuk melakukan aktivitas produksi
(throughhput time) berkurang,
sehingga dapat menghasilkan jumlah produk lebih banyak, dan lebih cepat
merespons palanggan.
d. Tingkat produk cacat berkurang, sehingga
mengurangi limbah dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Contoh
Kelemahan JIT
Sistem JIT memiliki beberapa keunggulan,
tetapi sangat rentan terhadap gangguan pasokan bahan. Lini produksi dengan
cepat menjadi macet begitu ada komponen penting yang tidak tersedia. Toyota
yang menjadi pelopor sistem JIT juga mengalami bahwa ini adalah hal yang sangat
sulit. Pada hari sabtu, pabrik Aisin Seiki Company yang beralokasi di prefektur
Aichi yang menjadi pemasok rem bagi Toyota terbakar, sehingga pasokan bagi
Toyota terhenti. Pada hari selasa, Toyota terpaksa harus menghentikan seluruh
aktifitas perakitannya. Ketika bagian yang rusak berhasil diperbaiki, Toyota
telah kehilangan penjualan sebasar $15 Milyar.
Kekurangan yang paling menonjol dari
JIT adalah tidak adanya persediaan untuk menyangga berhentinya produksi.
Penjualan saat ini secara konstan terancam oleh terhentinya produksi yang tidak
terduga. Bahkan, bila terjadi masalah, pendekatan JIT mencoba untuk menemukan
dan menyelesaikan masalah sebelum aktivitas produksi lebih lanjut terjadi.
Pengencer yang menggunakan taktik JIT juga menghadapi kemungkinan kekurangan
barang (pengencer JIT memesan apa yang mereka butuhkan sekarang- bukan apa yang
mereka harapkan untuk dijual, idenya adalah mengalirkan barang melalui saluran
selambat mungkin, menjaga persediaan tetap rendah). Jika permintaan meningkat
jauh di atas pasokan persediaan pengencer, maka pengencer mungkin tidak mampu
untuk melakukan penyesuaian pesanan secara cepat untuk menghindari kehilangan
penjualan dan pelanggan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pengertian luas,
JIT adalah filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan
oleh segmen-segmen internal lainnya di dalam organisasi. Dalam pengertian
sempit, JIT adalah filosofi yang yang berpusat pada pengurangan biaya melalui peniadaan
persediaan ( stockless production/ lean
production/ zero inventory production) yang merupakan konsentrasi JIT.
Elemen-elemen Kunci Sistem JIT:
a. Hubungan dengan Pemasok dan Distribusi
b. Desain Produk
c. Pengolahan Produk
d. Tata Ruang Pabrik
Manfaat yang dapat
diperoleh dengan penerapan JIT antara lain :
a. Modal kerja yang semula terikat dalam
bentuk persediaan dapat digunakan untuk tujuan lain.
b. Lokasi yang semula digunakan untuk
menyimpan persediaan, dapat digunakan untuk aktivitas lain sehingga produktivitas
meningkat.
c. Waktu untuk melakukan aktivitas produksi
(throughhput time) berkurang,
sehingga dapat menghasilkan jumlah produk lebih banyak, dan lebih cepat
merespons palanggan.
d. Tingkat produk cacat berkurang, sehingga
mengurangi limbah dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
B.
Saran
Pemakalah mengharapkan
setelah membaca makalah ini supaya mendapatkan ilmu yang bermanfaat tentang
Just In Time dan kelak dapat mempraktikannya.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.