SUMBER AJARAN TASAWUF
Puji syukur kehadirat Allah, yang telah mengilhami
para salaf sufiyah dengan ilmu ihsannya yang dewasa ini berwujud menjadi ilmu
tasawuf, sebagai bukti buat kita bahwa apapun yang Allah kehendaki jadi, pasti
jadilah ia. Sholawat beriring salam semoga tersampaikan khusus kepada nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi plus Rasul rujukan kedua setelah Allah bagi para sufi
dalam mempelajari, mendalami dan mengembangkan ilmunya di jagat Allah ini.
Agama islam ialah agama yang sempurna, yang didalamnya
mengatur berbagai hal yang terkait dengan perjalan manusia. Baik itu
berhubungan dengan syariah. ibadah, akhlak, muamalah, pendidikan, hubungan
dengan Allah, dan ketinggian nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam
ajaran islam. Begitupun juga halnya dengan tasawuf yang telah ada sejak dahulu
hingga sekarang.
Dalam makalah yang cukup singkat ini penulis akan
membahas tentang Sumber-sumber Ilmu Tasawuf yang dianggap penting untuk
mengetahui apa yang para sufi jadikan dasar sehingga mereka mengamalkan ilmu
tasawuf tersebut. Namun dalam hal ini yang penulis maksudkan dengan sumber
disini adalah: landasan, dasar, pondasi, tempat berpijak, yang dengannya
pasa sufi mempelajari, mendalami, dan mengembangkan ilmunya dalam kehidupan
dijagat Allah ini.
Semoga dengan adany makalah yang begitu singkat ini
dapat memberikan informasi kepada kita tentang hal-hal yang menjadi sumber dari
ilmu tasawuf tersebut, sehingga menjadikan kita lebih bersyukur kepa Allah SWT,
yang telah menjadikan segala sesuatu dengan penuh hikmah didalamnya.
Selanjutnya penulis mohon maaf bila ada kesalah di dalam penulisan makalah ini
dan mohon adanya keritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk
perbaikan kedepannya.
PEMBAHASAN
Tasawuf merupakan keinginan kuat untuk mendapatkan
ridho Allah dalam bentuk perkataan, perbuatan, niat, dan dalam pemikiran dunia
dan akhirat. Tasawuf dalam pengertian ini menempatkan manusia pada kedudukan
yang tinggi. Inilah bagian dari wahyu ilahi dan agama itu sendiri karena dengan
karakteristik ajaran ini akan muncul pencarian kesempurnaan dari dalam. Ajaran
ini merupakan penyembuahan dari penyakit jiwa. Tiada suatu manusiapun kecuali
mereka yang terlindungi, pasti terjangkit penyakit jiwa dan moral, sedikit atau
banyak. Seluruh risalah ilaahiyah datang untuk mengobati penyakit jiwa dan
moral tersebut.
Materi ajaran tasawuf dilihat dari segi ibadah dan
akhlaq, dalam pengertian yang luas, sudah terdapat dalam al-Qur'an dan sunnah
sebagaimana keberadan ilmu agama yang lain. Jika ilmu taswuf tidak ditemukan
pada masa ini, ajaran tentang ibadah, akhlaq, pendidikan jiwa, hubungan dengan
Allah, dan ketinggian nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam islam. Ajaran-ajaran
itulah yang disebut dengan tasawuf sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat
pada waktu itu. Bisa jadi ilmu tasawuf itu menjadi ilmu yang baru, tetapi
materi dan cakupan bahasannya merupakan sesuatu yang lama, seiring lamanya
al-Qur'an dan sunnah, demikian juga dengan keberadaan ilmu islam lainnya.
Sebagaimana layaknya ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu
akhlaq, ilmu qalam, ulumul qur’an, ulumul hadits dan ilmu-ilmu lain dalam Islam
yang penamaannya baru muncul setelah Rasul SAW wafat, demikian juga dengan ilmu
tasawuf, ketetapan namanya baru dikenal jauh setelah Rasul SAW wafat. Ada
beberapa hal yang menjadi sumber dari ilmu tasawuf tersebut yaitu: Allah,
Rasul, ijma’ sufi, ijtihad sufi dan qiyas sufi. Untuk lebih dalamnya mari kita
bahas satu persatu dari sunber tasawuf tersebut.
- Allah
Allah merupakan Zat sumber ilmu tasawuf, tidak ada
seorangpun yang mampu menciptakan ilmu tasawuf dari selain Zat Allah. Namun
Allah mengajarkan secercah ilmuNya kepada para sufi lewat hidayah (ilham) baik
langsung maupun dengan perantaraan lain selain Allah yang Allah kehendaki. Ada
kalanya lewat Al-Qur’an dengan metode iqro’ul Qur’an (membaca, menyimak,
menganalisa isi kandungan Al-Qur’an). Dimana dalam alqur’an itu terdapat
beberapa ayat yang memang berkenaan dengan perintah tasawuf, meski tidak secara
langsung berbentuk tasawuf, tapi karena adanya pesan yang tersirat dalam ayat
al-qur’an yang sesungguhnya menyeru untuk bertasawuf. Seperti ayat tentang
kemungkinan manusia dapat saling mencintai (mahabbah) dengan Tuhan. Hal
itu misalnya ayat 54 surat al-Maidah :
Selain tentang mahabbah antara kholik dengan
makhluknya, dalam al-qur’an pun Allah menerangkan tentang keunggulan kehidupan
akhirat daripada kehidupan dunia. Hal ini menjadi salah satu amalan kau sufi
(yaitu meninggalkan segala kehidupan yang berhubungan dengan keduniaan dan
memfokuskan dirinya untuk kehidupan akhiratnya saja, atau sering disebut dengan
zuhud). Diantaranya ialah ayat 77 pada surat an-Nisaa dan ayat 20 pada
surat al-Hadid.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam al-Qur’an yang
berhubungan dengan tasawuf. Yang sudah tentu itu semua menjadi sumber dari ilmu
tasawuf yang diajarkan dan diamalkan oleh seorang sufi.
Selain melalui al-qur’an, Ada pula melalui alam dengan
cara perenungan sufi dan lain sebagainya yang pada intinya merupakan hidayah
dari Allah, kemudian berwujud menjadi ide tercerahkan dalam nuansa pemikiran
dan keyaqinan di dalam hati untuk dimanifestasikan dalam realita kehidupan
nyata sebagai bentuk pengabdian diri kepada Allah SWT.
- Rasul
Rasul merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para
sufi dalam mendalami dan pengambangkan ilmunya, karena hanya kepada Rasul
sajalah Allah menitipkan wahyuNya. Tentulah Rasul pula yang lebih banyak tahu
tentang sesuatu yang tersirat dibalik yang tersurat dalam Al-Qur’an. Selain itu
rosul pulalah satu-satunya manusia yang sempurna dalam segala hal, Beliau
adalah insan panutan bagi semua umat manusia terutama kaum sufi yang senantiasa
mencoba meniru semua kelakuan Rasulullah denag sebaik-baiknya.
Seperti sebelum Nabi diangkat menjadi rasul,
berhari-hari ia mengasingkan diri di Gua Hira, terutama pada saat bulan
Ramadhan. Beliau menjauhi pola hidup kebendaan yang pada waktu itu
diagung-agungkan oleh orang arab yang tengah tenggelam di dalamnya, seperti
peraktek pedagangan dengan perinsip menghalahkan segala cara. Selama di Gua
Hira, Rasulullah hanyalah bertafakur, beribadah, dan hidup sebagai seorang
zahid. Beliau hidup sangat sederhana, terkadang mengenakan pakaian tambalan,
tidak makan atau minum kecuali yang halal, dan setiap malam senantiasa
beribadah kepada Allah SWT., sehingga siti Aisyah bertanya, “mengapa engkau
berbuat begini, ya Rasulullah padahal Allah senantiasa mengampuni dosamu?” Rasulullah
menjawab “apakah engkau tidak menginginkanku menjadi hamba yang bersyukur
kepada Allah? “.
Selain dari itu di dalam hadits Rasulullah banyak
dijumpai keterangan yang berbicara tentang kehidupan rohaniah manusia yang
dapat difahami dengan pendekatan tasawuf, seperti hadits;
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Artinya:
“Barangsiapa
yang mengenal dirinya sendiri berarti ia mengenal tuhannya.”
لا يزال العبد يتقرب الي بالنوافل حتى أحبه فاءذا أحببته
كنت سمعه الذي يسمع وبصره الذي يبصربه ولسانه الذي ينطق به ويده الذي يبطش بها
ورجله الذي يمشى بها فبي يسمع فبي يبصر وبي ينطق وبي يعقل وبي يبطش وبي يمشى
Artinya:
“senantiasa
seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunnah
sehingga aku mencintainya. Maka tetkala mencintainya, jadilah aku pendengarnya
yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara dan
tangannya yang dia pakai untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk
berusaha; maka dengan-Ku-lah dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir,
meninjau dan berjalan.”
Semua
keterangn tersebut ada pada diri rasulullah yang oleh para sufi dijadikan
sebagai sumber kedua dari ilmu tasawuf setelah Allah SWT.
- Kehidupan Para Sahabat
Sumber lain yang diacu oleh para sufi adalah kehidupan
para sahabat Nabi SAW yang berkaitan dengan keteguhan iman, ketaqkaan,
kezuhudan, dan budi pekerti luhur. Oleh sebab itu, setiap orang yang meneliti
kehidupan kerohanian dalam islam tidak dapat mengabaikan kehidupan kerohanian
para sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi di abad-abad sesudahnya.
Kehidupan para sahabat dijadikan acuan oleh para
sufikarena para sahabat sebagai murid langsung Rasulullah SAW dalam segala
perbuatan dan ucapan mereka senantiasa mengikuti kehidupan Nabi. Oleh sebab
itu, perilaku kehidupan mereka dapat dikatakan sama dengan perilaku kehidupan
Nabi SAW, kecuali dalam hal-hal tertentu yang khusus bagi Nabi SAW.
Setidak-tidaknya kehidupan para sahabat adalah kehidupan yang paling mirip
dengan kehidupan yang dicontohkan oleh nabi SAW. Oleh karena itu al-Qur’an
memuji mereka:
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ
بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ ÈÉÉÊÇ
100. Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar.
“ orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshor dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar” (Q.s.9:100).
Karena hal itulah para sufi menjadikan kehidupa para
sabat Nabi sebagai sumber ke tiga dari ajaran tasawuf. Dengan harapan bias
menjadi pengikut yang sebaik-baiknya agar dapat tergolongkan kepada orang-orang
yang mendapatkan ridho Allha dan surga-Nya seperti yang disebutkan dalam ayat
tersebut diatas.
- Ijma’ Sufi
Ijma’ Sufi (kesepakatan para ‘ulama tasawuf) merupakan
esensi yang sangat penting dalam ilmu tasawuf, karenanya mereka dijadikan
sebagai sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf setelah Al-Qur’an Dan Al-Hadits.
- Ijtihad Sufi
Dalam kesendiriannya, para sufi banyak menghadapi
pengalaman aneh, pengalaman itu sebagai alat pembeda antara kepositifan dengan
kenegatifan dalam pengalaman itu. Maka diperlukan ijtihad bagi setiap sufi
sebagai sumber yang ke 4 dalam ilmu tasawuf, jika belum ditemukan dalam Qur’an,
Hadits maupun ijma’ sufi.
- Qiyas Sufi
Qiyas merupakan penghantar sufi untuk dapat berijtihad
secara mandiri jika sedang terpisah dari jama’ahnya, maka qiyas ditempatkan
pada sumber ke lima dalam ilmu tasawuf.
- Nurani Sufi
Setiap sufi positif, memiliki nurani yang tajam di
hatinya, ada yang menyebutnya dengan istilah firasat, rasa, radar batin dan
sebagainya merupakan anugerah Allah terhadap kaum sufi, bias dari keikhlashan,
kesabaran dan ketawakkalannya dalam beribadah kepada Allah tanpa kenal lelah.
Maka nurani sufi merupakan sumber yang ke enam dalam ilmu tasawuf.
- Amalan Sufi
Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ Sufi, Ijtihad Sufi, Qiyas
Sufi dan Nurani Sufi seperti yang penulis jelaskan di atas akan sia-sia tanpa
pengamalan kaum sufi. Maka amalan sufi merupakan sumber ke tujuh dalam ilmu
tasawuf. Jika ke tujuh sumber di atas mampu anda telusuri, maka penulis yaqin
anda akan tahu, mengerti, memahami dan mampu menghayati hakikat ilmu tasawuf.
Namun pada umumnya ada satu tradisi yang sangat unik
di kalangan sufi, dengannya para sufi memiliki derajat tersendiri jika
dibandingkan dengan para faqih, filosof dan ahli lainnya, yaitu: “Kerahasiaan
(rahasia).” Kaum sufi memegang teguh tradisi rahasia (menyembunyikan) nurani
dan amalinya, karena jika dua hal tersebut diketahui umum dapat menimbulkan
kesalah fahaman, hal ini disebabkan dimensi tariqat (perjalanan) sufi merupakan
dimensi batin (roh, rohani, jiwa, sesuatu esensi tersembunyi, gaib) yang tidak
semua orang mampu menjalaninya, namun para sufi amat merindukannya disebabkan
semata karena cinta kepaNya.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah mengunjungi blog saya.