Gudang Ilmu: Sumber Ajaran Tasawuf

Friday, 14 April 2017

Sumber Ajaran Tasawuf



SUMBER AJARAN TASAWUF

Puji syukur kehadirat Allah, yang telah mengilhami para salaf sufiyah dengan ilmu ihsannya yang dewasa ini berwujud menjadi ilmu tasawuf, sebagai bukti buat kita bahwa apapun yang Allah kehendaki jadi, pasti jadilah ia. Sholawat beriring salam semoga tersampaikan khusus kepada nabi Muhammad SAW sebagai Nabi plus Rasul rujukan kedua setelah Allah bagi para sufi dalam mempelajari, mendalami dan mengembangkan ilmunya di jagat Allah ini.
Agama islam ialah agama yang sempurna, yang didalamnya mengatur berbagai hal yang terkait dengan perjalan manusia. Baik itu berhubungan dengan syariah. ibadah, akhlak, muamalah, pendidikan, hubungan dengan Allah, dan ketinggian nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam ajaran islam. Begitupun juga halnya dengan tasawuf yang telah ada sejak dahulu hingga sekarang.
Dalam makalah yang cukup singkat ini penulis akan membahas tentang Sumber-sumber Ilmu Tasawuf yang dianggap penting untuk mengetahui apa yang para sufi jadikan dasar sehingga mereka mengamalkan ilmu tasawuf tersebut. Namun dalam hal ini yang penulis maksudkan dengan sumber disini adalah: landasan, dasar, pondasi, tempat berpijak, yang dengannya pasa sufi mempelajari, mendalami, dan mengembangkan ilmunya dalam kehidupan dijagat Allah ini.
Semoga dengan adany makalah yang begitu singkat ini dapat memberikan informasi kepada kita tentang hal-hal yang menjadi sumber dari ilmu tasawuf tersebut, sehingga menjadikan kita lebih bersyukur kepa Allah SWT, yang telah menjadikan segala sesuatu dengan penuh hikmah didalamnya. Selanjutnya penulis mohon maaf bila ada kesalah di dalam penulisan makalah ini dan mohon adanya keritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan kedepannya.



PEMBAHASAN
Tasawuf merupakan keinginan kuat untuk mendapatkan ridho Allah dalam bentuk perkataan, perbuatan, niat, dan dalam pemikiran dunia dan akhirat. Tasawuf dalam pengertian ini menempatkan manusia pada kedudukan yang tinggi. Inilah bagian dari wahyu ilahi dan agama itu sendiri karena dengan karakteristik ajaran ini akan muncul pencarian kesempurnaan dari dalam. Ajaran ini merupakan penyembuahan dari penyakit jiwa. Tiada suatu manusiapun kecuali mereka yang terlindungi, pasti terjangkit penyakit jiwa dan moral, sedikit atau banyak. Seluruh risalah ilaahiyah datang untuk mengobati penyakit jiwa dan moral tersebut.
Materi ajaran tasawuf dilihat dari segi ibadah dan akhlaq, dalam pengertian yang luas, sudah terdapat dalam al-Qur'an dan sunnah sebagaimana keberadan ilmu agama yang lain. Jika ilmu taswuf tidak ditemukan pada masa ini, ajaran tentang ibadah, akhlaq, pendidikan jiwa, hubungan dengan Allah, dan ketinggian nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam islam. Ajaran-ajaran itulah yang disebut dengan tasawuf sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat pada waktu itu. Bisa jadi ilmu tasawuf itu menjadi ilmu yang baru, tetapi materi dan cakupan bahasannya merupakan sesuatu yang lama, seiring lamanya al-Qur'an dan sunnah, demikian juga dengan keberadaan ilmu islam lainnya.
Sebagaimana layaknya ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlaq, ilmu qalam, ulumul qur’an, ulumul hadits dan ilmu-ilmu lain dalam Islam yang penamaannya baru muncul setelah Rasul SAW wafat, demikian juga dengan ilmu tasawuf, ketetapan namanya baru dikenal jauh setelah Rasul SAW wafat. Ada beberapa hal yang menjadi sumber dari ilmu tasawuf tersebut yaitu: Allah, Rasul, ijma’ sufi, ijtihad sufi dan qiyas sufi. Untuk lebih dalamnya mari kita bahas satu persatu dari sunber tasawuf tersebut.
  1. Allah
Allah merupakan Zat sumber ilmu tasawuf, tidak ada seorangpun yang mampu menciptakan ilmu tasawuf dari selain Zat Allah. Namun Allah mengajarkan secercah ilmuNya kepada para sufi lewat hidayah (ilham) baik langsung maupun dengan perantaraan lain selain Allah yang Allah kehendaki. Ada kalanya lewat Al-Qur’an dengan metode iqro’ul Qur’an (membaca, menyimak, menganalisa isi kandungan Al-Qur’an). Dimana dalam alqur’an itu terdapat beberapa ayat yang memang berkenaan dengan perintah tasawuf, meski tidak secara langsung berbentuk tasawuf, tapi karena adanya pesan yang tersirat dalam ayat al-qur’an yang sesungguhnya menyeru untuk bertasawuf. Seperti ayat tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai (mahabbah) dengan Tuhan. Hal itu misalnya ayat 54 surat al-Maidah :
Selain tentang mahabbah antara kholik dengan makhluknya, dalam al-qur’an pun Allah menerangkan tentang keunggulan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Hal ini menjadi salah satu amalan kau sufi (yaitu meninggalkan segala kehidupan yang berhubungan dengan keduniaan dan memfokuskan dirinya untuk kehidupan akhiratnya saja, atau sering disebut dengan zuhud). Diantaranya ialah ayat 77 pada surat an-Nisaa dan ayat 20 pada surat al-Hadid.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan tasawuf. Yang sudah tentu itu semua menjadi sumber dari ilmu tasawuf yang diajarkan dan diamalkan oleh seorang sufi.
Selain melalui al-qur’an, Ada pula melalui alam dengan cara perenungan sufi dan lain sebagainya yang pada intinya merupakan hidayah dari Allah, kemudian berwujud menjadi ide tercerahkan dalam nuansa pemikiran dan keyaqinan di dalam hati untuk dimanifestasikan dalam realita kehidupan nyata sebagai bentuk pengabdian diri kepada Allah SWT.
  1. Rasul
Rasul merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para sufi dalam mendalami dan pengambangkan ilmunya, karena hanya kepada Rasul sajalah Allah menitipkan wahyuNya. Tentulah Rasul pula yang lebih banyak tahu tentang sesuatu yang tersirat dibalik yang tersurat dalam Al-Qur’an. Selain itu rosul pulalah satu-satunya manusia yang sempurna dalam segala hal, Beliau adalah insan panutan bagi semua umat manusia terutama kaum sufi yang senantiasa mencoba meniru semua kelakuan Rasulullah denag sebaik-baiknya.
Seperti sebelum Nabi diangkat menjadi rasul, berhari-hari ia mengasingkan diri di Gua Hira, terutama pada saat bulan Ramadhan. Beliau menjauhi pola hidup kebendaan yang pada waktu itu diagung-agungkan oleh orang arab yang tengah tenggelam di dalamnya, seperti peraktek pedagangan dengan perinsip menghalahkan segala cara. Selama di Gua Hira, Rasulullah hanyalah bertafakur, beribadah, dan hidup sebagai seorang zahid. Beliau hidup sangat sederhana, terkadang mengenakan pakaian tambalan, tidak makan atau minum kecuali yang halal, dan setiap malam senantiasa beribadah kepada Allah SWT., sehingga siti Aisyah bertanya, “mengapa engkau berbuat begini, ya Rasulullah padahal Allah senantiasa mengampuni dosamu?” Rasulullah menjawab “apakah engkau tidak menginginkanku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah? “.
Selain dari itu di dalam hadits Rasulullah banyak dijumpai keterangan yang berbicara tentang kehidupan rohaniah manusia yang dapat difahami dengan pendekatan tasawuf, seperti hadits;
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Artinya:
Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri berarti ia mengenal tuhannya.”
لا يزال العبد يتقرب الي بالنوافل حتى أحبه فاءذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع وبصره الذي يبصربه ولسانه الذي ينطق به ويده الذي يبطش بها ورجله الذي يمشى بها فبي يسمع فبي يبصر وبي ينطق وبي يعقل وبي يبطش وبي يمشى
Artinya:
senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunnah sehingga aku mencintainya. Maka tetkala mencintainya, jadilah aku pendengarnya yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk berusaha; maka dengan-Ku-lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninjau dan berjalan.”
Semua keterangn tersebut ada pada diri rasulullah yang oleh para sufi dijadikan sebagai sumber kedua dari ilmu tasawuf setelah Allah SWT.
  1. Kehidupan Para Sahabat
Sumber lain yang diacu oleh para sufi adalah kehidupan para sahabat Nabi SAW yang berkaitan dengan keteguhan iman, ketaqkaan, kezuhudan, dan budi pekerti luhur. Oleh sebab itu, setiap orang yang meneliti kehidupan kerohanian dalam islam tidak dapat mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi di abad-abad sesudahnya.
Kehidupan para sahabat dijadikan acuan oleh para sufikarena para sahabat sebagai murid langsung Rasulullah SAW dalam segala perbuatan dan ucapan mereka senantiasa mengikuti kehidupan Nabi. Oleh sebab itu, perilaku kehidupan mereka dapat dikatakan sama dengan perilaku kehidupan Nabi SAW, kecuali dalam hal-hal tertentu yang khusus bagi Nabi SAW. Setidak-tidaknya kehidupan para sahabat adalah kehidupan yang paling mirip dengan kehidupan yang dicontohkan oleh nabi SAW. Oleh karena itu al-Qur’an memuji mereka:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ÈÉÉÊÇ
100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (Q.s.9:100).
Karena hal itulah para sufi menjadikan kehidupa para sabat Nabi sebagai sumber ke tiga dari ajaran tasawuf. Dengan harapan bias menjadi pengikut yang sebaik-baiknya agar dapat tergolongkan kepada orang-orang yang mendapatkan ridho Allha dan surga-Nya seperti yang disebutkan dalam ayat tersebut diatas.
  1. Ijma’ Sufi
Ijma’ Sufi (kesepakatan para ‘ulama tasawuf) merupakan esensi yang sangat penting dalam ilmu tasawuf, karenanya mereka dijadikan sebagai sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf setelah Al-Qur’an Dan Al-Hadits.
  1. Ijtihad Sufi
Dalam kesendiriannya, para sufi banyak menghadapi pengalaman aneh, pengalaman itu sebagai alat pembeda antara kepositifan dengan kenegatifan dalam pengalaman itu. Maka diperlukan ijtihad bagi setiap sufi sebagai sumber yang ke 4 dalam ilmu tasawuf, jika belum ditemukan dalam Qur’an, Hadits maupun ijma’ sufi.
  1. Qiyas Sufi
Qiyas merupakan penghantar sufi untuk dapat berijtihad secara mandiri jika sedang terpisah dari jama’ahnya, maka qiyas ditempatkan pada sumber ke lima dalam ilmu tasawuf.
  1. Nurani Sufi
Setiap sufi positif, memiliki nurani yang tajam di hatinya, ada yang menyebutnya dengan istilah firasat, rasa, radar batin dan sebagainya merupakan anugerah Allah terhadap kaum sufi, bias dari keikhlashan, kesabaran dan ketawakkalannya dalam beribadah kepada Allah tanpa kenal lelah. Maka nurani sufi merupakan sumber yang ke enam dalam ilmu tasawuf.
  1. Amalan Sufi
Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ Sufi, Ijtihad Sufi, Qiyas Sufi dan Nurani Sufi seperti yang penulis jelaskan di atas akan sia-sia tanpa pengamalan kaum sufi. Maka amalan sufi merupakan sumber ke tujuh dalam ilmu tasawuf. Jika ke tujuh sumber di atas mampu anda telusuri, maka penulis yaqin anda akan tahu, mengerti, memahami dan mampu menghayati hakikat ilmu tasawuf.
Namun pada umumnya ada satu tradisi yang sangat unik di kalangan sufi, dengannya para sufi memiliki derajat tersendiri jika dibandingkan dengan para faqih, filosof dan ahli lainnya, yaitu: “Kerahasiaan (rahasia).” Kaum sufi memegang teguh tradisi rahasia (menyembunyikan) nurani dan amalinya, karena jika dua hal tersebut diketahui umum dapat menimbulkan kesalah fahaman, hal ini disebabkan dimensi tariqat (perjalanan) sufi merupakan dimensi batin (roh, rohani, jiwa, sesuatu esensi tersembunyi, gaib) yang tidak semua orang mampu menjalaninya, namun para sufi amat merindukannya disebabkan semata karena cinta kepaNya.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah mengunjungi blog saya.